Berita Internasional
Hagia Sophia: Masyarakat Barat Belum Dewasa.
Apero
Fublic.- Istambul, Turki. Sekarang dunia sedang heboh tentang kembalinya hagia shophia menjadi masjid.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani dekrit mengembalikan hagia
sophia menjadi masjid (10/7/2020). Pada tahun 1934 Masehi Pemerintahan Turki, Presiden Mustafa
Kemal Ataturk yang berhaluan sekuler menjadikan hagia sophia sebagai museum.
Paham sekuler dan pro sekutu Mustafa Kemal mengakhiri hagia sophia sebagai masjid. Keputusan tersebut ilegal karena hagia sophia milik kesultanan dan umat Islam bukan milik pemerintahan sekuler Turki yang baru berdiri. Tidak pernah ada pemerintahan yang merampas rumah ibadah suatu agama di dalam negara. Kecuali pemerintahan komunis Rusia dahulu dan di Cina dahulu dan sekarang.
Sekarang
setelah 86 tahun lamanya menjadi museum. Hagia Sophia di kembalikan fungsinya
sebagai masjid. Serta serta kembalinya fungsi-fungsi sebagaimana masjid pada
umumnya. Umat Islam yang berkunjung tidak perlu lagi membayar tiket masuk.
Karena sudah menjadi masjid, sembari shalat dapat menikmati keindahan arstektur
hagia shophia.
Hagia
Sophia adalah gereja kristen ortodok semasa Kekaisaran Bizantium, di Konstatinopel.
Kemudian dibebaskan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Hagia Sophia kemudian
dijadikan masjid sampai akhirnya dijadikan museum oleh Pemerintahan Sekuler
Turki, pada 1934 Masehi. Bangunan yang sudah berumur 1500 tahun itu. Selama
1000 tahun berfungsi seagai gereja pada zaman Bizantium (Romawi Timur). Dari
sejarah inilah, yang menjadikan masyarakat Barat menyimpan rasa iri dan dengki.
Membuat mereka merasa sakit hati pada jalan sejarah.
Tidak
heran banyak kelompok masyarakat Barat tidak menyukai dan menentang kembalinya
hagia sophia menjadi masjid kembali. Yunani adalah penentang paling keras dan
aktif. Kita tentu tercengang dengan sikap masyarakat Barat yang menetang
kembalinya hagia sophia menjadi masjid. Apa alasan mereka dan mengapa mereka
demikian. Karena mereka masih membawa sentiment keagamaan dan politik masa
lalu. Mereka masih hidup di masa lalu, dan bersifat kekanak-kanakan.
Bukan
bermaksdu membela Turki dan umat Islam Turki. Tapi apabila kita meninjau
langsung dimana posisi hagia sophia yang terletak di wilayah kedaulatan negara
Turki. Maka tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan manusia di luar negara
Turki. Masyarakat Barat yang dikenal sebagai masyarakat sekuler tenyata masih
sangat fanatik dengan keagamaan mereka (garis keras atau radikal).
Alasan
penentangan karena Hagia Sophia telah terdaptar di UNESCO sebagai salah satu
warisan budaya dunia. Lalu, apakah dengan menjadi masjid akan merusak atau
menghilangkan nilai sebagai situs warisan dunia?. Tentu tidak, bukan. Apakah
warga dunia tidak dapat lagi mengunjungi setelah menjadi masjid?. Tentu tidak
bukan, warga dunia masih dapat mengunjungi hagia sophia seperti biasa tanpa
harus membayar tiket masuk.
Barat
belum dewasa dan tidak dapat lepas dari dendam sejarah. Mereka menyimpan
kebencian yang sangat besar. Hal demikian juga tergambar dari media-media
mereka yang selalu memfitnah dan menjelek-jelekkan Islam. Mereka tidak sadar
kalau di Spanyol ada puluhan masjid indah dan megah yang dirubah menjadi katedral
atau gereja.
Tapi, pernahkah umat Islam di dunia ini menentang dan menuntut
untuk dijadikan museum. Pernahkan umat Islam meminta dikembalikan menjadi
masjid. Padahal sudah 700 tahun Spanyol dalam dunia Islam. Kalau berbicara
buruknya perlakuan orang-orang kristen pada masa itu.
Dimana
umat Islam, dan orang-orang Yahudi di usir dari Spanyol (Andalusia). Tiga pilihan yang ditawarkan: mati, pergi, masuk kristen. Apabila mereka tidak
pergi dan deketahui masih memeluk Islam atau masih Yahudi. Mereka akan dihadapkan
pada pengadilan inkuisisi. Sementara di Konstantinopel umat kristen
diperlakukan dengan baik.
Mereka tidak dipaksa menjadi orang Islam. Tidak juga diusir dan harta benda dan jiwa mereka tidak dirampas. Apakah masih ada dendam sejarah begitu kuat di dalam diri orang Barat. Masyarakat Barat dibalik kemajuan teknologi dan pengetahuan. Tenyata belum dewasa dan tidak dapat menerima jalan sejarah.
Mereka tidak dipaksa menjadi orang Islam. Tidak juga diusir dan harta benda dan jiwa mereka tidak dirampas. Apakah masih ada dendam sejarah begitu kuat di dalam diri orang Barat. Masyarakat Barat dibalik kemajuan teknologi dan pengetahuan. Tenyata belum dewasa dan tidak dapat menerima jalan sejarah.
Kalau
kita sebagai manusia modern hidup di dalam sejarah masa lalu. Lalu kita
perpanjang urusan politik masyarakat dalam sejarah sampai ke masa sekarang (2020).
Maka kita tidak akan pernah mencapai perdamaian sebagai warga dunia yang
modern. Kita ingat bagaimana orang Mongolia membantai warga dunia. Apakah kita
harus membalas mongolia?.
Kita
ingat bagaimana Belanda berperang dengan rakyat Aceh dan ratusan ribuh rakyat
Aceh syahid. Mempertahankan tanah air mereka sendiri. Begitupun Jepang membantai orang di Cina, di Indonesia, di Korea. Jepang
juga menjadikan gadis-gadis sebagai pemuas nafsu tentara Jepang (ianfu).
Bagaimana Muslim Bosnia puluhan ribu dibatai oleh orang Serbiah. Begitu juga Syiah terbentuk akibat politik zaman dahulu. Kalau kita sebagai manusia modern mengangkat dendam sejarah kelam itu. Tentu kita tidak akan pernah menjadi damai. Mari kita dewasa menjadi warga dunia modern dan belajar memaafkan masa lulu. Cukup sebagai pelajaran kita di masa depan?.
Bagaimana Muslim Bosnia puluhan ribu dibatai oleh orang Serbiah. Begitu juga Syiah terbentuk akibat politik zaman dahulu. Kalau kita sebagai manusia modern mengangkat dendam sejarah kelam itu. Tentu kita tidak akan pernah menjadi damai. Mari kita dewasa menjadi warga dunia modern dan belajar memaafkan masa lulu. Cukup sebagai pelajaran kita di masa depan?.
Di
lansir dari Cordova Media Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis
menyatakan; “Yunani mengecam keputusan Turki untuk mengkonversi Hagia Sophia
menjadi masjid. Keputusan ini telah menghina mereka semua yang telah mengakui
monumon ini sebagai situs warisan dunia.”
Begitupun dengan Stelios Petsas Juru
Bicara Pemerintah Yunani mengatakan; “(acara) itu dikecam oleh komunitas
internasional. Bukan hanya oleh kami, tapi juga oleh Depatemen Luar Negeri
(Amerika Serikat). Ini bukan hanya urusan orang-orang Yunani dan Kristen secara
umum. Ini terkait penghinaan terhadap monumen warisan kebudayaan dunia.” Dari
pernyataan ini, tergambar jelas kalau Stelios Petsas sebagai negara memiliki
dendam sejarah dan sentimen keagamaan padahal mereka menyatakan diri sebagai
negara sekuler.
Sementara
di dalam negera Turki sendiri, kelompok oposisi dari Partai CHP (Cumhuriyet Halk Partisi) yang didirikan
Mustafa Kemal menentang keputusan tersebut. Memang tidak heran sebab mereka penganut haluan sekuler ekstrim. Partai CHP juga partai yang sangat condong ke Barat
(sekutu), dan tidak menyukai hal-hal bersifat ke-Islaman. InsyaAllah tanggal 17 Juli 2020 mendatang hagia sophia akan dibuka shalat berjamaah dan untuk masyarakat umum.
Oleh.
Joni Apero
Editor.
Selita. S.Pd.
Palembang.
12 Juli 2020.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment