Sastra Klasik Jawa Islam: Naskah Suluk Sujinah.
Kedua,
nyanyian atau sejenis tembang yang dilakukan oleh dalang untuk menggambarkan
situasi dan kondisi disuatu tempat, atau emosi seperti menggambarkan perasaan
sedih, gembira, tenang, marah, dan terkejut dari tokoh wayang (kulit) yang
dilakonkannya. Dalam pembahasan ini, pengertian suluk yang pertama. Yaitu,
berupa naskah puisi atau tembang yang berisi tentang ajaran Islam.
Suluk
juga dapat diartikan “tali pengikat” karena karya-karya yang berupa puisi dan
yang berisi ajaran tasawuf itu dipakai sebagai petunjuk atau tali pengikat
antara mahluk dengan sekelilingnya, atau petunjuk seseorang untuk sampai pada
makrifat Tuhan (Abdul Haq, 1960). Dalam memahami suluk yang berupa puisi harus
diterjemahkan oleh orang yang mengerti bahasa dan kebudayaan Jawa. Sehingga
makna dan nilai-nilai terkandung di dalam suluk menjadi jelas.
Naskah Suluk Sujinah merupakan koleksi Perpustakaan Fakultas Sastra, Universitas Indonesia yang bertulis aksara Jawa dan berbahasa Jawa. Berjumlah 187 halaman dan terdiri dari 24 pupuh.
Pupuh adalah judul sub bab dalam naskah. Dalam kesastraan
Jawa-Bali klasik pupuh menjadi sub bab pembagi jalan isi naskah. Baik itu
naskah berupa hikayat, dongeng, naskah, pupuh menjadi pembentuknya.
Pupuh sub bab yang monoton dimana setiap naskah memakai nama pupu yang sama walai cerita dan isi berbeda dari naska yang berbeda pula. Contoh pupuh: Sinom, Dhandanggula, Asmaradana, Durma, Mijil, Maskumambang, Kinanti, Girisa, dan lainnya.
Bahkan penelitian di Bali menemukan sekitar 200-an nama-nama pupuh. Pemakaian nama pupuh juga selalu berulang-ulang dalam satu naskah. Berikut ini cuplikan dari Naskah Suluk Sujinah, pada pupuh Asmaradana.
Kaca
1
Branta
Kingking: Asmaradana
1.Wonten
carita winarni.
Prawestri
bekti mring priya.
Rabine
pandhita kaot.
Kalungkung
denya utama.
Aran
dewi Sujinah.
Iku
priyoga tiniru.
Pawestri
bekti mring priya.
2.Mulane
estri alaki.
Amrih
kacangking ing priya.
Aja
muhung dunya bae.
Nek
teka dunya akheret.
Tan
arsa malecaa.
Mulane
geguru kakung.
Amrih
sampurnaning krama.
Terjemahan
ke dalam bahasa Indonesia.
Branta
Kingking: Asmaradana 1.
1.Ada
suatu cerita mengenai,
Seorang
perempuan yang berbakti kepada suami.
Istri
dari seorang pendeta.
Yang
melebihi kebanyakan orang dan sangat utama.
Perempuan
tersebut bernama Dewi Sujinah.
Ia
patut untuk diteladani.
Sebagai
seorang istri.
Yang
berbakti kepada suami.
2.Oleh
karena itu menjadi seorang istri.
Supaya
dapat mengimbangi kedudukan suami.
Jangan
hanya memikirkan masalah duniawi saja.
Tetapi
juga masalah akhirat.
Agar
tidak terpelecok.
Jadi
bergurulah pada suami.
Supaya
sempurna dalam berumah tangga.
Buku transliterasi Naskah Suluk Sujinah diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, pada tahun anggaran 1992/1993. Apa bila Anda tertarik ingin lebih tahu mendalam. Dapat mencari buku pada perpustakaan-perpustakaan tingkat provinsi di daerah Anda. Atau mengunjungi Perpustakaan Pusat Jakarta.
Oleh.
Tim Apero Fublic.
Editor.
Selita. S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang.
9 Agustus 2020.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment