Gunung Seminung: Petualangan Sejati Anak Negeri.
Berjarak
kurang lebih 25 kilometer dari Kota Liwa. Sebagian kaki Gunung Seminung menjadi
tepian Danau Ranau. Zaman purba kaki gunung Seminung didiami nenek moyang orang
Melayu. Yang kemudian menyebar di berbagai wilayah Sumatera Selatan, Bengkulu
dan Lampung.
Beberapa
waktu lalu, saya pernah mencoba mendaki puncak Gunung Seminung. Bersama MTMA
Gugus OKU, dan Kelompok Pecinta Alam SUMMIT Prabumuli. SUMMIT Prabumuli selain mendaki, sekaligus melakukan kaderisasi anggota baru.
Sedikit
berbagi pengalaman dengan sahabat-sahabat. Kalau ingin mendaki, kemudian
berangkat munuju lokasi pendakian. Bagi yang membawa sepeda motor sendiri. Di sana (basecame) ada layanan jasa
penitipan sepeda motor.
Untuk
pendakian kita membawa perlengkapan sendiri. Seperti tenda, nesting,
perbekalan, dan semangat juga harus dibawa sendiri. Gunung Seminung tidak
terlalu tinggi, diperkirakan sekitar 1881 MDPL ( Meter Diatas Permukaan Laut).
Sehingga baik untuk latihan bagi pemulah untuk mendaki gunung.
Tapi
jangan dianggap enteng dahulu. Jalur cukup menantang bagi pemulah tentu cukup
menantang. Saat memasuki salter dua medanya sudah cukup berat. Ada bagian jalur
sulit dan cukup menguras tenanga. Tanjakan dikenal dengan Tanjakan 45 dan
melewati waru. Disini kita agak kesulitan kalau tidak saling membantu. Perjalanan dengan Trek santai kurang lebih memakan waktu tujuh jam perjalanan dari bascam sampai puncak.
Pada
salter dua keadaan hutan sudah mulai lembab dan berlumut. Kita juga sudah
merasakan dinginnya kabut. Tapi semua itu akan menjadi sebuah petualangan yang
mengesankan.
Buat pendaki jangan mengambil sesuatu selama pendakian dan saat berada di puncak gungung. Hanya boleh mengambil foto, video dan menikmati keindahan alam dan momentnya. Selain itu, di puncak Seminung terdapat bunga semasa edelwais.
Untuk sampah harap jaga sendiri, dan urus sendiri. Jangan dibiarkan berserakan dan mengotori alam. Jangan meninggalkan sesuatu kecuali tapak kaki. Bawak kembali turun sampah agar alam tetap lestari. Jangang menangkap atau membunuh hewan-hewan. Jangan rusak tetumbuhan. Awas api, hindari kebakaran hutan. Untuk pendaki pemulah agar memperhatikan aturan-aturan.
Kita akan menemukan keindahan dan perjuangan. Semua lelah dan kesulitan akan terbayar saat berada di Puncak Gunung Seminung. Selamat mendaki dan jadilah pemenang. Cintai alam, cintai lingkungan kita. Alam bukan milik kita, tapi hanya kita pinjam dari anak cucu kita. Selamat Dirgahayu Republik Indonesia ke 75. Merdeka.
Oleh.
Rili Astuti.
Editor.
Selita. S.Pd.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
OKU
Selatan. 17 Agustus 2020.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment