Sastra Klasik
Sastra Klasik: Serat Wredha Mudha
Apero
Fublic.-
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam kebudayaan masyarakatnya di
setiap daerah. Salah satu hasil budaya bangsa Indonesia adalah sastra klasik.
Sastra klasik adalah sastra-sastra hasil karya nenek moyang orang Indonesia
sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di
antara sastra klasik tersebut adalah Serat Wredha Mudha dan Serat Ngelmu
Sepiritisme. Untuk Serat Ngelmu Sepiritisme adalah buku misionaris Belanda Wepen
Blommers Stertern yang diterjemahkan kedalam Bahasa Jawa dan aksara jawa oleh Raden
Pudjarahardja, di Surakarta. Supaya terasa dekat dengan masyarakat di Jawa maka
di tulis dengan istilah, serat. Dua serat tersebut diterbitkan dalam satu buku.
Di
terbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun
anggaran 1991/1992. Buku bersampul kuning dengan jumlah halaman 182 lembar. Artikel ini bentuk tinjauan hasil penelitian pada sastra yang ditulis oleh Raden Ngabehi
Jayamardasa pada tahun 1912 Masehi. Asli naskah berbahasa Jawa setebal 66
halaman. Di alih aksara ke aksara latin dan disajikan dalam duan bahasa, Bahasa
Jawa dan Bahasa Indonesia. Apa bila Anda tertarik dengan naskah ini. Silakan
cari buku dengan identitas sesuai pada sumber di bawah. Dalam bahasan ini, membahas Serat Wredha Mudha.
Susunan
sastra Serat Wredha Mudha terdiri dari percakapan-percakapan yang memiliki
makna-makna sindiran pada orang-orang yang berpikiran tahayul, bodoh, percaya
dukun dan pendek. Bercerita tentang seorang pemuda yang dalam masa perkembangan
diri dan kejiwaan.
Dimana dia ingin menjadi superioritas dan memiliki kejayaan
yang bersifat simbolis. Jiwa pemuda yang berapi-api tersebut ingin memiliki
kekuatan diri yang lebih. Dimana pada masa tersebut dia ingin memiliki ilmu
kebal dan ingin memiliki ilmu pelet untuk memikat wanita.
Kemudian
dari kedua ilmu itu, apakah berguna dan banyak maanfaat bagi seseorang yang
memilikinya. Lantas ilmu yang bagaimana yang diperlukan seorang manusia. Sastra
ini, memberikan pemahaman atau pendidikan pada masyarakat tentang kehidupan
ini. Pada masa dahulu hal-hal demikian, seperti ilmu kebal dan ilmu pelet
adalah hal yang sangat dicari dan dibanggakan.
Serat
ini ditujuakn untuk kritik sosial masyarakat yang masih hidup dalam
keterbelakangan pemikiran. Agama Islam yang dianut tidak dimengerti karena
belum kuatnya pendidikan Islam. Untuk itu, hadirlah karya sastra Serat Wredha Mudha
sebagai kritikan dan pengajaran untuk masyarakat luas. Tujuan agar masyarakat
berpikir dengan logika dan rasional.
Berikut
cuplikan serat Wredha Mudha dalam Bahasa Jawa.
Surakarta
tanggak kaping: 1 Wulan Sapar ing Wawu Jimakir, angka: 1912. Utawi kaping: 21
wulan Januari, angka 1912.
Raden Ngabehi Jayamardasa.
Wredha:
“Lho, sampeyan engger, wilujeng ...... (hal 7). (tidak terbaca mungkin).
Mudha : “Wilujeng, pengestunipun kyai.
Wredha:
“Dangu mboten mriki-mriki, engger, wed punapa.
Mudha : “Suweg ramen angkuyug kyai, rakanipun
inggih ngupados seserepan pangestunipun kyai. Pangestunipun kyai, lampah kula
inggih angsal damel, nanging teka dereng seged sreg dhateng manah. Milah kula
lajeng sowan panjenengan punika. Weleh-weleh punapa kyai, sajatosipun kula
badhe nyuwun sih kadarman seserepan panjenengan bab ngelmi jaya kawijayaan,
rehning kula taksih nombok bilih wonten perlunipun sampun madal sumbi, kangge
pager, kyai, sanadyan jaman harja, nanging kula manah perlu apepager.[1]
Berikut
cuplikan serat Wredha Mudha dalam bahasa Indonesia
Surakarta
tanggal. 1 bulan Sapar tahun 1912 atau tanggal 21 Januari 1921.
Raden Ngabei Jayamardasa.
Wredha:
“Hai kisanak bagaimana kabarnya?.
Mudha : “Berkat doa bapak kami selamat.”
Wredha:
“Sudah cukup lama kamu tidak kemari, apakah sedang punya kerja?.”
Mudha : “Saya sedang ada keperluan yaitu mencari
pengalaman dan berkat doa bapak usaha kami sudah berhasil tetapi hati saya
belum mantap, oleh sebab itu kami segera menghadap Bapak. Terus terang saya
hendak memohon agar bapak bersedia mengajarkan pada saya tentang ilmu kekebalan
tubuh (Jawa: Jaya Kawijayaan), berhubungan saya masih muda mungkin kalau ada
manfaat serta sebagai benteng untuk jaga diri. Walaupun zaman sudah aman namun
setelah saya pikir bahwa membentingi badan itu juga penting.[2]
Dalam
cerita Serat Wredha Mudha yang berbentuk percakapan tersebut terkandung
beberapa pemikiran yang logis dan rasional. Serat ini membuka pemikiran
masyarakat agar tidak tertipu oleh perkataan orang mengaku dukun dan mengaku
sakti.
Seperti:
Untuk orang yang ingin belajar ilmu susuk atau ilmu terlihat cantik dan tampan.
Ilmu susuk yaitu dengan cara memasukkan emas, berlian atau intan kedalam tubuh
manusia. Ternyata dukun meletakkan sesuatu pada kapas pembungkus permata atau
emas yang berbauh menyengat dihidung. Lalu kapas tersebut diletakkan dihidung
si pemuda. Sehingga si pemuda merasa hidungnya tertusuk karena bauh menyengat.
Namun,
dalam perkataan si dukun kalau itu proses masuknya susuk. Kamudian kapas
dikeluarkan kembali dan ditukar oleh si dukun. Sehingga seolah-olah intan, emas
atau apa saja yang dijadikan susuk telah masuk kedalam tubuh si Pemuda.
Bentuk
penipuan pemasangan susuk. Setelah itu, si pemuda merasa tampan dan sering
bersolek. Karena merasa dirinya tampan dan percaya diri. Itu hanya perasaannya
saja. Adanya kepercayaan susuk berjalan, susuk dalam kulit semuanya adalah
kebohongan dan penipuan.
Kemudian
ilmu pemasangan air raksa agar tubuh kuat. Pemuda bercerita agar tubuhnya kuat,
tahan banting maka dia meminum air raksa. Tapi dibalik itu, si dukun tahu
bagaimana mengolah air raksa sehingga aman diminum, bukan karena kesaktiannya.
Untuk pantangan-pantangan hanyalah penguat keyakinan dan menambah seram atau
mistik saja. Tidak ada sangkut pautnya.
Lalu
si pemuda bercerita tentang Ilmu Guna Pengasihan untuk wanita atau Istri. Oleh
si guru pemuda itu, dia diberi semacam minyak. Lalu dia diperintahkan
mengoleskan pada kemaluannya. Ternyata minyak tersebut dibuat dari pohon talas.
Minyak
tersebut kalau terkena kulit manusia akan terasa gatal dan menjadi lecet.
Kemudian dia berhubungan intim dengan seorang wanita. Wanita tersebut merasa
puas dan kemaluan si pemuda terus kuat. Kuat karena gatal bukan karena tenaga
seksnya bertambah.
Kemudian
dijelaskan kalau penggunaan minyak tersebut sangat berbahaya. Baik untuk
laki-laki atau wanita pasangan berhubungan intim. Karena dapat menyebabkan
penyakit kelamin. Maka ilmu pengasihan tersebut hanyalah tipuan atau ilmu apus
istilah Orang Jawa.
Kemudian
si pemuda bercerita tentang ilmu kesempurnaan. Dimana orang yang mati dapat
hidup kembali. Oleh si guru pemuda dia diberi syarat-syarat dunia perdukunan.
Biasa sesajen, puasa, pantang ini dan pantang itu. Kemudian si pemuda dibawa ke
dalam kamar gelap.
Oleh
si guru dirinya ditekan dibeberapa bagian tubuh. Dimana aliran darah terhenti
cukup lama. Oleh karena itu, si pemuda yang dijadikan contoh, pingsan dalam
waktu kurang lebih setengah jam. Saat jalan darah normal kembali si pemuda
kembali sadar. Maka dia seolah-olah hidup setelah mati. Si Pemuda sangat kecewa
mengetahui rahasia gurunya tersebut.
Ilmu
kekebalan tubuh atau jaya kawijayaan juga ternyata ilmu tipuan atau ilmu apus.
Rahasianya, senjata zaman dahulu seperti senjata tradisonal kecepek atau
senjata Belanda. Jarak tembak masih terukur dan pendek.
Misalnya
jarak tembah 100 meter, maka si guru pemuda itu menempatkan dia di jarak 105
meter. Lalu si guru menembak dan peluru hanya sampai sehingga saat peluru
senjata mengenai tubuh tidak melukai lagi.
Tapi
hanya seperti terkena peluru ketapel. Begitupun saat ilmu menjilat besi panas.
Lidah memiliki fungsi mendinginkan yang panas. Maka apabila lidah dilati
menjilat hal yang panas maka akan terbiasa. Sehingga saat menjilat hal yang
panas tidak lagi terbakar.
Kemudian
ilmu paldot seperti orang tahan panas. Oleh si gurunya pemuda kembali diminta
banyak persyaratan sebagaimana ilmu-ilmu perdukunan. Kali ini pemuda akan
menyelupkan tangannya di tima panas yang mendidih. Maka si guru seperti
membaca-baca mantra lalu dia mengusap kedua tangan si pemuda.
Setelah
diusap maka diperintahkanlah dia mencelupkan tangannya di timah panas yang
mendidih tersebut. Ternyata tangannya tidak apa-apa. Kemudian dijelaskan oleh
sang Kiai. Kalau sebelum dia mencelupkan kedalam timah mendidih itu.
Sesungguhnya guru si pemuda mengoleskan minyak getah jarak. Rahasianya, timah
panas akan tawar apabila terkena getah jarak.
Setelah
mendengar semua penjelasan tersebut. Si pemuda baru sadar kalau dia selama ini
telah di tipu oleh orang yang mengaku sakti. Ilmu-ilmu tersebut hanyalah tipuan
saja dan sesajen dan syarat-syarat hanyalah kebohongan.
Susuk
emas dan intan juga kebohongan karena diambil si guru atau si dukun. Apabila
kita perhatikan, cerita ini sangat bermanfaat untuk mengajarkan masyarakat
tentang ketahayulan. Agar masyarakat berhenti mempercayai hal-hal demikian
lagi.
angan
mempercayai orang mengaku dukun atau orang pintar. Terutama di zaman sekarang
(2020), zaman ilmu pengetahuan. Kita juga masih heran masih banyak masyarakat
kita yang percaya dan menjadi korban dukun. Benarlah ajaran Islam, dimana
mengharamkan untuk percaya pada dukun, ramalan dan pada tahayul.
Oleh.
Joni Apero
Editor.
Desti. S.Sos.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Sumber:
Tim Peneliti: S. Budhisantoso, Dkk. Serat Wredha Mudha Serat Ngelmu
Sepiritisme. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991/1992.
[1]S. Budhisantoso,
Dkk. Serat Wredha Mudha Serat Ngelmu Sepiritisme. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1991/1992, h. 14.
[2]S. Budhisantoso,
Dkk. Serat Wredha Mudha Serat Ngelmu Sepiritisme. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1991/1992, h. 55.
Sy. Apero Fublic.
Via
Sastra Klasik
Post a Comment