Asal Usul Nama Tanah Alas. Aceh Tenggara.
Menurut
cerita masyarakat, di kawasan Tanah Alas pada masa dahulu adalah sebuah danau
yang dikelilingi oleh gunung-gunung yang tinggi. Air danau berasal dari dari
gunung yang dekat dengan Blang Kejeren. Air dari gunung mengalir ke sebuah sungai.
Sampai sekarang sungai tersebut masih ada, yaitu Sungai Alas.
Pegunungan
yang mengelilingi danau tersebut diantaranya, Gunung Parkisan si sebelah timur dan
Gunung Biak Mentalang di sebelah barat. Kemudian terdapat pegunungan lainnya
yang mengelilingi kawasan danau tersebut. Pegunungan tersebut merupakan bagian
dari perbukitan Bukit Barisan. Bukit Barisan adalah bukit yang membentang
sepanjang Pulau Sumatera.
Bentuk
danau memanjang lurus, dari hulu ke hilir. Panjang danau diperkirakan kurang
lebih sembilan kilometer. Gunung yang terletak di pinggiran danau sebelah timur
dan barat tinggi dan tebal. Sedangkan dibagian hilir atau bagian selatan ke
arah Singkel. Pegunungan yang tipis dan rendah dan banyak jurang-jurangnya.
Penduduk
Tanah Alas pada masa dahulu tinggal di pegunungan-pegunungan sekitar danau tersebut.
Mereka hidup sebagai petani dan pemburu. Sebagaimana kehidupan masyarakat masa
lalu. Taman di lembah Tanah Alas sangat subur. Karena proses alam telah
menyuburkan tanahnya. Penduduk Tanah Alas sangat menyukai ikan Jurong.
Proses
alam terjadi dari waktu ke waktu. Suatu saat dimusim hujan. Hujan turun deras
dalam waktu yang cukup lama. Sehingga air danau meluap dan kawasan lembah
menjadi penuh. Tergenang air danau yang melimpa ruah. Sebagaimana disebutkan
tadi, di kawasan sebelah hilir danau terdapat jurang-jurang dan berdinding
tipis.
Kawasan
jurang-jurang dibagian hilir menjadi retak dan pecah. Sehingga air danau tidak
ada lagi pembatas. Air danau mengalir ke hilir dan memasuki jurang-jurang. Lama
kelamaan, retak dan pecah menjadi lebar. Air danau akhirnya menjadi kering.
Menyisakan cekungan tanah dasar danau yang datar.
Waktu
berlalu danau telah kering. Datanglah orang-orang dari Blang Kajeren, yaitu
Orang Melayu Gayo. Mereka sangat takjub tanah datar yang begitu luas. Orang Melayu
Gayo menyebut tanah datar bekas dasar danau dengan, Alas. Mereka mengumpamakan
dengan tikar yang terbentang rata di lantai. Alas sama artinya dengan tikar.
Alas berarti sesuatu yang menjadi tumpuan sebelah bawah.
Di
Blang Kejeren banyak pegunungan, besar atau kecil. Sangat sulit menemukan tanah
yang datar dan luas. Tidak ada tanah datar seperti tikar terbentang. Maka
mereka menamakan kawasan tersebut dengan, Tanah Alas. Atau tanah yang datar
seperti tikar terbentang.
Selain
orang Melayu Gayo ada kelompok lain yang datang ke kawasan tersebut. Yaitu,
orang Melayu Deli dari kawasan pesisir. Orang Melayu Deli mengatakan tanah
danau yang kering itu dengan, Alas.
Dengan
maksud kalau kawasan itu adalah alas dari gunung-gunung sekitarnya. Alas juga
dalam bahasa Melayu sama dengan halnya tikar. Apabila mereka ingin tidur atau
makan. Mereka selalu menggunakan alas, membentang alas. Pada zaman dahulu alas
sudah pasti bentuk tikar.
Dari
dua kelompok orang Melayu tersebutlah akhirnya daerah Kutacane dikenal dengan
Tanah Alas. Cerita ini sangat masuk akal dan cenderung tidak mengada-ada. Tidak
ada bau mitos dan legenda. Apabila ditinjau dari sistem pemukiman orang Melayu
zaman dahulu. Memang mendiami bukit-bukit tinggi, kaki gunung. Peradaban
tersebut dikenal dengan zaman megalitikum.
Kalau
kita mengkaji ilmu antropologi tentang peninggalan zaman megalitikum. Memang
pemukiman orang Melayu terdapat disepanjang kaki bukit Barisan. Bukan hanya di
Pulau Sumatera, tapi juga diseluruh kawasan Asia Tenggara terdapat pemukiman
zaman megalitikum. Sepertinya cerita asal usul nama Tanah Alas memiliki nilai
kesesuaian.
Kajian nama-nama tradisional, Tanah Alas sesuai. Karena berdasarkan hal-hal yang dijumpai masyarakat awalnya. Selain itu, nama serupa di daerah Sumatera Barat juga dijumpai, Tanah Datar. Tanah Datar dan Tanah Alas memiliki makna yang sama.
Rewrite:
Tim Apero Fublic.
Editor.
Desti. S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang.
14 Agustus 2020.
Sumber:
Bahrum Yunus, Dkk. Struktur Sastra Lisan Alas. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1987.
Sy.
Apero Fublic.
Gayo bukan Melayu.
ReplyDelete