Cerita Rakyat. Puyang Bulanak
*****
Tersebutlah sebuah talang bernama Merbau Kembo. Salah satu talang yang terletak di Pedatuan Dataran Negri Bukit Pendape. Dinamakan Talang Merbau Kembo, saat nenek moyang mereka membuka talang pertamakalinya menemukan dua pohon merbau yang berdiri berdekatan. Sehingga mereka namakan Talang Merbau Kembo (Kembar). Waktu itu, talang dipimpin oleh Datu, bernama Puyang Pekalang. Dia pemimpin yang bijaksana. Sehingga dihormati dan segani rakyatnya.
Pada masa hari, ada seorang istri yang buruk sekali tabiatnya. Dia meracuni suaminya atas hasutan selingkuhannya seorang laki-laki tua, tapi kaya raya. Selain mewarisi harta suami pertamanya. Dia juga berambisi menguasai harta selingkuhannya kelak. Setelah janda, dia akan menikah dengan laki-laki selingkuhannya yang kaya. Tentu saja saat berselingkuh mereka berzina. Hasil perzinahan wanita itu pun hamil. Tibalah waktu melahirkan. Lahir anak laki-laki yang dinamakan, Bulanak. Menjadi istri muda selingkuhannya, Ibu Bulanak menjalankan ambisinya untuk menguasai harta suami barunya. Dia kemudian meracuni madunya, dan mati.
Beberapa tahun kemudian, ibu Bulanak juga berselingkuh dengan adik iparnya. Namun sayang, keburukan ibu Bulanak akhirnya diketahui oleh suami keduanya. Dengan membayar pembunuh bayaran ibu Bulanak akhirnya dibunuh juga. Bulanak dibesarkan kakeknya orang tua ibu-nya. Seusia remaja, Bulanak membunuh kakek dan neneknya dengan cara dicekiknya. Karena ingin menguasai uang dan harta bendanya. Sepertinya Bulanak mewarisi sifat ibunya.
*****
Bulanak dengan kelicikannya, dia mulai mencari harta dengan berjudi, menipu, dan meminjamkan uang dengan bunga tinggi. Teman berjudinya kemudian banyak yang menjadi anak buahnya. Waktu demi waktu kekayaan dan uang terus bertambah banyak.
Bulanak yang semakin kaya dengan banyak anak buah. Suka berbuat jahat dan sewenang-wenang. Dia memperkosa seorang gadis. Setelah itu, terpaksa dinikahkan oleh orang tua gadis dengan Bulanak. Bulanak membayar denda adat dengan emas dan mau bertanggung jawab. Dari istri hasil memperkosa itu, mendapatkan anak pertamanya, dinamakan Binat. Sifat sombong, angkuh, serakah, tamak, gila perempuan, feodal, tidak mau kalah dari orang lain, egois, bermain judi, adalah tabiat asli Bulanak.
*****
Ada dua orang gadis cantik yang dia sukai di Talang Merbau Kembo. Bulanak tahu pasti dia akan ditolak. Pertama, dia sudah beristri dan tidak disukai orang-orang. Untuk mendapatkan gadis-gadis itu. Dia menyusun rencana licik. Dia mendekati orang tua gadis-gadis itu. Dengan cara dia pinjami emas yang berbunga. Bunga hutang juga berbunga. Sehingga hutang itu terus berlipat-lipat. Dari tahun ke tahun.
Tidak dapat membayar lagi. Bulanak terus mengintimidasi dan menagih. Ancaman anak buahnya terus menerus. Hingga akhirnya salah satu solusinya, Puyang Bulanak meminta untuk dinikahkan dengan anak gadis mereka. Maka utang emas mereka di lunaskan. Dari istri kedua dan ketiga itu, Bulanak mendapat dua anak laki-laki lagi, bernama Ukim dan Limang. Ada juga mendapat beberapa anak perempuan.
Karena sudah merasa kaya dan hebat. Bulanak menambahkan sendiri gelar bangsawan pada namanya, menjadi Puyang Bulanak. Penduduk Talang Merbau Kembo sesungguhnya mencibir saat dia memakai gelar puyang.
Sebab gelar puyang untuk orang baik, orang jujur, pemimpin baik dan amanah, serta orang yang berilmu lagi bijaksana. Bukan orang yang bertabiat buruk, suka berjudi dan berbuat dosa seperti Bulanak. Pemberian gelar puyang melalui rapat adat, bukan menambahkan sendiri seenaknya.
*****
Waktu berlalu Puyang Bulanak menjadi orang kaya raya. Puyang Bulanak ingin menjadi Datu Talang Merbau Kembo. Namun dia tidak bisa, sebab kepemimpinan diwariskan turun temurun. Kecuali kalau keluarga Datu tidak lagi ada yang dapat melanjutkan kepemimpinan. Maka harus dipilih Datu yang baru oleh masyarakat dan dilantik oleh Depati.
Selain itu Puyang Bulanak juga menyadari tidak mungkin kalau dirinya akan dipilih oleh masyarakat Talang Merbau Kembo. Satu-satunya cara dia berencana membunuh Datu Talang Merbau Kembo, Puyang Pekalang dan keluarganya. Rencana dia susun rapi, serta menunggu waktu yang tepat.
*****
Suatu ketika Puyang Bulanak mendengar
kabar kalau di Talang Gajah Mati ada seorang gadis yang sangat cantik bernama
Samida. Lalu mengutus anak buahnya untuk melamar.Tapi lamarannya ditolak
mentah-mentah. Bahkan Puyang Bulanak dicaci maki karena kebusukan akhlaknya dan
tidak tahu dirinya. Sudah memiliki tiga istri masih mau menikahi anak gadis
orang.
Tolakan itu, membuat Puyang Bulanak
naik pitam dan marah besar. Dia bermaksud merampas Samida gadis tercantik di
Talang Gajah Mati. Lalu pergi membawa seratus orang anak buahnya. Tapi diluar
dugaannya, ternyata keluarga si gadis yang hendak dia rampas ternyata keluarga
pendekar. Hanya Puyang Bulanak dan dua orang anak buahnya saja yang selamat
dari amukan warga Talang Gajah Mati. Itu pun juga terluka para.
*****
Beberapa bulan kemudian, Samida menikah dengan pemuda bernama Kadram. Mereka yang pengantin baru tinggal berdua di ladang yang jauh dari Talang Gajah Mati. Begitulah kehidupan masyarakat zaman itu. Kehidupan keluarga baru dimulai dari berladang dan mengumpul kerangka rumah di hutan.
Puyang Bulanak yang busuk dan menyimpan dendam. Berniat menculik Samida dan membunuh suaminya. Suami Samida tewas ditembus tombak. Namun dalam insiden itu, mata Puyang Bulanak ditusuk dengan kayu oleh Samida sampai tercerabut keluar bola matanya.
Puyang Bulanak menjadi picak bermata satu. Sedangkan Samida yang tidak mau kehormatannya dirampas Puyang Bulanak dan tidak ingin menjadi budak nafsu Puyang Bulanak. Dia menabrakkan dirinya pada mata tombak yang menancap di tubuh suaminya. Dia pun meninggal seketika, Puyang Bulanak pulang tanpa mendapatkan apa pun selain kehilangan mata sebelah kirinya.
Kematian Samida dilaporkan kelurga mereka ke Puyang Depati di Pedatuan. Keluarga Samida dan Keluarga Kadram juga bersumpa akan membalas kematian keduanya. Sebagai bukti adalah biji mata yang menancap di potongan kayu. Berarti orang tersebut sekarang bermata satu. Penyelidikan dimulai oleh keluarga Samida dan Kadram.
*****
Kehilangan mata sebelah kirinya tidak membuat Puyang Bulanak sadar. Dia kini menjalankan rencananya beberapa bulan lalu. Membunuh Datu Pekalang, karena dirinya ingin menjadi Datu. Setelah menjadi Datu, dia ingin menjadi Depati di Pedatuan Dataran Negeri Bukit Pendape.
Setiap tahun para Datu menghadap Depati untuk memberi laporan dan upeti. Puyang Pekalang, dua anak laki-lakinya, lima prajuritnya pergi ke Pedatuan. Dua anaknya berencana akan kepasar, sedangkan datu menghadap Depati di Balai Datu. Di tengah jalan pulang mereka di cegat oleh puluhan orang bertopeng. Terjadilah pertarungan hidup mati. Karena pertarungan tidak seimbang. Maka terbunuhlah Puyang Pekalang, dua anak laki-lakinya dan lima pengawal mereka.
*****
Peristiwa itu membuat gempar Pedatuan Bukit Pendape. Para Datu dan Depati mengadakan rapat
besar. Mereka membahas situasi yang buruk di Pedatuan akhir-akhir ini. Terutama ada
orang berani membunuh seorang datu. Setelah rapat, Depati, Hulubalang, dan
seratus prajurit pergi ke tempat terbunuhnya Datu Puyang Pekalang.
“Depati, apakah hal ini ada sangkut
pautnya dengan kejadian perampokan-perampokan sadis beberapa tahun ini. Serta,
kejadian pembunuhan sepasang suami istri di Talang Gajah Mati.” Tanya seorang
laki-laki perkasa di samping depati. Mereka memperhatikan kondisi mayat yang
sudah membusuk.
“Hulubalang, mungkin saja. Tapi kita
belum memiliki bukti kuat. Kau tugaskan empat orang mata-mata mengawasi,
menyelidiki orang-orang di Talang Merbau Kembo. Pembunuhan Datu biasanya
bersangkutan dengan keinginan orang ingin menjadi datu.” Kata Depati pada
Hulubalangnya.
“Siap Depati.” Jawab
Hulubalang.
Kemudian muncul seorang prajurit dia melaporkan kalau keluarga korban sudah
datang untuk mengurus jenazah korban. Ada juga empat orang dari Talang Gajah
Mati ingin bermusyawara dengan Depati. Sehingga terjadi kesepakatan untuk
bekerja sama menyelidiki kejahatan yang banyak terjadi akhir-akhir ini di
Pedatuan Dataran Negeri Bukit Pendape.
*****
Pemilihan Datu Talang berlangsung dua
minggu setelah pembunuhan misterius itu. Puyang Bulanak ikut mencalonkan diri.
Dia memerintahkan anak buanya membeli suara
rakyat dengan
memberikan sekeping emas pada setiap warga Talang Merbau Kembo agar memilihnya. Dengan cara membeli
suara, yang diikuti intimidasi dan ancaman pembunuhan. Akhirnya
warga memilik Bulanak menjadi Datu talang mereka. Bulanak akhirnya terpilih menjadi
Datu. Tapi kedudukannya belum sah sepenuhnya, karena belum
di lantik Depati dalam rapat adat. Dimana para jurai tue pedatuan ikut
menyaksikan.
*****
“Ampun Depati,
pelaku pembunuh adik dan saudara ipar saya pastilah orang bermata satu. Karena
satu biji matanya tertancap di potongan kayu ini.” Kata seorang keluarga Samida
saat bermusyawarah dengan Depati.
“Baiklah
Adinda, tapi kita belum dapat menghukum seseorang sebelum terbukti
kejahatannya.” Jawab Depati, semua setuju dan bekerja sama untuk menyelidiki
permasalahan tersebut.
“Kami mencurigai Bulanak yang melakukan pembunuhan keji itu. Karena hanya dia yang bermasalah dengan Samida dan suaminya.” Kata ayah Samida.
Penyelidikan mulai dijalankan oleh Depati dan Keluarga Samida. Seorang mata-mata dan keluarga Samida berhasil menyusup ke kediaman Bulanak. Mereka menemukan beberapa barang hasil rampokan. Selain itu, sebelah mata Bulanak juga di tutup dengan kain.
Atas laporan mata-mata Depati dan seorang kakak Samida. Depati menunda pelantikan Datu. Tapi mengirim sepuluh orang prajurit pedatuan untuk menangkap Bulanak. Tapi Puyang Bulanak menantang balik para prajurit. Dia merobek kaghas penangkapan dirinya. Kaghas adalah nama surat zaman dahulu yang terbuat dari kulit pohon gaharu dan ditulis dengan aksara kaghanga.
“Prajurit,
katakan pada Depati kalau Aku yang membunuh Datu Puyang Pekalang. Tapi Aku
tidak akan tunduk pada Depati. Bahkan tidak lama lagi Aku akan menurunkannya
dari tahtah pedatuan dan menggantikannya dengan diriku dan anak keturunanku.”
Ujar Bulanak, lalu dia memerintahkan anak buanya untuk menyerang sepuluh
prajurit. Sembilan prajurit tewas, satunya dibiarkan hidup dan kembali dengan
telinga di potong kiri-kanan. Hal itu, membuat depati sangat marah. Sehingga dia sendiri turun
tangan untuk menangkap Puyang Bulanak.
*****
Depati, dua orang Hulubalang, dan lima puluh orang prajurit. Bergerak menuju Talang Merbau Kembo. Mereka sudah habis kesabarannya. Depati sebagai pemimpin tertinggi harus menegakkan hukum. Serta menghukum Bulanak. Dalam perjalanan, mata-mata Bulanak mengintai.
Memberi tahu pada Puyang Bulanak kalau Pasukan Depati telah mendekat Talang Merbau Kembo. Puyang Depati tidak membawa pasukan yang banyak. Karena hanya ingin menangkap Puyang Bulanak. Tapi perhitungan Depati salah. Sehingga jebakan Puyang Bulanak mengena. Dia telah memiliki banyak sekali pasukan bersenjata lengkap.
Selain itu, banyak penduduk yang dihasut dan dibayar untuk menjadi pasukannya. Sehingga Puyang Bulanak memiliki tiga ratus orang anak buah. Di perbatasan talang, ada tanah lapang berumput hijau. Di sini tampak sekitar seratus orang menghadang Pasukan Puyang Depati. Mereka bersenjata lengkap, pibang kiri dan pibang kanan milik masing-masing. Pertanda mereka siap berperang.
“Kalian tahu kalau Aku Depati Pedatuan Dataran Negeri Bukit
Pendape. Aku datang untuk menangkap penjahat dan pembunuh. Menegakkan
ketertiban hukum di pedatuan kita. Agar penduduk hidup rukun dan damai.” Depati berkata
pada pimpinan penghadang.
“Kami akan menjadi penguasa baru di Pedatuan kita ini. Puyang Bulanak akan menjadi Depati baru. Talang Merbau Kembo akan menjadi pusat pemerintahan. Maka tidak ada kompromi lagi. Kalian akan kami singkirkan hari ini. Aku sudah diangkat menjadi hulubalang.” Kata pemimpin anak buah Bulanak yang bernama, Lampelu.
Tidak berapa lama secara serentak seratus orang itu menyerang lima puluh orang. Depati dan Pasukannya di kepung dan terjadi pertarungan dua lawan satu. Dengan sabar dan hati-hati, paskan terlati Depati dapat mengalahkan satu demi satu anak buah Bulanak. Beberapa saat kemudian, sepuluh pasukan gugur dan lima puluh lima anak buah Bulanak tewas.
Melihat keadaan tersebut, dari sekeliling tanah lapang tempat berperang mereka muncul dua ratusan orang anak buah Bulanak. Bulanak muncul, dia tampak memakai penutup mata di mata kirinya. Bulanak melangkah perlahan mendekati arena peperangan dengan tawa kemenangan. Keadaan bertambah buruk, Puyang Depati dan pasukannya kembali terjepit dan terkepung.
“Menyerahlah Depati Tua, Aku akan mengampuni dirimu. Asal kau dan
pasukanmu mau menjadi anak buahku.” Kata Bulanak.
“Aku lebih baik mati dari pada menjadi
budakmu, Bulanak busuk.” Jawab Depati.
“Agar Depati
tidak mati penasaran, Aku mengakui kalau akulah perampok selama ini, pembunuh
Datu, pembunuh Samida yang telah menolak lamaranku. Sekarang giliran Depati
akan berakhir hari ini.” Kata Bulanak dengan bangga dia merasa di atas angin.
Kemudian Bulanak memerintahkan anak buanya menyerang mereka bersamaan.
*****
Beberapa orang prajurit Depati kembali gugur dan terluka parah. Keadaan sangat genting, bahkan Depati
dan hulubalang telah banyak luka-luka. Mereka juga sudah mulai pasrah, tapi
terus berjuang sehingga puluhan pengeroyok juga tewas.
“Heeeeeaaaaa.
Heeaaaaaaa.” Puluhan orang-orang berteriak muncul dari dalam hutan dan
semak-semak. Membawa bambu runcing yang diikat pada kayu yang memanjang.
Sehingga mirip ranjau bambu memanjang. Kalau tertancap di ujung-ujung bambu
runcing itu, pastilah segerah tewas.
Serangan tiba-tiba dan diluar perhitungan pasukan Bulanak. Membuat anak buah Bulanak kalang kabut. Banyak yang tewas tertembus bambu-bambu itu. Depati, Hulubalang dan sisa pasukannya menjadi legah. Mereka semakin semangat berperang.
Penyerang dengan bambu tajam dilakukan berkali-kali. Serangan teratur dan terencana. Kemana pasukan Bulanak lari, ada yang akan menghadang dengan bambu runcing. Sehingga hampir seratus orang tewas di ujung bambu bambu-bambu runcing itu. Empat puluh penyerang tidak dikenal itu sangat tangkas. Satu orang dapat melawan lima orang.
“Ayooo, kita habisi penjahat Bulanak ini.” Teriak Depati berapi-api. Dalam waktu cepat puluhan anak buah Bulanak Tewas. Banyak juga yang melarikan diri.
Bulanak tidak habis pikir dari mana penyerang bertopeng itu datang. Keadaan sudah tidak lagi menguntungkan. Maka dia juga hendak melarikan diri. Namun dia dihadang oleh dua orang penyerang. Kemudian dua penghadang membuka topeng kainnya. Ternyata keduanya adalah wanita.
“Aku ibu Samida.”
“Aku ibu Kadram.”
Bulanak kaget sekali. Dia sadar kalau penyerang baru datang adalah keluarga Kadram dan Samida. Hati Bulanak menjadi kecut. Dia tahu kalau orang-orang Talang Gajah Mati adalah kelompok pendekar silat. Melwan satu orang saja sulit, apalagi puluhan orang. Bulanak tidak menyia-nyiakan waktu, kalau bisa secepatnya dia melarikan diri. Lalu menerjang dan menyabetkan pibang kanannya. Namun kedua wanita berumur lima puluhan tahun itu pandai mengelak.
Serangan Puyang Bulanak hanya menyabet angin. Dia menjadi kerepotan saat dua wanita itu menyerang bersamaan. Walau dia mempu mengimbangi. Tapi dia tidak dapat lari dari hadangan dua wanita itu. Saat dia sadar ketika semua anak buanya telah tewas. Beberapa yang tertangkap tampak di penggal langsung oleh Depati. Sesosok bayangan menerjang dan menyerang Puyang Bulanak.
“Bukankah dahulu kau sudah merasakan
tajamnya mata pibangku, Bulanak.” Ujar laki-laki itu. “Kali ini kau tidak akan bisa
lolos dariku.” Kemudian laki-laki itu mengambil sesuatu dari balik
pinggangnya yang dibungkus kain. Lalu dia melemparkan di hadapan Bulanak.
“Ini biji matamu yang ditusuk anakku.
Aku akan menghukummu atas kejahatanmu. Aku ayah Samidah akan menuntut
belah.” Kata
laki-laki itu, yang diiringi serangan pibang dan terjangan keras bertubi-tubi.
"Crott. Sebilah pibang kidau
menancap di punggung Bulanak. Luar biasa serangan orang itu. Cepat dan tangkas dan tak
dapat dielakkan Puyang Bulanak. "Aku ayah Kadram." Katanya.
“Crottt.”
Pibang kanan milik ayah Samida menancap di pahan sebelah kiri. Dua kali jeritan
Bulanak terdengar dan darah mulai membasahi tubuhnya.
“Dukkkk.”
Tendangan keras ayah Kadram bersarang di dadanya. Bulanak tertelentang dan dia
berbalik untuk bangkit. Kembali tendangan keras mengenai rusuknya oleh ayah
Samida. Darah segar keluar dari mulutnya, semua orang mulai melihatnya.
Sementara mayat bergelimpangan di hamparan tanah lapang itu.
“Depati, ini
orang yang mengaku hulubalang Bulanak tadi.” Kata Hulubalang prajurit depati,
dia menggiring seorang laki-laki yang tubuhnya penuh luka. Kemudian dia jatu
berlutut di tanah karena tidak kuat berdiri.
“Heeeaaaa.”
Teriak Depati.
“Craasss.”
Depati langsung memenggal anak buah Bulanak itu.
“Inilah hukuman
yang pantas untuk pembunuh.” Ujar Depati yang sangat marah. Sekilas Bulanak
melihat anak buanya itu.
*****
Bulanak tidak
berdaya lagi. Dia
merayap di atas tanah menahan sakit, menuju rumahnya. Semua mengiringi dan
membiarkan Bulanak merayap. Menikmati atas kematian Bulanak perlahan-lahan. Memang kematian
perlahan-lahan diinginkan keluarga Samida dan eluarga Kadram. Depati dan
pasukannya menonton saja. Untuk balasan setimpal pada Bulanak.
“Bulanak manusa terkutuk, semoga tidak ada lagi orang seburuk dirimu. Kau rasakan betapa sakitnya kematian yang tidak kau inginkan.” Ujar Ibu Kadram.
Sementara itu, Penduduk Talang Merbau Kembo mendengar kalau Bulanak yang membunuh Datu Puyang Pekalang dan dua anaknya. Membuat keluarga besar Datu marah dan menyerang keluarga Bulanak. Sedangkan Bulanak terus merayap di tanah menuju rumahnya. Di sepanjang jalan darahnya berceceran.
“Jangan bunuh Aku, Jangan!!!. Aku akan memberikan kalian emas yang banyak, ternak, padi, dan rumahku. Ambillah untuk kalian semua. Asal jangan bunuh Aku.” Pintanya sambil menangis. Sampailah di halaman rumahnya bermaksud memberi Depati dan keluarga musuh-musuhnya harta benda untuk menyelamatkan nyawanya. Tapi sesampai di depan rumahnya, dia sangat terkejut. Matanya melotot dan air matanya menetes lebih deras. Sia-sia semua perjuangan busuknya selama ini.
Rumahnya telah terbakar, harta bendanya dijarah. Dua anak laki-lakinya tampak terikat dan babak belur. Puyang Bulanak melihat anak perempuan, para istrinya menangis. Penduduk sangat marah. Seorang keluarga Datu Puyang Pekalang melemparkan tombak ke arah Bulanak. Lalu menembus dadanya, dan matanya mendelik.
Sebelum Bulanak mati, dia melihat dua anak laki-lakinya yang terikat. Seorang laki-laki mengayunkan pibang memenggal dua anaknya berturut-turut. Puyang Bulanak sadar kalau dia sedang mendapat balasan setimpal.
Semua tidak terkendali, membuat sedih Puyang Depati sebagai pemimpin. Rakyatnya terbakar emosi dan api dendam. Tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa dalam keadaan itu. Seharusnya keluarga Bulanak tidak dizalimi.
*****
Puyang Bulanak menghadapi sakaratul
maut. Terlintas semua dosa dan kejahatannya selama hidup. Termasuk sumpah dari Samida sebelum mati.
“Dasar manusia sombong, busuk dan
jahat. Aku sumpahi kau akan mati sengsara dan anak keturunanmu mati dibantai
dan terusir dari Pedatuan Bukit Pendape. Namamu akan terkutuk selamanya.” Sumpah Samida terbanyang di mata Puyang
Bulanak. Puyang Bulanak baru tahu kalau hidup ada batasnya. Baru sadar kalau
dirinya hanyalah orang rendahan yang busuk dan jahat.
*****
Ternyata beberapa bulan sebelum kejadian itu. Bulanak memiliki selingkuhan seorang wanita. Wanita itu juga buruk akhlaknya. Dia berselingkuh dengan Bulanak karena mengincar harta Bulanak. Kemudian terjadilah perzinahan yang menyebabkan wanita itu hamil. Beberapa bulan setelah hancurnya Bulanak, wanita itu melahirkan anak laki-laki.
Dari anak laki-laki itulah keturunan Puyang Bulanak menurun sampai sekarang. Tentu saja sifat dan tabiat Bulanak juga akan menurun pada anak keturunannya. Kalau kamu menemukan orang yang membeli suara saat pemilihan apa saja. Pastilah dia keturunan Bulanak. Dosen mesum, pejabat mesum, orang suka berjudi dan berzinah, wanita yang selingkuh dan wanita yang menikah karena harta, atau orang membunuh karena harta. Itulah ciri-ciri mereka keturunan Bulanak.
Demikianlah orang-orang memanggil pemimpin yang jahat, dengan sebutan.
“Puyang Bulanak.”
Post a Comment