Sastra Klasik
Sastra Klasik Melayu Betawi: Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak
Apero
Fublic.-
Naskah klasik dari Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak ditulis dengan aksara Arab
Melayu. Menggunakan bahasa Melayu dialeq Betawi. Hal tersebut dibuktikan dengan
banykanya kosa kata ciri khas Melayu Betawi.
Contoh
kata: belon, cakep, bacot, menaro pemaluan dan lainnya. Kemudian pada kolopon
juga menegaskan kalau ditulis di Betawi. Pada 19 September 1887. Naskah Merpati
Mas dan Merpati Perak koleksi Musium Nasional Jakarta, dengan Nomor Inventaris
ML. 294.
Halaman
naskah berjumlah 271, dengan ukuran 31,4 x 19,5 cm. Buku dokumentasi naskah ini
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta tahun 1984.
Isi buku terdiri dari kata pengantar, ringkasan cerita dan transliterasi
langsung berbahasa Indonesia.
Cetakan
buku kurang bagus, prinan bergeser, halaman 102-103 tidak ada hanya berupa
kertas kosong. Sedangkan halam buku transliterasi ini juga terpotong. Yaitu,
dari halaman 155-158. Berikut cuplikan dari isi naskah, halam satu dan halaman terakhir dari naskah 270.
Halaman
1.
Alkisah
maka adalah sebuah negeri namanya Banduburi, rajanya bernama Maharaja
Sahriyuna. Maka raja itu ada mempunyai saudara tua, maka di dalam masa ia
sedari kecil sampai begitu besar hingga duduk jadi raja besar belum perna (h)
bertemu pada saudaranya yang tua sebab telah gaiblah ia tiada berketahuan di
mana adanya dan dimana tempat tinggalnya, enta(h) berpisah bertahun-tahun dan
berbulan-bulan.
Awal-awalnya
mulanya sebab jadi selaku demikian datangnya dari sebab berdengki-dengkian hati
dan berdendam-dendaman. Maka saudaranya yang tertua sebab malu dan tiada
bertahan hatinya dekat pada saudara mudanya lalu jadi keluar dari dalam negeri
membawa untung dirinya di dalam masa kecilnya hingga jalan terlunta-lunta dan
tersesat-sesat tiada diketahu di mana sampainya hingga tersasar tiada dapat
kembali lagi, sampaikan menjadi sama-sama besar, datanglah malunya bertemu
keduanya. Maka daripada sebab hati yang malu jadi putuslah antara saudara
kedua, tambahan ayahanda bagindanya suda(h) wafat ke rahmat Allah. Dari masa
kecilnya jadi tiada yang mengatur dan tiada yang menguruskan padanya itu. maka
jadi lama-lama yang muda tiada tahu di mana adanya saudara yang tua dan yang
saudara tua pun malu bertemukan.
Halaman
270.
Merak
masnya yang jadi penglibur hatinya itu, demikianlah kalaunya Pati Mas. Maka
jikalau waktunya pergi mengadap baginda ayahanda raja Guru Mahsan, maka
pergilah ia mengadap, jikalau pulang maka bermain-main pula dengan merak mas.
Maka Pati Perak sangat cinta kasih dan sayang pada istrinya tuan Putri Sari
Rasmi seperti tiada dikatakan lagi, pergi peluk cium pulangpun peluk cium,
jangankan pergi jauh sekalipun mau menghadap baginda akan demikian. Maka diceriterakan
tiga bulan sekali Pati Perak dengan istrinya pergi pada ayahandanya Sunca Rama
dan tiga bulan sekali ia kembali pulang kedalam negerinya sendiri. Baginda
Sunca Rama pun sangat kasih dan sayang pada mantunya Pati Perak itu seperti
mana anak sendiri. Demikian juga raja Garu Maksan dan Permaisuri Puspa Podang
pada tuan Puteri sangat cinta dan sayangnya tiada terkira-kira.
Sampai
disini saya berhentikan jikalau mau baca yang banyak perangnya pada lain
kerisan adalah sambungannya lagi demikianlahadanya. Wa Allahu A’lam. Tamat.
Cerita
naskah Merpati Mas dan Merpati Perak menceritakan tentang kisah dua putra raja
yang hidup diluar istana. Sudah umum karya sastra klasik berputar pada
kisah-kisah bangsawan istanah. Karena sesuai dengan punulis juga sastrawan dari
Istana. Kalau melihat dari nama-nama peran dan julukan. Kemungkinan naskah ini
aslinya berlatar Hindu. Begitu juga nama-nama peran berbauh Hindu. Kemudian
ditulis dengan pengaru budaya Islam sebagaimana naskah tersebut.
Oleh.
Tim Apero Fublic.
Editor.
Selita. S.Pd.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Palembang,
29 Juli 2020.
Sumber:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hikayat Merpati Mas dan Merpati Perak.
Jakarta, 1984.
Sy.
Apero Fublic.
Via
Sastra Klasik
Post a Comment