Sejarah Umum
Mengenal Pengaruh Konferensi 19 Bangsa-Bangsa Asia Terhadap Kemerdekaan Indonesia.
Apero
Fublic.-
Dengan membaca sejarah singkat ini. Kamu akan tahu kalau perjuangan politik
sangat menentukan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kecerdasan dalam politik sangat luar
biasa maknanya. Jangan berpikir hanya dengan senjata saja kita dapat mencapai kemerdekaan.
Dengan demikian, dalam membangun sebuah bangsa berarti tidak dapat dibangun hanya dengan otot. Tapi dengan
akal, ilmu, kebijaksanaan, dan moral. Senjata hanyalah pendukung dari sebuah
tatanan pemerintahan.
Mengenang
Konferensi Sembilan Belas Bangsa-bangsa Asia di New Delhi. Dimana peristiwa diadakanya konferensi
atas aksi Kolonial Belanda yang melakukan Agresi Militer Belanda II. Terjadi pada tanggal 19 Desember 1948. Dalam agresi
ini militer Belanda menduduki wilayah yang dikuasai oleh Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta yang waktu itu menjadi Ibu Kota Negara Republik Indonesia juga di rebut Belanda.
Presiden
Soekarno, wakil presiden Mohammad Hatta, beserta kabinet mereka ditangkap dan dibuang ke Pulau Bangka. Sebelum ditangkap presiden mengirim telegram ke sumatera
kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) berdiri antara 22 Desember 1948-13 Juli 1949. Apabila, PDRI juga ditangkap oleh Belanda. Maka Pemerintahan Darurat di Padang juga mengirim
perintah ke India agar tokoh Indonesia di India membentuk pemerintahan darurat
lagi.
Atas
perbuatan Belanda itu, Presiden Soekarno berunding dengan tokoh pergerakan dan anggota
kabinet. Untuk meminta pada tokoh-tokoh Asia untuk mengadakan suatu konferensi
untuk mendukung Indonesia. Sehingga timbul suatu gerakan baru oleh tokoh-tokoh
dunia waktu itu, terutama di Asia.
Konferensi
itu, diadakan atas permintaan Perdana Mentri Birma Thnkin Nu. Beliau menyatakan
bahwa, sebagai Perdana Mentri India, Nehru seharsunya mengundang negara-negara
Asia untuk memikirkan masak-masak Agresi Kedua Belanda terhadap Republik Indonesia.
Delapan
belas bangsa diundang untuk mengikuti konferensi. Yaitu, Afganistan, Australia,
Birma, Sri Lanka, Cina, Mesir, Etiopia, Iran, Irak, Libanon, Pakistan,
Filipina, Arab Saudi, Muang Thai, Suriah, Yaman, Nepal, dan Selandia Baru. Turki
juga di undang tapi tidak bersedia hadir. Sedangkan Cina, Nepal, Selandia Baru,
dan Muang Thai diwakili oleh pengamat. Untuk negara lainnya mengirim delegasi
yang diketuai oleh Kuasa Penuhnya masing-masing.[1]
Semua
negara yang ikut konferensi dengan secara bulat mengutuk agresi militer Belanda
terhadap Republik Indonesia yang berdaulat. Dalam resolusi berisi anjuran-anjuran kepada
Dewan Keamanan PBB. Pertama, supaya Pemerintah Republik Indonesia dan pemimpin-pemimpin republik lainnya, juga
tahanan politik lainnya segera dibebaskan.
Lalu adanya pemulihan Pemerintahan Republik Indonesia di Keresidenan Yogyakarta beserta semua fasilitas untuk
komunikasi dan kebebasan berkonsultasi.
Kedua, Pengembalian kepada Pemerintahan
Republik paling lambat pada tanggal 15 Maret 1949 wilayah-wilayah yang dikuasai pada tanggal 18 Desember 1948. Pasukan Belanda yang berada di
Keresidenan Yogyakarta ditarik berangsur-angsur begitu pun di wilayah-wilayah
lainnya di seluruh Indonesia.
Ketiga,
menghapus dengan segera pembatasan-pembatasan yang diadakan oleh Belanda kepada
perdagangan Republik Indonesia dan segerah menantikan terbentuknya Pemerintahan
Sementara pada tanggal 15 Maret 1949. Republik juga harus diberikan semua
fasilitas untuk berkomunikasi dengan dunia.
Keempat,
Pemerintahan Sementara harus memegang kekuasaan penuh termasuk kendali pada
angkatan bersenjata. Menyelesaikan pemilihan Majelis Permusawaratan Rakyat pada
tanggal 1 Oktober 1949. Lalu menyerahkan
kedaulatan sepenuhnya ke tangan Negara Indonesia Serikat pada tanggal 1 Januari
1950.[2]
Dari itu, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk kemerdekaan Indonesia. Dalam situasi itu juga, Amerika Serikat juga akhirnya menekan Pemerintahan Belanda. Pada tanggal 30 Maret,
menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Dean Acheson memberi tahu Menteri Luar
Negeri Belanda, Stikkker di Washington, bahwa Departemen Luar Negeri Amerika
Serikat terpaksa menghentikan alokasi EAC kepada Belanda kalau Pemerintah
Belanda tidak mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Selain itu, tekanan para pengusaha
Belanda juga mengikuti. Mereka mulai menyadari kepentingan jangka panjang
mereka tidak lagi terjamin di Indonesia.
Dari
konferensi sembilanbelas bangsa-bangsa Asia tersebut telah memberikan dampak
yang sangat berarti bagi kemerdekaan Indonesia. Indonesia walau terdesak dalam
bidang militer, namun menang di kanca politik dunia.
Sehingga
Belanda terpaksa mengikuti resoslusi Dewan Keamanan PBB. Belanda tidak lagi
memiliki alasan apa pun seperti selama ini. Bahkan Belanda menyatakan kalau PBB
tidak berhak mencampuri urusan dalam negeri Belanda. Padahal, belanda telah
melakukan kejahatan besar yaitu menginvasi sebuah negara yang merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah
selesai melakukan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada tanggal 4
November 1949. Perdana Mentri Mohammad Hatta kembali ke Belanda pada tanggal 27
Desember 1949 untuk menerima langsung dari Ratu Belanda Juliana, penyerahan Kedaulatan Negara
Indonesia Serikat dari Belanda.
Sehingga
Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka secara penuh. Demikianlah bentuk
pengaruh dari konferensi sembilan belas bangsa-bangsa Asia terhadap kemerdekaan
Bangsa Indonesia. Sehingga, penjajahan di Asia akhirnya berakhir.[3]
Dalam
konferensi tersebut tentu ada peran dari wartawan Shri Mani (wartawan India) dalam memberitakan
peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi Asia waktu itu. Dia koresponden Free
Press Journal of Bombay. Seperti penyiaran tawaran diplomatik beras Syarir
sebanyak setengah juta ton kepada India.
Begitu pun saat Konferensi Sembilan
Belas Bangsa-Bangsa Asia terjadi. PRS. Mani juga yang menyiarkan di Indonesia. Dalam upaya mendukung Indonesia di dunia internasional.
Suatu bukti kekuatan media pers yang besar.
Thnkin Nu. Tokoh penggagas Konferensi Sembilan Belas Bangsa-Bangsa Asia atas terjadi Agresi Militer Belanda II.
Oleh. Joni Apero
Oleh. Joni Apero
Editor.
Selita. S.Pd.
Palembang, 20 Mei 2020.
Palembang, 20 Mei 2020.
Sumber dan Sumber foto:
P.R.S Mani. Jejak Revolusi 1945 Sebuah Kesaksian Sejarah. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1988.
[1]P.R.S Mani. Jejak Revolusi
1945 Sebuah Kesaksian Sejarah. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1988. h.
165.
[2]P.R.S Mani. Jejak Revolusi
1945 Sebuah Kesaksian Sejarah.h. 169.
[3]P.R.S Mani. Jejak Revolusi
1945 Sebuah Kesaksian Sejarah, h. 179.
Sy. Apero Fublic.
Via
Sejarah Umum
Post a Comment