Artikel
Kritik Sosial: Sastra Pembaratan Zaman Orde Baru
Apero
Fublic.-
Bangsa Indonesia mengetahui kalau pernah melalui zaman kurang baik, Orde Baru. Zaman
yang penuh dengan keburukan rezim dan kesewenangan penguasa. Zaman
otoritarianisme Orde Baru juga sarat dengan pengaruh Barat yang sangat besar. Produk
Amerika Serikat dan Eropa bermunculan membanjiri pasaran. Indonesia jatuh ke tangan Barat.
Rezim
Orde Baru yang didukung ABRI adalah rezim yang menyatu dengan Barat. Memang
sudah menjadi rahasia umum. Kalau rezim militer setelah masa perang dingin, ada
keterkaitan dengan kekuatan Barat. Adanya keterkaitan tersebut, tentu berdampak
pada pengruh kebudayaan.
Pada
masa Orde Baru mencapai 32 tahun. Negara ini hancur oleh koruptor dan kroni
elit militer. Pembangunan negara lambat, dan korupsi dimana-mana. Kebebasan
pers dijagal dan pengkritik diculik atau dipenjara. Musuh pertama rezim Orde
Baru adalah Islam.
Upaya
untuk menjegal agar Islam tidak bangkit di negara Indonesia dilakukan dengan
cara apa pun. Dari program jangka pendek atau program jangka panjang. Jangka pendek
melarang partai-partai Islam berkembang, dan meniadakan politik Islam. Memang ada Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Tapi partai ini mandul dan memalukan.
Untuk mengontrol umat Islam dari semua sektor. Mulai dari saat umat Islam ibadah, atau kegiatan yang mengumpulkan
orang cukup banyak diawasi oleh ABRI. Seperti yasinan, tahlilan dan khutbah
Jumat. Juga menghilangkan pengaruh budaya bersimbol keislaman.
Seperti
melarang berhijab dan masjid dibangun hanya dengan cara atap tingkat-tingkat
saja. Corongnya adalah yayasan Islam Pancasilah. Tapi kejahatan kebudayaan mereka sudah berakhir. Lihat saja dimana-mana masjid atap tingkat miskin arsitektur itu sudah dibongkar masyarakat sesuai keinginan mereka.
Program jangka panjang melemahkan Islam seperti
tidak ada pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Yang paling spektakuler adalah mendorong industrialisasi
sastra hitam. Baik di dalam negeri atau inpor dari luar negeri.
Kesastraan
adalah semua yang bersifat karya seni yang menyampaikan pesan tersirat atau
tersurat. Seperti bentuk video, bentuk film, bentuk tulisan, dan bentuk gambar,
foto atau lukisan. Kesastraan hitam adalah semua karya sastra yang memberikan pengaruh buruk. Kesastraan adalah kekuatan yang besar sekali dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Dalam
waktu cepat atau lambat akan mengubah atau melahirkan pandangan budaya yang
baru. Sebuah kebudayaan yang sesuai dengan kesastraan tersebut. Apabila
kesastraan itu mewakili sebuah kebudayaan. Maka kebudayaan itu akan menjadi
kebudayaan pada masyarakat konsumsi. Seperti di Indonesia sekarang.
Dalam
hal ini, semasa Orde Baru berdiri 32 Tahun lamanya. Memunculkan kesastraan yang
bersifat pembaratan. Untuk melawan budaya Indonesia yang bersatu dengan Islam.
Maka dimunculkanlah kesastraan hitam atau Pembaratan norma-norma Indonesia. Yang paling brilian adalah mendekatkan seks, porno grafi dan novel porno.
Sebelum
Indonesia terbentuk, nama-nama bangsa Indonesia sesuai dengan kebudayaan
daerahnya. Misalnya orang Melayu Sunda sesuai kebudayaan Sunda. Orang Melayu
Sumatera sesuai dengan budayanya, di Sulawesi sesuai orang Sulawesi.
Kebudayaan
dan norma-norma susilah juga sesuai dengan adat Istiadat daerah masing-masing.
Wilayah penduduk muslim sesuai dengan Islam. Saat mencari jodoh sesuai dengan
adat yang baik. Wanita dan laki-laki menjaga jarak sosial.
Kemudian,
Rezim Otoritarianisme Orde Baru yang didukung ABRI. Berhasil mengambil
kekuasaan dari Rezim Orde Lama. Kemunculan rezim Orde Baru adalah sebab
ketakutan Barat Indonesia menjadi negara Komunis.
Karena
komunis cepat atau lambat akan mengambil alih kekuasaan dari pemerintah yang
sah. Gerak cepat, Orde Baru dapat menghancurkan komunis, sekaligus didukung dan dipengaruhi Barat.
Dimana mereka ingin menguasai Indonesia secara ekonomi dan budaya. Maka sistem
Barat juga dihadirkan di Indonesia. Berkat persekutuan tersebut.
Sekaligus
bertujuan untuk menghalangi kebangkitan kebudayaan Islam dan kekuatan Islam. Sehingga
kemenangan besar pada politik internasional Barat. Mengalahkan komunis,
mengalahkan Islam, dan memenangkan ekonomi-budaya di Asia Tenggara, khusus di
Indonesia.
Rezim
Orde Baru yang berhutang budi pada Barat terutama Amerika Serikat. Sekaligus
untuk melanggengkan kekuasaan mereka, orang-orang Orde Baru. Maka mereka berafiliasi
semuanya ke dunia Barat.
Penduduk
Indonesia yang masih bodoh, miskin, terbelakang tentu tidak berdaya menghadapi
serangan mereka. Sehingga mereka tidak mengerti dengan maksud-maksud baratisme
di Indonesia.
Kesastraan
hitam yang dari Barat, kemudian industri di Indonesia juga merujuk ke Barat.
Mulai dari sistem berpakaian, sistem adab dan sikap, cara berbicara, nama-nama,
produks-produk, semuanya mengikuti Barat. Orang Indonesia juga tolol sekali. Apa-apa mengikuti Barat meminta dibilang maju atau modern. Tanpa memperhatikan norma kebudayaan bangsa Indonesia.
Dalam pembuatan film jalan cerita dan norma merujuk Barat. Sedangkan orang-orang Barat tidak memiliki norma-norma
susilah. Tentu saja mereka membuat film yang sesuai kebudayaan mereka. Di
Indonesia semua hal tersebut dianggap kebudayaan orang moderen, kebudayaan orang
maju. Seharusnya, yang dipelajari adalah teknologi dan ilmu pengetahuan bukan norma sosialnya.
Sehingga
mereka meniru gaya-gaya hidup yang tidak karuan tersebut. Sudah menjadi budaya
orang Indonesia kalau meniru adalah meniru yang buruk-buruk. Berbeda dengan
Jepang dan Cina dahulu. Dimana mereka meniru teknologi dan integritas
akademisinya.
Kamu
tentu sering melihat orang pacaran berciuman di jalan. Ketemu di tempat ramai
berpelukan dan berciuman, memberi bunga pada pacar, memberi coklat, tidur di
hotel dengan pacar, kumpul kebo, berzina. Semua hal tersebut dicontoh melalui
kesastraan, film, novel, video Orde Baru.
Begitu
juga nama-nama Barat, seperti David, Robet, Joni, Tania, juga di contoh dari
budaya Barat melalui film dan novel. Bintang-bintang dalam film selalu
menggunakan nama Barat. Jarang nama yang sesuai kebudayaan Indonesia terutama
budaya yang berpengaru Islam. Kalau ada budaya Indonesia nama orang Jawa.
Karena paham sukuisme dari penguasa Orde Baru.
Sastra
hitam kemudian didukung dengan bioskop, hotel melati, video cd bajakan yang
murah. Kemudian novel-novel seks yang tersebar di pasar-pasar dengan harga
murah. Sehingga muncul pengaruh yang sangat kuat. Kehidupan berbudaya dan Islami
masyarakat Indonesia terkikis hampir habis semasa Orde Baru dan puncaknya
setelah runtuhnya Orde Baru. Sekarang bom waktu meledak.
Sekarang
kehidupan Bangsa Indonesia telah terpengaruh Budaya Barat dan Amerika Serikat.
Orang-orang yang ingin dibilang moderen dan terus bergelut dengan keburukan
akhlak sosial mereka. Miris lagi, tidak ada pendidikan kebudayaan untuk anak-anak. Hanya
sedikit tentang membaca dan menulis saja.
Rujukan
hidup generasi milenial sinetron, film dan novel. Mereka lebih kurang ajar dan individual. Berlaku, bersikap, bertindak seperti di dalam sinetron. Kalau urusan cinta lebay seakan dia sedang berakting jadi bintang sinetron. Berciuman dan berzina adalah hal biasa. Tanpa mengerti kalau perbuatan itu kotor dan berdosa.
Pembaratan dalam kesastraan masa Orde Baru telah
berakar di negara Indonesia. Pemikiran anak bangsa mandul dan tumpul. Mereka
hidup berpikir bagaimana makan dan urusan seks. Tidak ada dialog diantara
anak-anak bangsa selain dialog pacaran dan seks. Kalau urusan membaca buku dan
sosial, malas dan tidak peduli.
Mari
kita gali kembali kebudayaan asli bangsa kita. Kita bangkit dengan mandiri
memajukan budaya bangsa sendiri. Jangan menilai kemajuan dari rok mini, dari
gedung, dari seks bebas, dari pasilitas umum, dari rokok yang mengepul.
Tapi
kemajuan tersebut terletak pada adab, kebaikan sosial, keteraturan sosial,
kesehatan hidup dan kebersihan hidup, kebersamaan dan kejujuran serta tanggung
jawab sebagai manusia. Kesetiakawanan sosial, cinta bangsa, peduli. Waktu
kita masih panjang dan kebudayaan rekayasa Barat mulai runtuh sendiri.
Islam
mulai bangkit kembali, kesadaran manusia mulai muncul. Betapa buruknya kehidupan
budaya liar dan tidak bernorma. Kenapa disebut liar, karena bebas masih
memiliki aturan-aturan yang disepakati. Sedangkan liar, hidup menurut diri
pribadi tanpa memliki kesetiakawanan sosial.
Dalam
artikel ini bukan sentimen anti Barat atau membenci Orde Baru. Tapi bentuk
kritik sosial pada masa-masa sebelumnya. Sekaligus memberi tahu, kalau sastra
hitam memberi pengaruh buruk bagi kehidupan berbangsa, sosial masyarakat.
Mengajak semuanya untuk
mencintai budaya bangsa kita, yang muliah. Budaya yang diwariskan nenek moyang
kita. Salam perubahan, salam Revolusi BIRU.
Oleh. Rizki Alamsyah Putra.
Editor.
Desti. S.Sos.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Banda Aceh,
25 Juli 2020.
Sy. Apero Fublic.
Via
Artikel
Post a Comment