Sejarah Islam
Sekulerisme Negara Tidak Pernah Ada Untuk Umat Islam
Apero
Fublic.- Pahan sekuler atau sikap netralitas negara tidak pernah diberlakukan pada kelompok Muslim di negara-negara yang mayoritas non muslim atau penguasanya non muslim. Urusan
Islam selalu dicampuri dan dikontrol. Upaya-upaya untuk melemahkan pengaruh islam selalu di usahakan. Bahkan, dizaman moderen sekarang dimana negara-bangsa berdiri di luar agama.
Namun jarang sekali ada pemerintahan non muslim yang dapat berlaku adil pada umat Islam.
Untuk menjawab semua itu. Di
dalam Al-Quran Allah SWT berfirman memberikan peringatan pada umat Islam. Akan sikap jahat
dan timpang pemimpin non muslim. Dimana hal tersebut sudah menjadi watak asli kaum kafirin. Firman Allah berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara
orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang kafir (orang musrik). Dan
bertaqwalah kepada Allah jika kamu orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Maidah: 5:57).
Bukan suatu yang aneh apabila kita membaca ayat tersebut. Sebab orang-orang non muslim lebih
banyak berbuat curang dan berat sebelah terhadap umat Islam. Keinginan mereka
selalu berusaha menyesatkan umat Islam. Menguasai umat Islam dan terus menerus
berusaha menghancurkan umat Islam. Memang ada sedikit orang-orang non muslim yang jujur
dan baik (mukmin). Tapi kenyataan mereka lebih banyak dan condong pada kekufuran dan bersikap berat sebelah.
Pemerintahan
Hindia Belanda adalah bentuk pemerintahan sekuler yang gagal pada masa penjajahan di Indonesia. Karena
Pemerintahan Hindia Belanda tidak dapat menjadi sekuler dikarenakan kuatnya pengaruh agama dari Partai Kristen Belanda pada masa itu. Pada pemilihan umum tahun 1901 Partai Agama
Kristen Belanda memenangkan pemilihan. Sehingga kebijakan pemerintahan Kerajaan Belanda yang sekuler berubah haluan menjadi berprinsip kekristenan. Penyusupan Zending
kristen masuk ke Jawa terutama ke Surakarta, Jogjakarta dan seluruh pelosok Indonesai. Sehingga terdapat umat peninggalan zending kristen Belanda. Hal
ini, juga terjadi di India saat ini karena kemenangan Patai Nasionalis Hindu pimpinan
Modi Bharatiya Janata (BJP). Bentuk naiknya pengaruh agama dalam politik.
Sebagai
contoh bentuk ketimpangan Pemerintahan Kolonial Belanda. Yaitu, dari cara memperlakukan pribumi dan penghiatan mereka terhadap
sekulerisme yang mereka buat. Dengan baju sekuler dan perkataan netral pada agama orang
Belanda diam-diam berbuat curang. Begitu seraka dan berbuat tidak adil. Sebagai contoh berikut dalam
perlakuan orang Belanda pada Pribumi Indonesia yang muslim.
Pada
tahun 1917 Pemerintahan Hindia Belanda memberikan sumbangan kepada Islam
sebagai berikut: 1. Gaji untuk 212 penghulu f. 49 perbulan atau f. 582 pertahun. Perayaan
hari lebaran di Palembang. f. 100. Perayaan Islam di Solo f. 550. Sumbangan
pada ulama tiga orang di Batang; f. 650. Untuk beberapa ulama Aceh: 2.995.
Apabila di total yang dikeluarkan oleh Kolonial Belanda berjumlah f. 127.029.
Kemudian
perbandingan perlakuan dan pemberian pada agama Kristen oleh Kolonial Belanda
tahun 1917. Pendeta protestan per tahun f. 550.000. Ruma yatim piatu semarang.
F. 54.000. Pembantu pendeta Protestan 14. 350 dengan total 618.350. Kemudian
pada pastur kelas I katolik satu orang f. 6.000. Dan kelas II di Jawa berjumlah
11 orang. perorang 4.200 f atau total 46.200. sedangkan kelas 2 di lua pulau
Jawa 5 orang f. 4.200 atau f. 21.000. kelas 3 di luar Jawa berjumlah 11 orang
dengan 1.800 atau 19.800. pembantu pastur 11 orang f. 300 atau 3. 300.
Penolong
kelas 26 orang satu orang 4.200 atau 25.200. Rumah yatim piatu semarang f. 60.550 total setahun f. 182.050. Sekolah
Dasar Swasta (Umumnya Kristen). F. 4.14.000. Organisasi Zending dan pembudayaan
Mentawai f. 10.500. Organisasi Zending pembudayaan enggano f. 3.000. Lembaga
Penyebar Bible dua orang ahli bahasa f. 7. 600.
Sehingga
dalam satu tahun anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda
untuk organisasi kekristenan mencapai f. 1.235.500. Belum lagi
sumbangan-sumbangan yang diberikan, semisalnya pembangunan gereja dan
kepentingan kristen lainnya sehingga mencapai 2.000.000 fonsterling. Kalau kita kalkulasi sekarang dua puluhan triliun rupiah.
Coba
bandingkan dengan anggaran yang diberikan pada kaum Muslimin yang hanya
berjumlah f. 127.029. Hanya 0,5 persen di bandingkan dengan anggaran
yang diberikan Kolonial Belanda pada Kristen. Apabila perbandingan populasi
muslim yang 26 juta jiwa (1901). Dengan orang kristen yang baru beberapa ribu
orang, terdiri dari suku-suku pedalam adalah suatu hal yang tidak ada nilainya sedikit pun.
Kesimpulannya,
Islam tidak akan pernah baik dan tidak akan pernah mendapat keadilan apa bila
dipimpin oleh non muslim. Sebab tidak akan ada non muslim yang dapat berbuat adil
terhadapt Islam. Itulah mengapa Allah berfirman agar muslim jangan mengangkat
pemimpin yang non muslim. Sebab hati mereka selalu dipenuhi rasa iri dan dengki terhadap agama Islam.
Ambil
saja contoh pada zaman moderen sekarang (2020). Kita lihat di Mianmar penghapusan kewarga negaraan suku Rohingya yang muslim, diikuti pembantaian oleh negara. Di susul India yang juga mulai menerapkan unadang-undang kewarganegaraan yang dapat menghapus kewarganegaraan muslim India. Begitupun di Israel yang juga menghapus penduduk Palestina. Di Prancis larangan berhijab, membangun menara masjid dan lainnya. Di Cina dengan persekusi muslim Uighur di Xinjiang. Di Amerika Serikat dengan kelompok ekstrim Donal Trum, Boris Jhonson, Narendra Modi, Junta Militer Mianmar, Komunis dan Zionis Yahudi. Kelompok manusia mengerikan ini sangat menakutkan bagi non muslim yang baik. Mereka khawatir dengan HAM kaum muslimin akan terabaikan.
Namun seseram apapun mereka umat Islam tidak akan pernah gentar sedikitpun. Yang menjadi kekhawatiran adalah di beberapa negara dimana Islam minoritas akan ditindas, didiskriminasi dan dibenci. Persekusi hijab dan jenggot serta diskriminasi tempat bekerja. Identitas teroris akan disematkan pada setiap kelompok Islam. Tapi bandingkan non muslim dalam perlindungan Islam. Semuanya mendapat keadilan dan bahkan kadang lebih berani dari pada orang Islam mayoritas itu sendiri. Maka, Islam hanya dipimpin oleh pemimpin Islam itu sendiri.
Namun seseram apapun mereka umat Islam tidak akan pernah gentar sedikitpun. Yang menjadi kekhawatiran adalah di beberapa negara dimana Islam minoritas akan ditindas, didiskriminasi dan dibenci. Persekusi hijab dan jenggot serta diskriminasi tempat bekerja. Identitas teroris akan disematkan pada setiap kelompok Islam. Tapi bandingkan non muslim dalam perlindungan Islam. Semuanya mendapat keadilan dan bahkan kadang lebih berani dari pada orang Islam mayoritas itu sendiri. Maka, Islam hanya dipimpin oleh pemimpin Islam itu sendiri.
Kalau
kita melihat bagaimana Belanda menjajah. Mereka mengambil pajak dari orang
Muslim Indonesia. Mengambil isi bumi orang Islam di Indonesia. Menguras
kekayaan alam Indonesia dengan rakus. Tapi perbuatan mereka dengan tidak tahu
malu setelah berabad-abad mencari makan dan mencari hidup di negeri muslim
nusantara. Tidak membuat Belanda mau untuk berlaku sedikit adil. Tidak perlu adil, tapi sedikit adil saja.
Kalau
kita melihat dari kenyataan sejarah seperti ini. Keadaan dunia politik dan keagamaan. Jangan pernah kita muslim dijajajah
lagi dan jangan sampai non muslim memimpin kita (muslim). Sebab sudah terbukti
dimana pun, kapan pun, dan sampai kapan pun non muslim tidak akan dapat berbuat
adil pada umat Islam. Mereka tidak akan puas hati sampai kaum muslimin mengikuti
mereka. Selain berlaku berat sebelah Pemerintahan Kolonial Belanda diam-diam menusuk, menyusupkan misionaris dengan menyebar agama
mereka di tengah masyarakat Jawa. Itulah mengapa kita dapat menemukan agama mereka di
Jogjakarta. surakarta dan lainnya.
Muslim harus dipimpin muslim dan tidak ada non muslim yang dapat berlaku adil. Kelompok politik agama akan menghancurkan netralitas negara pada masyarakatnya. Kecuali agama Islam yang dapat berbuat adil pada non muslim.
Muslim harus dipimpin muslim dan tidak ada non muslim yang dapat berlaku adil. Kelompok politik agama akan menghancurkan netralitas negara pada masyarakatnya. Kecuali agama Islam yang dapat berbuat adil pada non muslim.
Oleh.
Joni Apero
Editor.
Selita. S. Pd.
Palembang,
29 Maret 2020.
Sumber:
Aqib
Sumanto. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES, 1985.
Kementrian Agama Republic Indonesia. Ar-Rahman.
Al-Quran Terjemahan. Bandung: Fokusmedia, 2010. h. 117.
Sy. Apero Fublic
Via
Sejarah Islam
Post a Comment