Puisi
Dramatis.
Manajemen hidup,
Dulu aku seorang
pe-laknat.
Setapak demi
setapak.
Mata ini tak
lagi melihat.
Aku dijaga
hijabku.
Wahai saudaraku,
Tengoklah,
Bingar-bingar
terdengar di porak-poranda-kan.
Ku berdiri di
atas bangunan bertingkat.
Takut.
Oleh. Hamrinai
Beddu Dewi.
e-Antologi Puisi Perjuangan Kehidupan: Hamrinai Beddu Dewi.
APERO FUBLIC.- e-Antologi
Puisi Perjuangan Kehidupan adalah kumpulan puisi yang memberikan kekuatan dalam
perjalanan kehidupan kita. Bukan hanya sebatas puisi dan ungkapan perasaan.
Tapi puisi memiliki pesan dalam kehidupan dimana kita harus mengambil sikap.
Seperti
puisi hijab adalah bentuk perjuangan kaum muslimah dalam mengikuti syariah
Islam. Dengan hijab muslimah menyelamatkan akhlak laki-laki dan memperbaiki
sosial masyarakat. Sehingga kaum muslimah adalah pejuang kehidupan. Catatan
Hijrah juga melambangkan perjuangan.
KIAMAT
Dramatis.
Mengagetkan.
Datang
tiba-tiba.
Saat-saat Allah
mengguncangkan,
Seisi langit dan
bumi ini.
Lalu masih
adakah manusia merasa aman.
Bumi ter-guncang
sedasyat-dasyatnya.
Seisi bumi
berhamburan,
Bagaikan
anai-anai yang bertebaran.
Lalu masih
adakah,
Di antara
manusia merasa aman.
Renungkan kawan.
Manusia bermobil
mewah,
Tak lagi di
pandangnya.
Manusia berumah
mewah,
Tak bisa lagi
berlindung di bawah naungannya.
Para ilmuan tak
lagi berfilsafat.
Para pelajar tak
lagi bersekolah.
Pegawai, dokter,
olahragawan,
Bahkan orang
nomor satu di negerinya.
Tak akan berdaya
menangkis semua itu.
Allah maha
berkuasa atas segala,
Apa yang di
langit dan di bumi.
Ya Allah.
Sembari kami
berdoa padamu, ampunilah kami.
Ampunilah
dosa-dosa kami.
Seraya berkata:
Takbir…Takbir…Takbir.
MANAJEMEN MAUT
Manajemen hidup,
Bukanlah perkara
yang mudah.
Yaaaa.
Saat gemerlap
kemewahan mendekat.
Bingar-bingar
indahnya dunia menimpa-ku.
Saat, satu
demi satu.
Berdatangan di
hadapan-ku.
Maka akan
terlupakan masa akhirat-ku.
Aku bingung dan
resah.
Bertanya ku
dalam hati.
Saat maut
menghampiri ku nanti.
Apakah kemewahan
ini semasa di dunia.
Akan awet sampai
akhirat.
Apakah tapak
demi setapak,
Langkah ini
dapat membahagiakan di akhirat.
Ya Allah.
Aku lengah,
lemah, dan serakah.
Ya Allah.
Bantulah aku
untuk menata hidupku.
Agar aku dapat
menyeimbangkan,
Dunia dan
akhirat Ku.
Aamiinn.
CATATAN HIJRAH
KU
Dulu aku seorang
pe-laknat.
Dulu aku seorang
pendusta.
Dulu aku seorang
pendosa.
Namun Allah tak
secuil pun,
Mengatakan itu
padaku.
Allah tak
berkata pada-ku,
Pe-laknat,
pendusta, atau pun pendosa.
Karena itu aku
malu, merasa konyol, sampah.
Kenapa aku baru
sadar.
Bahwa Allah
menyayangi-ku.
Dia selalu
di dekatku, melindungi-ku.
Tapi.
Namun aku tahu.
Allah maha
pengampun.
Karena itulah
putuskan untuk ber-hijrah.
PEJUANG DAKWAH
Setapak demi
setapak.
Langkah demi
langkah.
Kata demi
per-kata.
Melalui hari
demi hari.
Bulan demi
bulan.
Dan bahkan
tahun pun telah habis.
Perjuangan ku,
Walau kadang
tersedak oleh rintangan.
Walau terasa
berat mengembang agama.
Sampai
perjuangan berdarah-darah.
Ujar ku dan
ku-renungi dalam hati.
Inilah jalan
yang Rasulullah rindukan.
Ujar ku lagi
dalam hati.
Ingin ku keluar
dari lorong yang sempit.
Untuk menatap
langit yang indah.
Untuk menghapus
semua kepenatan-ku.
Mungkin inilah
jalan yang harus-ku tempuh.
Jalan untuk
berdakwah.
Sampai maut-kan
memanggil.
ROHKU PERGI
Mata ini tak
lagi melihat.
Telinga ini tak
lagi mendengar.
Tangan dan
kakiku ini, tak bisa lagi bergerak.
Diam tak
berdaya.
Darah ini tak
lagi mengaliri,
Seluruh tubuhku
ini.
Kini tubuhku
terbujur kaku dan tak berdaya.
Apakah ini saat
panggilan itu datang.
Walau segala
cara dan upaya,
Telah kulakukan
semua.
Namun semuanya
kan tetap sama.
Ya Allah.
Jika ini
inginmu.
Kini aku
menyerah.
Hanya tunduk
kepadamu.
Karena engkau
adalah penguasa,
Dan pemilik
semua jawaban.
HIJAB KU
Aku dijaga
hijabku.
Dari mata-mata
yang nakal.
Aku dijaga
hijabku.
Dari
tangan-tangan yang kasar.
Aku bangga
berhijab.
Menjalankan
kewajiban.
Sebagai wanita
akhir zaman.
Walau orang
berkata;
Aku tak
modislah, cupulah, tradisional bangetlah.
Tapi aku bangga
berhijab.
Karena anggun.
Cantik-nya
wanita itu.
Ada pada
hijabnya.
*****
Puisi Tentang
Kesedihan
JERITAN ANAK PALESTINA
Wahai saudaraku,
Umat Islam
yang tak sedarah tapi seiman.
Kami
di sini mengalami.
kesulitan,
kesakitan,
menderita,
kehilangan
tempat tinggal.
Wahai saudara
seagama-ku.
Kini negeriku
hancur, rusak,
Bagaikan pohon
yang tumbang
Ku butuh
penyemangat-mu,
Wahai saudara
seagama-ku.
Ku butuh kehadiranmu.
Untuk membantu,
menenangkan kegelisahan.
Dari kemampuan
diri yang begitu lemah.
PILU BUMI
KU
Tengoklah,
Bumi-ku dulu
asri dan nyaman.
Yang dipenuhi
rangkaian pelangi.
Yang
bertanggung jawab,
Menghiasi
secerca gemerlap.
Senyuman yang
keluar dari raut wajah.
Lalu tengok
kedepan.
Betapa banyak
tikus berkeliaran.
Tikus yang
melumurkan darah namun tak terlihat.
Tikus yang
menghamburkan pelangi,
Menjadi
kepingan-kepingan kaca.
yang pecah
terjatuh
Kini bumi-ku
hancur.
Andaikan
sekarang terdapat pelangi,
Yang
bertanggungjawab seperti dulu.
Andaikan pelangi
sekarang,
Tak mementingkan
diri sendiri.
Maka tak akan
ada
Pelangi
berkeping-keping di bumi-ku ini.
Yang kini
terlihat gersang.
TERDENGAR PILU PALESTINA
Bingar-bingar
terdengar di porak-poranda-kan.
Gemerincing
lonceng terdengar meriah.
Itulah
di ibaratkan.
Saat peluruh
menembus tubuh ini.
Terdengar saat
ledakan-ledakan,
Menghancurkan
tempat tinggal-ku.
Saat pasukan
tegak berani,
Seraya berpesta
dengan alat-alat canggih-nya.
Menghancurkan
tanah air-ku.
Tanah
kelahiranku,
Tempat
di mana aku melihat,
Seperti inikah
ke-jamnya dunia.
Terketuk dalam
hati ingin membantu.
Namun apalah
daya,
Ini hanya
melihat berita dan berkata.
Kejam-nya negeri
sebelah.
Sadis memang
sadis.
Itulah sepenggal
kata curhatan masyarakat Palestina.
Sedih menusuk
kalbu.
Tak terasa air
mata pun terjatuh.
SUARA ADALAH TANGANKU
Ku berdiri di
atas bangunan bertingkat.
Angin
sepoi-sepoi, menghangati diri ini.
Ku pandang ke
atas, terlihat.
Langit biru yang
membentang luas.
Ku pandang
sekelilingku.
Terbentang luas
ciptaan. Allah.
Begitu
banyaknya.
Gamang-ku dalam
hati.
Jikalau aku
bisa berbicara.
Ku mengatakan
sejuknya.
Angin
sepoi-sepoi ini.
Ku berkata
indahnya langit biru ini.
Dan aku berkata;
Yaaa Allah,
begitu dahsyatnya.
Semua
ciptaan-Mu.
Namun takdir
membalikkan Fakta.
Ku tak bisa
berteriak, saat.
Semua itu,
terbenam dalam Pikiran-ku
Teriakan ku
hanya menggerakkan,
Tangan
ini saat berbicara.
Ku sadar aku
wanita bisu.
Yang
mengeluarkan suara dengan tangan.
PUSING BERDUA
Takut.
Resah.
Gelisah.
Saat-saat
waktunya makin dekat.
Kacau pikiran
melandaku.
Engkau saudaraku
membuatku.
Hatiku
tersayat-sayat.
Lalu
kau pun berkata.
Di balik semua
sayat-sayat itu.
Hatimu tiba-tiba
terpantul kepada diri ku.
Seketika itulah
sayat hati ini.
Menimpa kita
berdua.
Lalu kita
berdua menjadi pusing.
Oleh. Hamrinai
Beddu Dewi.
Editor. Selita.
S.Pd.
Fotografer.
Dadang Saputra
Palopo, 14 Mei
2020.
Sy. Apero Fublic
Via
Puisi
Post a Comment