Sampah dan Limbah
Sampah Rumah Tangga: Pengancam Kelestarian Lingkungan Sungai dan Laut
Apero
Fublic.-
OKU Timur. Sungai Komering adalah anak sungai dari Sungai Musi. Salah satu sungai terpanjang di Provinsi Sumatera Selatan. Bermuara ke Sungai Musi dan hulunya terletak di Bukit
Barisan dan Danau Ranau. Sungai Komering diperkirakan membentang sepanjang 360
kilometer.
Sungai
Komering adalah jalan sejarah dan kebudayaan masyarakat yang mendiami kawasan
sejak dahulu. Sungai Komering mengaliri beberapa kabupaten, diantaranya
Kabupaten OKU Selatan (Ogan Komering Ulu Selatan), Ogan Komering Ulu Timur (OKU
Timur), OKI (Ogan Komering Ilir), OKU (Ogan Komering Ulu).
Sungai
menjadi transportasi penduduk ke wilayah hilir, terutama ke Kota Palembang.
Kemungkinan sudah sejak jauh sebelum berdirinya Kedatuan Sriwijaya dan Kesultanan
Palembang. Sungai Komering sudah menjadi jalan masuknya pengaruh kebudayaan asing ke pedalaman Sumatera Selatan.
Potensi
Sungai Komering sangat setrategis, baik untuk pertanian, perikanan tangkap,
kebutuhan air bersih dan energi. Namun sayang, hal-hal demikian belum terpenuhi
dengan baik. Hal demikian dikarenakan, minimnya SDA masyarakat dan Pemerintah.
Ketiadaan anggaran dan ketidak mengertian masyarakat dalam menjaga sungai
mereka.
Hal
yang sangat dicemaskan adalah pencemaran dari waktu ke waktu terus meningkat.
Pencemaran limba indutri dari Industri kecil, sedang, dan besar. Pencemaran limbah rumah
tangga juga tidak kalah buruknya. Kemudian pencemaran sampah plastik. Membuat
Sungai Komering menjadi sungai yang sakit-sakitan.
Hampir
setiap hari kita akan menyaksikan sampah-sampah plastik yang hanyut terbawa
arus. Baik bergerombolan atau satu-satu. Membuat dasar sungai menjadi kotor.
Penduduk yang tidak mengerti sedikit pun merasa hal biasa melemparkan sampah ke
sungai. Karena mereka mementingkan tempat tinggal mereka yang bersih. Namun dia
tidak mengerti kalau sampah yang mereka lemparkan akan menjadi tumpukan di tempat
lain. Lalu berdampak buruk pada lingkungan hidup.
Laut
menjadi lahan akhir sampah. Membuat ekosistem laut menjadi terancam. Jutaan ton
atau milyaran ton sampah tertampung di lautan. Sungguh membuat keadaan
kelestarian lingkungan terancam. Edukasi tentang lingkungan hidup sangat
diperlukan sejak dini. Mulai dari PAUD sampai Perguruan Tinggi. Jadikan materi
lingkungan hidup sebagai materi wajib seperti Mata Pelajaran PPKN.
Di
negara kita belum ada organisasi yang bergerak pada lingkungan hidup dengan
baik. Sehingga pejuang lingkungan sangat sedikit. Sementara penduduk dan
Pemerintah seperti acu tak acu. Pihak pengembang teknologi Indonesia sangat
sedikit memikirkan bagaimana menanggulangi sampah dan mengatasi pencemaran lingkungan.
Seandainya
kita bermimpi membangun sebuah mesin penjaring sampah otomatis. Mesin itu
melintang di muara sungai besar. Menggunakan energi penggerak arus sungai. Lalu
sampah yang terjaring menggunakan alat juga secara otomatis masuk kedalam kotak
penampungan. Saat ada perahu lewat ada pintu otomatis untuk lewat. Lalu sampah
di daur ulang dan dijadikan bahan bakar dan industri lagi.
Mari
kita renungankan dan berjuang bersama-sama. Untuk lingkungan kita dan sungai
kita. Ada penegakan hukum untuk pencemar lingkungan dan pembuang sampah di
sungai. Ada pendidikan untuk masyarakat agar menjaga lingkungan. Mari kita
mulai dari diri kita sendiri. Ajarkan pada keluarga kita, ajak teman dan
masyarakat kita. Untuk peduli lingkungan sungai. Paling tidak kita tidak membuang sampah di sungai. Semoga bermanfaat.
Oleh.
Eka Apriyani.
Editor.
Selita. S.Pd.
Fotografer.
Dadang Saputra.
OKU
Timur. 26 Juli 2020.
Mahasiswi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Fakutas Adab dan Budaya Islam.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment