Cerita Panji Versi Bali: Geguritan Pakang Raras.
Suatu
ketika para pengiring dan ketiga punakwan bersama anjing buruannya itu memburu
seekor kijang. Sampai jauh kijang itu belum tertangkap. Akhirnya mereka
tersesat dan terpisah dari sang Pangeran. Sedangkan sang Pangeran beristirahat
seorang diri di bawah pohon kroya.
Saat
itu, keadaan cuaca tiba-tiba berubah. Langit menjadi mendung, hujan turun
lebat, guntur dan petir sabung menyabung, seketika itu juga hutan menjadi gelap
gulita. Kemudian angin topan juga melanda hutan itu. Dalam keadaan pingsan sang
Pangeran diterbangkan oleh angin ribut. Lalu terjatuh di taman Kerajaan Daha.
Sedangkan
para penggiringnnya tetap tersesat di dalam hutan. Setelah keadaan kembali
normal, para kepala desa mencari kawan-kawan, teman dan sang Pangeran. Setelah
itu, mereka pergi ke istana dan melaporkan kejadian yang menimpa mereka dan sang
Pangeran. Raja dan Permaisurinya menjadi sangat berduka.
Sementara
itu, Raden Mantri Koripan dibantu oleh Raden Galuh Daha. Dia seorang putri yang
sangat cantik jelita, Putri Raja Kediri (Daha). Ketika diusut, Raden Koripan
tidak menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya. Oleh sebab itu dia diberi
nama I Mage Pakang Raras. Setelah beberapa lama dia tinggal di Daha. Raden
Mantri Koripan dan Raden Galu Daha saling jatuh cinta.
Raja
Kediri sangat murka ketika mengetahui hal tersebut. Diam-diam baginda
memerintahkan patih Kerajaan Kediri untuk membunuh Pakang Raras. Pakang Raras
menyadari kesalahannya dan menyerahkan dirinya pada Paman Patih. Sebelum
dibunuh, Pakang Raras meminta agar dia di kubur di Daha. Pakang Raras juga
mengirim surat pada Raden Galuh, menceritakan kalau dia sebenarnya adalah putra
Raja Jenggala, kakak sepupu Raden Galuh Sendiri.
Pangeran
meminta putri untuk mengambil pakaiannya yang dia tanam di bawah pohon nagasari
untuk dijadikan kenang-kenangan. Raden Galuh juga sangat berduka membaca cerita
itu. Kemudian dia melarikan diri dari istanah bersama seorang dayang. Putri
bertekad menyusul kemana saja Raden Mantri Koripan Pergi.
Raja
Kediri sangat menyesal atas kejadian tersebut. Kesedihannya bertambah ketika
mendapat laporan paman Patih kalau Pakang Raras tenyata seorang bangsawan.
Terbukti dari darahnya berbauh harum pertanda dia seorang putra raja. Dalam
suasana itu, raja memerintahkan untuk mencari tuan putri yang melarikan diri,
sampai bertemu.
Punta,
Jrudeh, dan Kartala yang sudah lama tersesat di dalam hutan mendengar suara
yang menyerukan agar mereka pergi ke kuburan Daha. Disana mereka dikabarkan
akan berjumpa dengan junjungan mereka, Raden Mantri Koripan. Saat tiba, mereka
menemukan darah yang berceceran di dekat sebuah kuburan yang baru saja dibuat.
Mereka
akhirnya menggali kuburan baru tersebut. Menemukan jenazah Raden Mantri Koripan.
Melihat itu, ketiganya sangat marah dan mau mengamuk. Tapi, datang seekor
burung gagak putih. Gagak putih mencegah amarah ketiganya.
Gagak
putih berkata kalau dia akan pergi ke kayangan dan akan melaporkan peristiwa
yang terjadi. Berjanji akan menolong Raden Mantri Koripan atau Pakang Raras.
Benar adanya, setelah kembali dari kayangan gagak putih itu menghidupkan Raden
Mantri Koripan.
Setelah
itu, Raden Mantri Koripan dan tiga kawannya kembali ke Jenggala. Dia
menceritakan suka duka selama menghilang. Setelah bercerita, dia meminta pada
ayahnya untuk meminangkan Raden Galuh Daha di Kediri. Utusan tiba di Kediri,
raja menceritakan kalau Raden Galuh Daha menghilang dan dalam pencarian.
Sementara
itu, Raden Mantri Koripan yang pergi berburu. Dalam perjalanan itu dia bertemu
dengan tuan putri Raden Galuh Daha di Repogembong. Kemudian Raden Mantri Koripan
kembali lagi ke istanah dan melaporkan ke orang tuanya.
Baginda
segerah mengirim kurir menyusul utusan ke Kediri. Sekaligus mengabarkan cerita
gembira tersebut atas ditemukannya Raden Galuh Daha. Beberapa waktu kemudian,
pesta pernikahan Raden Mantri Koripan dan Raden Galuh Daha di langsungkan
dengan meriah.
Keterangan:
Cerita
singkat di atas adalah cerita ringkasan dari naskah klasik Geguritan Pakang
Raras. Geguritan Pakang Raras sendiri bersumber dari cerita Panji dalam versi
kesastraan Bali. Cerita Panji memang populer semasa Indonesia masih dalam
pengaruh kebudayaan Hindhu.
Cerita Panji telah di sadur kedalam berbagai kelompok budaya di Indonesia, dari budaya Melayu, Jawa, Bali. Semasa masuknya Islam cerita Panji juga berganti dengan corak Islam. Cerita Geguritan Pakang Raras di tulis pada tahun 1835 tahu saka atau 1913 Masehi. Buku transliterasi Geguritan Pakang Raras di terbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, 1984.
Oleh.
Tim Apero Fublic.
Editor.
Selita. S.Pd.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Palembang.
4 Agustus 2020.
Sumber:
I Gusti Ngurah Bagus, Dkk. Cerita Panji Dalam Sastra Klasik di Bali. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.
Sy. Apero Fublic.
Post a Comment