Kaba: Sastra Klasik Melayu Minangkabau.
Salah
satu karya sastra klasik nusantara Indonesia yaitu, Kaba. Apabila dipersamakan
dengan kesastraan zaman sekarang, kaba sama dengan novelet atau novel pendek.
Tapi bersifat kisah fiksi atau sama dengan dongeng. Yang berfungsi sebagai
hiburan, nasihat, dan kreatifitas jiwa seni pengarang.
Kaba
jenis karya sastra klasik Melayu di kawasan Minangkabau. Kaba termasuk dalam jenis
karya sastra prosa masyarakat Melayu di Minangkabau. Kesastraan Kaba, hampir
sama dengan cerita sistem pantun dalam satra Melayu Sunda dalam pembahasanya.
Misalnya dalam penyampaiannya dengan bahasa yang berirama atau prosa liris.
Kesastraan
kaba juga dapat disamakan dengan Hikayat dalam kesastraan Melayu lainnya.
Dimana cerita yang berisi hayalan, hal-hal ajaib, dan rekaan semata. Satra kaba
adalah kesastraan masyarakat yang menonjol pada masyarakat Melayu Minangkabau.
Diantara
kaba yang terkenal yaitu, Kaba Cindua Mato, Kaba nan Tongga Magek Jabang, Kaba
Umbuik Mudo dengan Putri Galang Banyak, Kaba Malin Deman, Kaba Untuang Sudah,
Kaba Magek Manandin, Kaba si Ali Amat, dan Kaba Mamak si Hetong.
Kaba
biasanya disampaikan secara lisan, didendangkan atau dialagukan sesuai dengan
nada dan irama dalam kalimat. Kaba sudah sejak lama ditulis dengan aksara Arab
Melayu. Pada masa masuknya pengaruh Eropa kaba juga mulai ditulis dengan aksara
latin.
Bahasa
yang digunakan tentu bahasa Melayu Minangkabau. Dalam penulisan sastra kaba,
kalimat disusun berderet ke bawah. Kalimatnya pendek, padat, dan berirama.
Dalam bait-bait kalimat berirama yang menyambung-nyambung. Biasanya terdiri
dari delapan sampai duabelas baris. Tapi, aturan baris tidak mengikat. Itulah
mengapa kaba digolongkan pada prosa rilis.
Kesastraan kaba kemungkinan sudah ada jauh sebelum masa moderen. Karena banyak unsur Hindhu dalam setiap cerita kaba. Dengan demikian kaba sudah ada sejak masuknya pengaruh kebudayaan India di Indonesai pada abad ke 5 masehi. Dapat juga sebelum masa itu, kesastraan kaba sudah ada.
Mengingat sistem kesastraan pantun adalah kebudayaan asli Indonesia. Kaba masih terikat dengan sistematis pantun. Pantun, bentuk kesastraan pertama Bangsa Indonesia. Berikut ini, cuplikan dari kaba, kesastraan Melayu Minangkabau klasik.
KABA: MAMAK SI HETONG.
Tatkalo
mula-mulanya.
Alum
basuri Kurai Taji.
Alun
batiku Pariaman.
Alun
basintuang Lubuak Aluang.
Bumi
ka tarhantam turun.
Langik
ka tasintak naiak.
Laut
salaweh daun marunggi.
Dunia
salawe tapak kudo.
Buruang
batolan-tolanan.
Dagang
babondong-bondongan.
Ado sapakaro.
Duo
dalam Ulak Tanjuang Bungo.
Di
nagari Camin Taruih.
Di
itiak Muaro Itan.
Di
ranah Payuang Sakaki.
Di
anak nan kecil-kecil.
Di
lagundi nan linggayuran.
Di
karambia atua Tungku.
Di
pinang nan lamah-lamah.
Di
cubadak gadang tinggi.
Di
lakat kanji satampuak.
Kok
tinggi duo jo randah.
Kok
hino duo jo mulia.
Kok
elok duo jo buruak.
Kok
kayo duo jo sukar.
Sialah urang non kayo.
Iolah
Datuak Bendaharo........
Terjemahan
ke Bahasa Indonesia.
Tatkala
mula-mulanya.
Belum
bersuri Kurai Taji.
Belum
bertiku Pariaman.
Belum
basintuang Lubuak Aluang.
Bumi
akan terhantam turun.
Langit
akan tersentak naik.
Laut
seluas duan merunggi.
Dua
seluas tapak kuda.
Burung
bertolan-tolanan.
Dagang
berbondong-bondongan.
Ada suatu perkara.
Dua
dalam Ulak Tanjuang Bungo.
Di
Negeri Cermin Taruih.
Di
itiak Muara Itan.
Di
ranah Payuang Sakiki.
Di
anak yang kecil-kecil.
Di
Lagundi nan linggayuran.
Di
Kelapa atau tungku.
Di
pinang yang lemah-lemah.
Di
nangka besar tinggi.
Dilekat
kanji setampuk.
Kalau
tinggi dua dengan rendah.
Kalau
hina dua dengan mulia.
Kalau
elok dua dengan buruk.
Kalau
kaya dua dengan miskin.
Siapakah orang yang kaya.
Ialah
Datuk Bendaharo.............
Cuplikan cukup untuk menggambarkan bagaimana kesastraan klasik Melayu Minangkabau, kaba. Tentu tidak jauh berbeda dengan jenis-jenis kesastraan Melayu klasik nusantara lainnya. Mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang satu sejak zaman awal munculnya manusia di Asia Tenggara.
Tidak heran kalau memiliki kesastraan yang sama juga. Buku dokumentasi kesastraan Kaba Mamak si Hetong diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta pada tahun 1990. Apabila ingin mengetahui lebih lanjut dapat mencari buku di perpustakaan-perpustakaan milik pemerintah.
Oleh.
Tim Apero Fublic.
Editor.
Desti. S.Sos.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Palembang.
6 Agustus 2020.
Sumber:
Edwar Djamaris. Terjemahan Kaba Mamak si Hetong. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.
Sy. Apero Fublic.
Post a Comment