Kaba: Mamak Si Hetong
Kasumbo
Hampai ini seorang putri cantik jelita, tiada taranya, pintar, bangsawan, dan
kaya raya. Ketika Kasumbo Hampai ini lahir terlihat keistimewaanya, lantai
rumah patah dan pondasi rumah belah menyambut bayi itu. Tingkat
kebangsawanannya itu diceritakan; Sulit untuk mencarikan raja untuk jodohnya.
Sulit
mencarikan Sultan untuk pendampingnya. Sulit pula mencari putri untuk teman
duduknya. Putri mempunyai dua orang pelayan bernama Kambang Manih dan Bujang
Salamaek. Memiliki sebuah kolam khusus untuk putra dan putri raja mandi dan
bersantai bermain.
*****
Tidak
jauh dari negeri itu. Tinggal dua orang bersaudara, yang laki-laki bernama
Mamak Si Hetong. Yang perempuan bernama Si Rawan Pinang. Keduanya yatim piatu,
hidup miskin, rakyat jelata dan silsilah keluarganya juga tidak begitu jelas.
Suatu
hari, karena suatu urusan. Mamak Si Hetong meminta adiknya Si Rawan Pinang
pergi ke Ulak Tanjung Bungo. Negeri kediaman Kasumbo Hampai. Sesampai di sana, Rawan
Pinang mandi di kolam milik Kasumbo Hampai yang indah.
Saat
sedang mandi, Bujang Salamaek dan Kambang Mani datang dan melihat ada orang
lain yang berani mandi di kolom kerajaan. Keduanya melaporkan kejadian tersebut
pada, Kasumbo Hampai. Dia datang menghampiri kolam, marah. Kasumbo Hampai
mencaci maki Si Rawan Pinang.
“Anak
anjiang, anak binatang. Anak jumbalang moh kiranyo. Anak singiang-ngiang rimbo.
Anak cancang panarahan. Kononlah bak paras kau iko. Tapijak ka den lantiangkan.
Tabuai ka den lapehkan. Tatangguak ka den tuangkan. Bapak kau panjua padi. Mande
kau panjua sada.”
(Terjemahan:
Anak anjing anak binatang. Anak jumbalang malah kiranya. Anak hantu dalam
rimba. Anak cincang penyiangan. Kononlah seperti rupa kau ini. Terpijak akan
saya sepakkan. Terbuai akan saya lepaskan. Tertangguk akan saya lemparkan. Bapak
kau penjual padi. Ibu kau penjual sadah).
Penghinaan
tersebut diterimah dengan hati yang sedih dan pedih. Dia berkata janganlah
berkata seperti itu. Karena bisa menyebabkan
terjadinya hal yang buruk.
Penghinaan
Kasumbo Hampai diceritakan Si Rawan Pinang pada kakaknya, Mamak Si Hetong.
Mendengar penghinaan buruk itu, dia bermaksud membalas perbuatan Kasumbo
Hampai. Lalu dia meminta adiknya untuk meminjam rencong sakti pada, Putih Ameh
Manah. Ameh Manah meminjamkan, dengan syarat. Kalau rencong hilang mereka
berdua menjadi budaknya.
Setelah
itu, Mamak Si Hetong pergi menyusuri hutan. Dia mencari buluh perindu dan
kelapa sakti. Dia menemukan kelapa sakti. Batangnya kokoh, berbuah satu dan
daunnya hanya sehelai. Hetong berusaha memanjat, tetapi tidak bisa. Kemudian
dengan rencong sakti dia diterbangkan ke atas dan dapat memetik buah kelapa
sakti itu.
Tempurung
kelapa dia bawak pulang. Kemudian pergi mencari buluh perindu. Akhirnya
menemukannya di Gunung Bungsu, Simulanggang, Ranah Limo Puluah. Buluh perindu
hanya seruas, daunnya hanya sehelai. Kemudian dia ambil dan dibuatnya saluang.
Tempurung kelapa tadi dia buat rebab.
Setelah
itu, mulailah Mamak si Hetong meniup dan memainkan saluang. Sedangkan Si Rawan
Pinang memainkan rebab. Keduanya memulai merayu Kasumbo Hampai. Kasumbo Hampai
perlahan termakan rayuan saluang dan rebab sakti tersebut. Sehingga dia jatuh
cinta pada Mamak Si Hetong. Tidak enak makan dan tidak enak tidur. Karena ingin
bertemu dengan Mamak si Hetong.
Rajo
Nan Hangek marah mengetahui Kasumbo Hampai jatuh cinta pada Mamak Si Hetong
orang miskin dan rakyat jelata. Tapi Kasumbo Hampai tidak mau lagi dengan yang
lain. Dia hanya ingin hidup bersama Mamak Si Hetong. Kalau dilarang dia akan
bunuh diri.
Kemudian,
secara sembunyi-sembunyi Kasumbo Hampai keluar istana. Dia pergi menuju rumah
Mamak Si Hetong. Setiba di sana dia hanya menjumpai Si Rawan Pinang.
Dikatannnya kalau Mamak Si Hetong sudah pergi ke Lubuak Aluang. Sesungguh,
Mamak Si Hetong ada di dalam rumahnya.
Baru
beberapa waktu kemudian. Kasumbo Hampai bertemu dengan Mamak Si Hetong. Kasumbo
Hampai membujuk Mamak Si Hetong agar tidak lagi berdagang. Apabila dia ingin
menjadi istrinya. Kasumbo Hampai relah memberikan semua hartanya.
Mamak
Si Hetong menolak, dia kemudian terus pergi ke berdagang. Kasumbo Hampai
kemudian mengikuti dari belakang. Dalam perjalanan itu, tibalah di Bukit
Sialang di dekat sebuah ngarai yang dalam. Ngarai itu dihuni oleh ular tedung, ular
naga dan lebah. Saat menyeberangi penyemberangan ngarai itu. Kasumbo Hampai
terjatuh karena titiannya patah. Sedangkan Mamak Si Hetong terus melanjutkan
perjalanan.
Di
dalam ngarai, Kasumbo Hampai meminta naga itu untuk menelannya. Tapi ular naga
menolak karena dia tahu, kalau Kasumbo Hampai kekasih Mamak Si Hetong manusia
sakti. Begitu juga lebah dan ular tedung tidak mau mengganggu Kasumbo Hampai.
Oleh naga itu, Kasumbo Hampai diberikan cincin dan benda keramat.
Dengan
bantuan cincin sakti itu, Kasumbo Hampai memanggil burung Burak. Dia meminta
burak menyampaikan pesan pada orang tuanya, Rajo Nan Hangek. Kalau dia sekarang
berada di dalam sebuah ngarai dalam. Pada awalnya raja tidak percaya, tapi
burak membawa tanda dari Kasumbo Hampai.
Rajo
Nan Hangek memerintahkan rakyatnya mengeluarkan Kasumbo Hampai. Raja sendiri
datang dengan mengendarai kuda terbangnya. Kasumbo Hampai dikeluarka
menggunakan rotan. Setelah itu, Kasumbo Hampai berpesan pada semua orang. Kalau
dia mati, maka kuburkan dia di Bukit Sialang.
Setelah
beberapa waktu pulang ke istana. Kasumbo Hampai timbul niat ingin bunuh diri.
Sebagaimana kata-katanya dahulu. Kalau tidak menikah dengan Mamak Si Hetong
lebih baik dia mati. Dia juga merasa malu, keinginannya ingin menikah dengan
Mamak Si Hetong tidak terwujud. Sebelum bunuh diri dia meminta semua orang
pelayan untuk pergi dan dia ingin sendiri. Kemudian dia menulis pesan ungkapan
rasa malu dan sedihnya.
“Malu
hamba tiada tertahan. Mamak raja kata orang. Ibu kaya kata orang. Bapak bertua
di negeri. Awak gadis kata orang. keinginan tidak akan terkabul. Daripada hidup
lebih baik mati. Besok mati kini mati.” Saat Rajo Nan Hangek pulang,
istanah tampak tertutup. Saat masuk didapati Kasumbo Hampai mati bunuh diri
dengan sebilah rencong.
Sesuai
dengan wasiat Kasumbo Hampai sebelumnya. Maka dia di kubur di Bukit Sialang.
Datang mengikuti menguburkan dari tiga luak. Yaitu, Luhak Tanah Datar, Luhak
Limo Puluh, Luhak Agam. Semua yang datang diberi sedekah. Kemudian diadakan
sedekahan selama tiga hari.
*****
Setelah
menjadi orang kaya, Mamak Si Hetong pulang dari merantau. Melewati jalan pulang
dahulu, dia kembali tiba di Bukit Sialang. Menjumpai sebuah kuburan, dan
ditanyakannya pada seorang penggembala.
Jawab
si penggembala bahwa kuburan tersebut adalah kuburan Kasumbo Hampai. Mendengar
itu, Mamak Si Hetong menggali kubur Kasumbo Hampai. Lalu dia berdoa pada Allah
SWT, solawat pada Rasulullah SAW, juga atas nama keramat kakeknya. Akhirnya,
Kasumbo Hampai kembali hidup lagi.
Pulanglah
mereka ke rumah Mamak Si Hetong. Oleh Si Rawan Pinang dengan keramat sakti
kakek mereka. Meminta rumah besar beserta seisinya, sapi, kerbau dan lainnya.
Untuk persiapan pernikahan Mamak Si Hetong dengan Kasumbo Hampai.
Untuk
itu, masyarakat dan kedua orang tua Kasumbo Hampai diundang. Orang tua Kasumbo
Hampai terkejut menyaksikan kalau dia masih hidup. Oleh keduanya ingin kembali
di ajak pulang. Tapi Kasumbo Hampai tidak mau dan tinggal dirumah suaminya.
Beberapa
waktu kemudian lahirlah anak laki-laki, bernama Sidawan Pakan. Setelah dewasa
Sidawan Pakan bertanya tentang rumah ibunya. Tapi ibunya tidak mau memberitahu.
Kasumbo Hampai memberikannya cincin sakti dan baju terbang pemberian naga di
ngarai di dekat Bukit Sialang.
Dengan
kesaktian cincin tersebut, Sidawan Pakan berjumpa dengan roh neneknya yang
sudah lama meninggal. Roh Neneknya menceritakan asal usul ibunya. Tentan
peristiwa dimana ayah ibunya melarang menikah dengan Mamak Si Hetong. Untuk
itu, Sidawan Pakan bermaksud mengunjungi Negeri Camin Taruih. Mempertanyakan
alasan-alasan perlakuan Rajo Nan Hangek pada ibunya.
Namun
kejadian diluar sangakah. Rajo Nan Hangek marah dan tidak terima atas
kelancangan Sidawan Pakan. Maka terjadilah pertarungan yang tidak diinginkan
Sidawan Pakan. Karena kesaktiannya Sidawan Pakan dapat mengalahkan kakek dari
ibunya. Sehingga keduanya menjadi berdamai dan baik. Namun, Rajo Nan Hangek
akhirnya meninggal karena dimakan usia. Setelah itu, Sidawan Pakan pulang dan
menceritakan kejadian tersebut. Membuat semuanya menjadi sedih. Karena tidak
ada pewaris taktah Nagari Camin Taruih. Akhirnya Mamak Si Hetong diangkat masyarakat
menjadi raja. Karena dia suami Kasumbo Hampai putri Rajo Nan Hangek.
Mamak
Si Hetong ingat jasa baik Putih Ameh Manah.
Yang dahulu meminjamkan dia sebilah rencong Aceh yang sakti. Atas
nasihat Hakim Perdana. Si Rawan Pinang dinikahkan dengan Sutan Lembang Alam
putra Puti Ameh Mana. Sehingga bertambah erat hubungan kekeluargaan mereka.
Diadakanlah pesta besar-besaran pernikahan Si Rawan Pinang dengan Sutan Lembang Alam. Lembang Alam dalam acara pernikahan mengendarai burung garuda. Setelah itu, kehidupan Mamak Si hetong dan Adiknya penuh dengan kebahagiaan.
Oleh.
Tim Apero Fublic.
Editor.
Selita. S.Pd.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Palembang,
7 Agustus 2020.
Sumber: Edwar Djamaris. Terjemahan Kaba Mamak si Hetong. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.
Kaba
adalah salah satu jenis karya sastra prosa dalam kesastraan masyarakat Melayu
Minangkabau. Kaba sama halnya dengan jalan cerinta pantun, misalnya dalam
kesastraan Sunda.
Kaba juga sejenis prosa liris. Dari segi isinya kaba sama dengan jenis kesastraan Melayu pada umumnya, seperti cerita hikayat. Cerita hikayat adalah cerita yang berisi hasil hayalan atau fiksi.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment