Sastra Klasik
Jejak Misionaris Belanda Pada Serat Ngelmu Sepiritisme.
Apero
Fublic.-
Belanda adalah penjajah yang sangat agresip dan sangat ingin menjadikan
Indonesia sebagai budaknya. Usaha-usaha tersebut termasuk dengan cara-cara
menyebarkan agama sesuai dengan agama mereka. Untuk menyebarkan agama mereka,
tentu harus menggunakan media-media dengan berbagai cara. Seperti membuka
sekolah agama mereka, melakukan pertemuan secara langsung dengan korban, atau melalui media
kesastraan.
Di
Pulau Jawa kesastraan yang dekat dengan penduduknya adalah serat. Serat adalah
ciri khas kesastraan masyarakat Jawa. Maka dari itu, seorang misionaris Belanda
menulis sebuah buku yang kemudian diterjemahkan oleh Raden Pudjahardja. Namun
untuk menyamarkan buku orang Belanda tersebut, maka nama penterjemah dibuat sebagai
pengarang dari buku itu.
Sehingga
masyarakat yang membaca tidak tahu kalau buku tersebut akal orang Belanda
membodohi mereka. Sehingga mereka ikut-ikutan menjadi murtad. Penggunaan gelar
raden sangat efektif untuk rakyat awam. Karena biasanya bangsawan akan menjadi
panutan rakyat biasa. Belanda yang telah banyak mempelajari budaya Bangsa Indonesia, mengerti teori "agama raja agama rakyat."
Sehingga mereka atau rakyat awam lebih mudah menerima misionaris setelah membaca buku tersebut. Atau bertambah tegu kepercayaan mereka pada agama tersebut. Hanya di Pulau Jawa dimana dahulu banyak orang Islam murtad. Di luar pulau Jawa hanya kelompok masyarakat primitif yang menerima kekristenan dari Belanda. Berikut cuplikan buku karya Wepen Blommers Stertern yang diterjemahkan oleh Raden Pudjahardja atas bantuan Winter.
Sehingga mereka atau rakyat awam lebih mudah menerima misionaris setelah membaca buku tersebut. Atau bertambah tegu kepercayaan mereka pada agama tersebut. Hanya di Pulau Jawa dimana dahulu banyak orang Islam murtad. Di luar pulau Jawa hanya kelompok masyarakat primitif yang menerima kekristenan dari Belanda. Berikut cuplikan buku karya Wepen Blommers Stertern yang diterjemahkan oleh Raden Pudjahardja atas bantuan Winter.
Cariyossipun
tiyang ingkang sampul ajal, inggih punika ingkang sampun badan alus. Katedhak
ing tembung Walandi dening tuwan:
Wintar
ing Surakarta.
Saking
serat Anggitanipun tuwan: Weren Blom ing Betawi. Babon asli saking: Raden
Pujahardjo ing Surakarta. Kawedalaken saha kasade dening: Tan Khoen Swie,
Kedhiri 1925.
Para
penyusun penelitian Serat Ngelmu Spiritisme tidak objektif. Atau mereka
berupaya menyamarkan kalau buku Serat Ngelmu Spiritisme adalah tulisan orang
Belanda bernama Wepen Blommers Stertern di Batavia (Jakarta). Pada halaman 172
pada alenia pertama menyatakan kalau buku karangan Raden Pudjahardja di
Surakarta.
Kemudian
pada alenia kedua dinyatakan, bahwa serat atau buku Ngelmu Sepiritisme merupakan terjemahan dari
buku aslinya yang dikarang oleh Wepen Blommers Stertern berbahasa Belanda.
Kemudian buku dibawa oleh Winter ke Surakarta. Di Surakarta inilah buku tersebut
diterjemahkan kedalam Bahasa Jawa. Untuk menambah daya tarik buku maka
penggunaan nama Raden Pudjahardha digunakan sebagai pengarang. Seharusnya
diberi penjelasan kalau Raden Pudjahardja hanyalah penerjemah buku, bukan
pengarang. Lalu buku tersebut disesuaikan dengan dengan sastra Jawa, termasuk
ditulis dengan istilah Serat.
Serat
atau buku Ngelmu Sepiritisme sangat erat kaitannya dengan aksi kristenisasi zaman
Kolonial Belanda di Pulau Jawa. Penggunaan nama Raden untuk menarik simpati dan
pengaruh di tengah masyarakat di Pulau Jawa. Buku ini kemudian di sebarkan di
Jawa Timur oleh se-orang Cina bernama Tan Khoen Swie di Kediri. Kemungkinan
orang Cina ini telah masuk kristen dan bekerja sama dengan para misionaris untuk
menyebarkan agama Kristen. Sekaligus mengambil keuntung dari penjualan buku
tersebut.
Kalau
kita pelajari dan perhatikan penggunaan media budaya untuk penyebaran Kristen.
Seperti menggunakan bahasa Jawa, aksara Jawa, nama bangsawan Jawa dan sistem
sastra Jawa yaitu, Serat.
Serat
Ngelmu Sepiritisme bercerita tentang seorang gadis bernama Maria yang hidup
tidak senono. Dia hidup berpoya-poya, berzinah, dan sebagainya. Kalau kita
perhatikan cerita ini sangat sesuai Dengan budaya masyarakat Barat (Belanda) dimana tidak ada norma-norma susilah dalam
tatanan masyarakat mereka.
Kemudian
dalam cerita si Maria bertemu dengan seorang pemuda bernama Kris. Kemudian
kembali si Maria berbuat tidak senono dengan Kris. Mereka berzinah dan akhirnya
si Maria hamil. Oleh Kris diminta agar Maria menggugurkan kandungannya.
Kemudian Maria menggugurkan kandungannya dan keduanya merasa bahagia setelah
menggugurkan kandungannya.
Kisa
berlanjut, kemudian Maria meninggal dan menceritakan keadaannya yang sangat
menderita di dalam kubur. Dimana dia selalu dikejar-kejar oleh seorang bayi.
Bayi tersebut adalah janin yang dia gugurkan dahulu. Meminta pertanggung
jawaban pada Maria yang telah menggugurkannya. Begitu juga cerita si Kris. Dia
juga merasa menyesal karena menjadi seorang Kristen yang tidak taat. Jarang ke
greja dan sebagainya. Kris juga berpesan agar kalau ke greja jangan hanya
meminta puji dan pamer saja. Tapi harus dengan tulus. Cerita keduanya setelah
mereka menjadi roh.
Dengan
demikian Serat Ngelmu Spiritisme adalah Cerita Orang Yang Sudah Meninggal. Dimana
penyajian kisah-kisah dan keadaan di dalam kubur. Menyesali perbuatan dosa-dosa
yang pernah dilakukan. Konsep ini seperti siksa kubur dalam agama Islam.
Jelas
sekali kalau cerita ini bertujuan menyamakan ajaran Kristen dan Islam agar
diterima oleh orang Islam yang akan di Kristenkan. Sekaligus penguat
orang-orang di Jawa yang sudah murtad. Mengapa demikian disebut menirukan
kepercayaan Islam oleh penulis Belanda tersebut. Karena konsep agama Kristen semua
dosa umat Kristen sudah ditebus oleh Yesus dan tidak perlu khawatir untuk
berbuat dosa di dunia ini.
Berikut
cuplikan isi Serat Ngelmu Sepiritisme atau buku karya misionaris Belanda Wepen
Blommers Stertern. Cerita-cerita sangat terinspirasi dari berkumpulnya
orang-orang Kristen di gereja. Dalam cerita ini seorang dukun kesurupan roh
Maria dan penduduk bertanya pada roh tersebut. “Selama perkumpulan sejak
tanggal 30 Januari 1992 banyak warga masyarakat yang bertanya kepada Maria.
“Mari....!
“Apakah
kamu bersedia bercerita serta berbincang-bincang bersama teman-temanku?.”
Kemudian warga masyarakat tersebut mendapat jawaban dari dukun kerasukan,
jawabannya demikian: ................................ 10. Masalah keterangan
tadi, semuanya akan dijawab oleh Maria sendiri.
Oleh.
Joni Apero
Editor.
Desti. S.Sos.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Palembang.
15 Juli 2020.
Sumber:
S. Budhisantoso. Serat Wredha Mudha dan Serat Ngelmu Sepiritisme. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1991/1992.
Sy.
Apero Fublic.
Via
Sastra Klasik
Post a Comment