Dongeng
Asal Usul Orang Madura Mengapa Makanan Pokoknya Jagung
Apero Fublic.- Pada
suatu masa di Pulau Madura. Hiduplah seorang pemuda bernama Aryo Menak. Waktu
itu, pulau Madura masih tertutup hutan lebat. Belum padat seperti sekarang. Hanya
ada sebuah desa kecil di Pulau Madura. Di tengah hutan lebat terdapat sebuah
danau. Konon kabarnya danau tersebut sering didatangi oleh para bidadari untuk
mandi dan bermain di danau. Walau cerita telah diketahui penduduk desa. Namun
tidak seorang pun yang pernah datang untuk mengetahui.
Aryo
Menak saat itu adalah seorang pemuda yang gemar bertualang di hutan-hutan. Dia
biasa berjalan di malam hari maupun di siang hari. Beristirahat sebentar,
kemudian pergi saat lelah hilang. Suatu malam ketika bulan bersinar terang dan
dia seperti biasa berpetualang di hutan. Dia melewati sebuah danau di dalam
hutan itu. Waktu itu. aia sudah mengantuk dan ingin tidur. Dia mencari tempat
peristirahatan untuk tidur. Namun perhatiannya berubah. Tiba-tiba tertarik oleh
suara-suara wanita dan suara percikan air danau. Lalu Aryo Menak menuju tepian
danau sambil mengendap-endap mengintip.
"Mungkinkah
itu bidadari? Dia bertanya-tanya. Dia telah mendengar banyak cerita tentang para
bidadari tetapi sampai saat ini belum pernah bertemu mereka. Dia bahkan belum
pernah melihat satu pun. Sekarang seperti mimpi, bagaimana pun dia melihat. Dia
cukup dekat dengan mereka, dan mengintip melalui pepohonan, dia melihat tujuh
gadis muda yang cantik bermain riang dan mandi di danau.
"Mereka
memang para bidadari!. Aryo Menak berbisik pada dirinya sendiri. Ketika dia
melihat gadis-gadis dan pakaian mereka tersebar di sekitar pinggiran danau.
Aryo
Menak tidak bisa berkata-kata saat melihat begitu banyak bidadari yang sangat
cantik. Dia diam-diam supaya para peri tidak terbang pergi. Ingin memiliki
salah satunya Aryo Menak berpikir. Dia diam-diam mendekati tempat di mana
pakaian itu bertebaran. Lalu menarik mengambil salah satu selendang milik
seorang bidadari itu, kemudian dia pergi.
Setelah
beberapa waktu bermain dan mandi di danau. Para bidadari sudah tiba waktu untuk
pulang. Tetapi, bidadari yang bungsu tidak dapat ikut pulang bersama. Dia tidak
dapat menemukan selendangnya. Karena hanya dengan selendangnyalah dia bisa
pulang kembali ke kayangan. Terpaksa bidadari itu tertinggal di danau berair
jerni dan dingin itu. Tinggal seorang diri dia menjadi takut. Dia menangis,
berkata. Tuhanku! apakah saya harus tinggal di dunia ini. Sekarang semua
saudaraku saya pulang?. Keluh bidadari itu. Kemudian Aryo Menak meninggalkan
tempat persembunyiannya dan menghampirinya.
"Bidadari
sayang. Dia bertanya. Ada apa kamu menangis?. Tapi bidadari diam saja bahkan
menoleh pun tidak. “Jangan takut, aku bukan orang jahat."Ujar Aryo Menak
meyakinkan. "Saya
kehilangan selendang saya dan saya tidak bisa pulang," Kata bidadari itu.
"Bidadari.
Lanjut Aryo Menak. “Para bidadari mungkin bermaksud agar engkau tinggal di bumi
ini. Ikut aku dan tinggal di rumahku. Aku akan menjadikanmu istriku dan aku
akan menjadi suami yang baik, aku janji. Kata Aryo Menak.
Kemudian
peri berkata pada dirinya sendiri; Pria itu mungkin benar. Saya bisa percaya
padanya. Jika saya tinggal di sini di danau saya akan masuk angin dan
sendirian. "Baiklah,
kalau begitu. Aku akan pergi denganmu. Dia menjawab. Aryo Menak membawanya
pulang dan menikahinya seperti yang dia janjikan.
Waktu
berlalu kini bidadari itu menjadi istri Aryo Menak. Aryo Menak adalah salah
satu orang terkaya di desanya. Dia memiliki sawah yang menghasilkan beras dalam
jumlah besar setiap tahun. Tetapi meskipun dia sekarang memiliki seorang istri
tanggungannya. Padi dan simpanan kekayaannya tidak berkurang-kurang. Alih-alih itu
bertambah berlipat ganda. Dia sendiri tidak mengerti ini. Biasanya padi di
bilik akan menjadi kurang.
Tetapi ada hal lain yang membingungkannya juga.
Istrinya tidak pernah menumbuk beras yang tidak digiling, seperti yang dilakukan
semua wanita lain di desa, namun dia memasak nasi di atas meja setiap hari
setiap kali dia memasak nasi, dia biasa berkata kepadanya. Tolong jangan masuk
dapur. Aryo Menak melakukan apa yang diperintahkan, tetapi lambat laun ia
menjadi ingin tahu dan ingin mengetahui rahasianya. Suatu hari dia berkata;
Aryo, aku pergi ke sungai untuk mencuci piring. Jangan masuk dapur.
Tak
lama kemudian istrinya pulang. Dia menaruh cucian sudah dicuci supaya kering di
bawah sinar matahari, lalu memasuki dapur. Tetapi ketika dia mengangkat tutup
periuk nasi. Dia tidak melihat nasi seperti biasa. Periuk nasi tanpa bekas
nasih menggelegak. Sama seperti saat ketika dia meninggalkan tadi.
"Kenapa
masih sama?. Pikirnya, Dia bertanya-tanya. Lalu dia menunggu sebentar dan
melihat lagi. Nasi tetap seperti itu.
"Ya
ampun! Suamiku kau telah mendurhakai aku. Kau melanggar pantanganku. Tak
kasihanka dirimu! Kini hilang sudah keajaiban hidupku!. Dia mengeluh. Aku harus
menumbuk padi setiap hari. Kata Istri Aryo Menak.
Kemudian
setelah beberapa saat dia berbesar hati. Berkata pada dirinya sendiri. “Jika tuhan
berkehendak supaya aku bekerja keras. Tidak ada hal lain selain mentaatinya.
Sejak
saat itu, Istri Aryo Menak menumbuk beras seperti yang dilakukan wanita desa
biasanya. Tidak lagi memasak hanya setangkai padi secara ajaib. Jari-jari
tangannya yang halus kini menjadi kasar. Begitupun padi di dalam bilik padi
terus berkurang.
Waktu
berlalu, akhirnya padi terus menyusut dan di bagian bawah tempat penyimpanan
padi ditemukan sesuatu. Suatu hari ketika Istri Aryo Menak memasuki lumbung
untuk menumbuk padi di lesung. Pada lapisan terakhir tumpukan padi. Dia menemukan
selendangnya yang hilang dahulu. Ternyata disembunyikan Aryo Menak di dalam
bilik padi dan dia lupa untuk memindahkannya. Saat melihat selendangnya itu,
istri Aryo Menak merasa rindu rumah di kayangan. Terkenang masa-masa lalu
dengan keluarga dan saudara-saudaranya sampai terakhir dia mandi di danau. Juga
mengingat hari-hari yang dia habiskan bersama anak-anaknya, dan Aryo Menak.
"Aku
akan bahagia ketika melihat teman-temanku lagi. Kata Istri Aryo Menak. Dia
menghela nafas dan kemudian dia memutuskan untuk kembali. Pergi dari tempat di
mana dia telah menjalani kehidupan susah. Sekarang bidadari istri Aryo Menak
telah memiliki selendang terbangnya kembali. Segera setelah dia mengenakan
selendangnya. Kakinya menjadi ringan dan terangkat meninggi dari tanah. Saat
dia sudah terbang melayang tinggi, dia berteriak. “Aryo sayang, jika kamu ingin
menemuiku dan rindu padaku. Maka pandanglah saja bulan. Pada saat bulan
purnama, aku akan berada di sana.
Sambil
menangis dengan air mata berlinang. Aryo Menak memintanya sang Istri untuk
kembali. Tetapi semua sudah terlambat. Tangisannya tidak ada gunanya lagi. Sang
Istri yang seorang bidadari kemudian terbang tinggi dan tinggi. Kemudian menghilang
dibalik awan. Kembali ke kayangan dimana dia berasal.
Karena
pemaksaan keingintahuan Aryo Menak tersebut. Menyebabkan istrinya kembali ke
kayangan. Sehingga sejak saat itu, orang-orang Madura sampai saat ini. Mereka
tidak menanak nasi atau memakan beras sebagai makanan pokoknya. Tapi mereka
memilih makanan lain, yaitu Jagung. Karena mereka adalah keturunan dari Aryo
Menak.
Rewrite.
Apero Fublic
Editor.
Selita. S. Pd.
Palembang,
7 April 2020.
Dra. S. D. B. Aman. Folk Tales
From Indonesia. Djambatan. Jakarta, 1995.
Sy. Apero Fublic
Via
Dongeng
Post a Comment