Puisi
e-Antologi Puisi: Tentang Cinta.
Apero Fublic.- e-Antologi puisi adalah kumpulan puisi elektonik yang memuat beberapa puisi. Biasanya e-Antologi puisi terdiri dari sepuluh buah puisi. Boleh satu tema atau bermacam tema. Boleh satu penulis atau terdiri dari beberapa penulis.
Unsur penting e-Antologi puisi seperti tema e-Antologi, penulis, dan tempat menulis puisi. e-Antologi puisi saya bertema tentang cinta. fungsi tema untuk menjadi pengenal atau identitas dari e-Antologi puisi milik kita.
Sehingga dapat membedakan dengan karya kita dan karya orang lain. Tentang Cinta mewakili dan salah satu ungkapan rasa cintaku pada keluargaku. Berikut e-Antologi Puisi Tentang Cinta.
Unsur penting e-Antologi puisi seperti tema e-Antologi, penulis, dan tempat menulis puisi. e-Antologi puisi saya bertema tentang cinta. fungsi tema untuk menjadi pengenal atau identitas dari e-Antologi puisi milik kita.
Sehingga dapat membedakan dengan karya kita dan karya orang lain. Tentang Cinta mewakili dan salah satu ungkapan rasa cintaku pada keluargaku. Berikut e-Antologi Puisi Tentang Cinta.
I LOVE MY
DAD
Dad,
pahlawan pertama aku kenal.
Yang pertama,
mengenalkanku
dengan nama Allah.
Azan yang engkau lantunkan di telingku.
Pada saat aku lahir ke dunia.
Dad,
kamu yang membantu ibu.
Pada
saat aku rewel malam hari.
Membantu ibu, mendiamkan
aku.
Sewaktu aku menangis
dikalah kecil.
Engkau yang membuat aku tertawa.
Melalui lolucon-lolucon yang kau
buat.
Dad,
dirimu membanting tulang.
Bercucuran keringat untuk menafkahi keluarga.
Engkaulah, pemimpin terbaik dalam keluarga.
Dad,
pada saat aku mengingat semua itu.
Air
mata menetes dan tak bisa aku bending.
Dad,
hanya satu kata ini ku dengarkan
pada-mu.
I
Love You My Dad.
Terima
kasih,
Telah menjadi pahlawan dalam hidupku.
IBU MALAIKAT KU.
Ibu,
Engkau
tangan hangat pertama,
Yang kurasakan dalam eratnya kasihmu.
Hangatkan tubuhku yang mungil.
Engkau
malaikat yang mengandungku,
Sembilan bulan lamanya.
Melahirkanku dengan sekuat tenaga.
Dengan hembusan nafas pertarukan jiwa.
Engkau yang memandikan aku.
Dengan sentuhan lembut tanganmu.
Diwaktu aku masih kecil, dulu.
Engkau yang selalu membimbing,
Menasehatiku dengan kasihmu.
Lembut
kata-katamu.
Engkau
yang menguatkan aku.
Memotivasiku disaat aku jatu dan lemah.
Pelukanmu, membuat nyaman jiwaku.
Ibu, oh Ibu ku.
Engkau
selalu bersabar ,
Menghadapiku pada saat aku nakal.
Membangkang katamu,
Tak mendengar nasihatmu.
Maafkan
aku ibu, maafkan aku.
Maafkan
anakmu yang nakal ini.
Andaikan
aku pemilik seluruh isi dunia.
Akan aku berikan padamu.
Tapi, semua itu tak akan dapat membalas jasamu.
Begitu pun kasih sayang ibu,
Tak termakan waktu.
Terima kasih ibu,
Terima kasih telah memberikan cahaya.
Dalam kehidupan yang begitu indah.
KAKAK
Kakak,
Kamu
adalah saudaraku yang tersayang.
Kamu
yang membantu ibu,
Menjagaku waktu kecil dulu,
Mungkin sampai aku mati.
Aku
tak bisa melupakan semua itu.
Saat-saat
kakak membantuku,
Mengerjakan tugas sekolah.
Saat-saat
kakak menemani aku bermain, tertawa.
Kakak
juga adalah teman curhatku.
Bilakah masalah datang
menjumpaiku.
Iya,
Kadang
juga aku jengkel.
Saat
kakak memarahi karna kenakalanku.
Tapi
aku baru sadar saat ini,
Ternyata semua itu.
Pelajaran
hidup yang kakak berikan padaku.
Terima
kasih kak.
Terima
kasih telah menemani hidupku.
Terima
kasih telah menjadikan hidupku.
Menjadikan
lebih bermakna.
SEKEPING KENANGAN DARI
AYAH
Ribuan
perjalanan telah kita lewati.
Dari
masa-masa remaja hingga kita memiliki ikatan.
Hingga
sampailah sekarang kini.
Begitu
beragam jikalau di kenang .
Dimana
kita dipertemukan dalam ikatan suci.
Menjalani
kehidupan bahterah rumah tangga bersamamu.
Kini
kita memiliki butir-bitir cinta,
Yang berada di antara kita.
Butir
–butir cinta yang kini mewarnai.
Kehidupan keluarga
kita
Yaaa.
Dialah
yang kini menjadi warna terang.
Bercahaya
dikehidupan kita mendatang.
Yaitu,
buah hati ayah dan bunda.
HIDUP YANG BERIRAMA
Esok
bukan sekedar membalikkan badan.
Dari
lelapnya tidur.
Bukan pula berjalan lurus.
Menyonsong
kehidupan,
Bagai datarnya lorong yang lurus.
Akan
tetapi hidup memiliki rasa, yang kadang;
Membosankan.
Sedih.
Susah.
Senang.
Dan
penuh kegelisahan.
Bagaikan
struktur dalam organisasi.
Yang
memiliki peran yang beragam.
Itulah
hidup.
Bagai
pohon yang beranting-ranting.
Dalam
menyonsong hidup kedepan.
Agar
menjadi lebih baik.
Puisi
Tentang Politik
TINDAS BRUTAL
Indahnya
jikalau,
Penguasa memiliki sekuntum rasa adil.
Saat
rakyatnya tertindas membantu dengan adil.
Namun
fakta menjadi opini.
Begitulah.
Saat
yang kaya menindas yang miskin.
Saat
yang berkuasa menjadi singa.
Saat
berpangkat menjatuhkan.
Saat
perwakilan rakyat menjadi gila.
Lalu.
Kemana
kami rakyat kecil harus lari.
Kemana
kami rakyat kecil mengadu nasip.
Kemana
kami rakyat kecil bersorak ria,
Tersenyum lepas, mengadu nasip, menata
hidup.
Jikalau
penguasa berpangkat tinggi, kaya.
Namun menjadi gila
Yaa.
Inilah
sederet gambaran negeriku Indonesia.
Walau sudah tak terjajah.
Namun menjadi semak belukar.
Yang dipenuhi tindakan manusia brutal.
JANJI PALSU DPR
Diatas mimbar.
Diatas panggung.
Di poster-poster.
Terdengar… Terbaca…..Dan Terlihat.
Kata-kata
manis yang terdengar keluar.
Akan
aku berikan.
Akan
aku penuhi.
Akan
katanya.
Sederet
janji yang keluar dari mulut.
Bagaikan
kereta api yang tak mau berhenti.
Namun
saat menjabat.
Menduduki
kursi empuk.
Berada
di ruangan mewah, ber AC.
Masih
adakah engkau mengungkit janjimu.
Di
saat rakyat kesusahan, menderitam, kelaparan.
Itukah
janji yang kau ucapkan dulu.
Hanya
kata maaf yang terlontar dari mulutmu.
Yaaaaa.
Hanya secerca kertas yang hangus
terbakar.
Semoga
Allah melunaskan janjimu kelak di akhirat.
INDONESIA MERDEKA PALSU
Kemerdekaan
hanya kata yang tak terbukti.
Katanya Indonesia
tanah yang makmur.
Katanya
Indonesia tak seseram dulu.
Katanya
Indonesia sudah merdeka.
Lalu
bagaimana dengan koruptor,
Yang memakan uang rakyat.
Lalu bagaimana dengan penegak hokum.
Hanya ditimpahkan kepada orang kecil.
Lalu bagaimana yang selalu kedinginan.
Karena tempat tinggal lebih buruk,
Dari pohon yang rindang.
Lalu bagaimana dengan anak-anak Indonesia,
Bersorak menuntut hak pendidikan.
Inginku teriak dan berkata.
Adakah
yang bisa hentikan semua itu.
Agar
Indonesia kita ini.
Bukanlah
kemerdekaan palsu.
HAUS
AKAN TAHTA
Gemuruh
terdengar berita.
Saat
satu demi satu.
Bakal calon menyusun politik.
Sogok menyogok mengeluarkan uang.
Agar dapat partai dan pendukung yang banyak.
Inilah dinamakan politik,
Bila menang bersorak ria.
Kalau tak dapat tempat,
Bagaikan tindakan menyayat hati.
Peretakkan tulang belulang tubuh.
Jikalau
ingin mendapatkan kursi.
Maka mahar yang diberi lebih tinggi.
Itulah
cacatnya politik.
Bagai
lingkaran setan.
Yang haus akan kekuasaan.
Puisi
tentang Islam
KIAMAT
Dramatis.
Mengagetkan.
Datang
tiba-tiba.
Saat-saat
Allah menguncangkan,
Seisi langit dan bumi ini.
Lalu
masih adakah manusia merasa aman.
Bumi
terguncang sedasyat-dasyatnya.
Seisi
bumi berhamburan,
Bagaikan anai-anai yang bertebaran.
Lalu
masih adakah,
Di antara
manusia merasa aman.
Renungkan
kawan.
Manusia
bermobil mewah,
Tak lagi di pandangnya.
Manusia
berumah mewah,
Tak bisa lagi berlindung
di bawah naungannya.
Para
ilmuan tak lagi berfilsafat.
Para
pelajar tak lagi bersekolah.
Pegawai,
dokter, olahragawan,
Bahkan orang nomor satu di negerinya.
Tak
akan berdaya menangkis semua itu.
Allah
maha berkuasa atas segala,
Apa yang di langit dan di bumi.
Ya
Allah.
Sembari
kami berdoa padamu, ampunilah kami.
Ampunilah dosa-dosa kami.
Seraya berkata: Takbir…Takbir…Takbir.
Oleh. Hamriani Beddu Dewi.
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palopo, 14 Mei 2020.
Catatan: Buat sahabat-sahabat semua jangan biarkan hasil karya puisi kalian di simpan hanya di dalam buku catatan atau di dalam latop kalian saja.
Publikasikan agar memberi inspirasi untuk semua orang yang membacanya. Terima kasih untuk Apero Fublic dan Jurnal Sastra Apero Fublic telah mempublikasikan puisi saya.
Apabila sahabt-sahabat yang ingin mempublikasikan karya tulis apa pun kirim saja ke Apero Fublic melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra@gmail.com.
Sy. Apero Fublic.
Via
Puisi
Post a Comment