Pertanian dan Alam
Cabik Uman. Filosofi dan Budaya Ketahanan Pangan Nenek Moyang
Apero
Fublic.-
Mengenal cabai salah satu tanaman pangan di Indonesia. Walau cabai hanya
sebatas bumbu penyedap masakan. Namun cabai menjadi bumbu kebutuhan pangan di
Indonesia. Monopoli dan permainan harga sangat kental dengan bisnis cabai.
Cabai menjadi komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Permainan harga biasanya
menjelang bulan puasa sampai lebaran. Begitupun saat gagal panen. Harga cabai
kadang dapat menyerang perpolitikan tanah air.
Cabai
dalam bahasa Melayu bernama Cabik (cabik uman atau cabik talang). Bahasa Inggris bernama cayenne pepper, siling labuyo
di Filipina dan di Thailand phrik khi nu. Cabai atau cabik memiliki nama ilmiah
capsicum annuum, dari keluarga solanaceae. Cabai atau cabik memiliki beberapa jenis. Yaitu, cabik uman atau cabai rawit. Cabik panjang atau sering disebut media cabai
keriting. Ada juga jenis cabai sayur dan beberapa jenis lain seperti paprika.
Khusus
dalam tulisan ini membahas cabai dalam kebudayaan Melayu. Yaitu, tentang cabai
rawit atau cabik uman dalam bahasa Melayu. Mengapa menyangkut kebudayaan Melayu
yang dibahas. Hal ini bertolak pada pembelajaran budaya nenek moyang kita.
Dimana saya mengingat kebudayaan kakek nenek dahulu.
Mereka memiliki budaya
agraris ladang berpindah. Dimana keadaan alam dalam tahun-tahun kadang tidak menentu. Sedangkan
kebutuhan pangan harus selalu ada dan berkelanjutan. Nenek moyang kita tidak
memiliki pasar berjaringan seperti sekarang. Mereka hidup terisolir di
kampung-kampung terpencil satu sama lain.
Dalam
sangkutan dengan topik cabik uman atau cabai rawit. Penduduk zaman dahulu memiliki bibit cabai
tersendiri. Nama yang masyakat berikan cabik uman, cabik burung, cabik talang
dan lainnya. Kualitas pedas cabik uman yang sangat kuat. Dua biji cabai rawit
atau cabik uman dapat memedaskan satu belanga gulai. Mengapa demikian, karena
kualitas bibit tradisional sangat baik. Bagaimana nenek moyang kita memenuhi
kebutuhan cabai mereka. Sedangkan umur cabai tidak lebih satu tahun. Mereka harus menebang hutan terlebih dahulu untuk membuat ladang baru.
Salah
satu hal yang mereka buat adalah mengawetkan cabai. Yang mereka sebut dengan
cabai kering. Cabai yang sudah masak berwarna merah di pungut dan diolah.
Dicuci bersih dan ditiskan, langsung dijemur dengan wadah lebar yang bersih. Cabai
yang dikeringkan dengan cara dijemur di terik matahari. Setelah dijemur
beberapa hari. Cabik uman yang sudah kering sampai mengempes tersebut disimpan
didalam wadah yang sejuk dan kering. Terhindar dari basah dan sinar matahari
langsung. Ketahanan cabai kering ini mencapai dua tahunan.
Biasanya
mereka menyimpan di dalam bumbung bambu, guci. Di zaman agak lebih moderen
kemudian di dalam toples. Wadah di tutup rapat agar tidak dimasuki serangga
besar atau kecil. Kebiasaan nenek moyang kita dalam mengawetkan pangan seperti
cabai. Adalah salah satu bentuk budaya ketahanan pangan mandiri. Bayangkan
kalau setiap rumah-rumah di Indonesia memiliki cadangan cabai-cabai kering
seperti ini. Tentu, pada saat gagal panen, saat harga cabai melonjak karena permainan
mapia cabai. Saat menjelang lebaran atau akhir tahun.
Penduduk
dapat menggunakan cabai kering yang disimpan. Dalam kondisi negara darurat
virus corona seperti sekarang (2020). Atau darurat perang dan krisis ekonomi
yang bersifat nasional atau dunia. Tentu sangat membantu sebuah rumah tangga dalam
ketahanan pangan mandiri. Penggunaan cabai kering cukup direndam dengan air
panas sampai mengembang. Setelah itu dapat dijadikan untuk bumbu masakan.
Mari
kita budidayakan cabai uman atau cabai rawit di dalam pot disekitar rumah kita.
Mari kita membudayakan membuat stok pangan mandiri di rumah masing-masing. Agar
tercapai keluarga yang sejahtera dan kuat untuk ketahanan pangan. Keadaan dunia
semakin sulit, kedepannya. Sesungguhnya dalam kurun waktu sepuluh tahun, dunia selalu mengalami masa-masa
sulit.
Dengan membudayakan ketahanan pangan mandiri setiap keluarga. Maka kita
akan tumbuh menjadi negara yang kuat dan mampu berdiri sendiri. Mari kita
budayakan, ketahanan pangan mandiri dalam menyonsong masa depan. Memiliki bilik pangan atau gudang pangan sendiri.
Oleh.
Rama Saputra
Editor.
Desti. S.Sos.
Foto.
Dadang Saputra
Palembang,
26 April 2020.
Bumbung Bambu: Bumbung adalah istilah penyebutan ruas banbu yang di potong dengan satu batas keras sehingga membentuk wadah mirip botol. Masyarakat juga menyebutnya ogoh.
Bumbung Bambu: Bumbung adalah istilah penyebutan ruas banbu yang di potong dengan satu batas keras sehingga membentuk wadah mirip botol. Masyarakat juga menyebutnya ogoh.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment