KABA: Rantak Si Gadih Ranti.
Kehidupan
keluarga mereka bahagia aman dan tentram. Namun, ada satu hal yang membuat
mereka resah. Yaitu, belum dikaruniai oleh yang maha kuasa seorang anak. Suatu
hari istrinya menangis bersedih di pangkuan Maharajo.
“Kakanda,
ada baiknya kita memanggil seorang dukun. Agar mengetahui siapa diantara kita
yang mandul. Apabila aku yang mandul; Aku bersedia diasingkan di tepi hutan dan
tinggal di dalam pondok sederhana. Tapi jangan aku diceraikan. Sedangkan kakanda
boleh menikah dengan wanita lain yang Kakanda sukai. Kata Balego Cayo.
Mendengar
itu, Tuanku Maharajo tertawa ringan mendengar perkataan istrinya. Dia tidak
sampai hati berbuat demikian. Dia juga tidak pernah berpikir akan menikah lagi
walau istrinya mandul. Sebab, istrinya sudah menjadi yatim piatu dan juga masih
saudara sepupunya. Tidak mungkin dia berbuat menyakiti hati istrinya tercinta.
Maharajo berniat bertapa untuk berdoa pada Allah agar dikaruniahi seorang anak.
“Adinda,
kakanda berencana bertapa untuk mendekatkan diri pada Allah. Agar kita
dikaruniahi seorang anak.” Kata Tuanku Maharajo.
“Kalau
demikian kehendak kakanda. Aku sebagai istri akan mendukung dan mendoakan agar
kakanda berhasil dalam pertapaan.” Kata Balego Cayo. Keingin bertapa itu disampaikan
pada orang tua Maharajo, Tuanku Sutan Maharajo. Bermacama-macam nasihat
diberikan pada Tuanku Maharajo. “Anakku, hal yang jangan pernah kau lakukan
adalah mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat syirik lagi menyesatkan.” Kata
Tuanku Sutan Maharajo.
Di
hari yang ditentukan berangkatlah Tuanku Maharajo ke Bukit Kepanasan di lereng
Bukit Campak. Disertai seorang Pendekar yang akan mengajarkan ilmu silat. Juga
seorang yang alim yang akan menuntun beribadah. Pendekar itu juga yang akan
mengurus tempat dan makan mereka. Sehingga Tuanku Maharajo dapat beribadah
dengan baik. Kegiatan diatur dengan baik, sehingga tidak ada waktu yang
terbuang.
Setelah
tiga bulan kemudian tinggal di hutan itu. Tampak ada tanda-tanda kehamilan pada
Puti Balego Cayo. Dia ingin memberitahu suaminya Tuanku Maharajo. Tapi dia
khawatir karena belum pasti. Tentu akan mengecewakan suaminya kalau salah,
ternyata dia belum hamil. Karena tanda-tanda orang hamil biasanya tidak dia
rasakan, seperti perubahan nafsu makan.
Akhirnya
dia pergi menemui suaminya, memberi tahu kalau dia hamil. Tuanku Maharajo ingin
memberitahu kedua orang tuanya hal itu. Puti Balego Cayo diminta menunggu saja
di tempat bertapanya dihutan, Bukit Kepanasan.
Maka
datanglah orang tua Maharajo. Waktu berlalu cepat, sekarang usia kandungan
Balego Cayo sudah tujuh bulan. Di istana kedua orang tuanya, datuk, dan para
mantri telah menanti kepulangan mereka.
Dua
bulan berikutnya Balego Cayo melahirkan seorang anak perempuan yang cantik. Di
pukullah beduk untuk memberitahu rakyat banyak. Banyak rakayat datang ikut
bergembira, serta membawa makanan dengan ikhlas tanpa diminta oleh Tuanku
Maharajo. Selama empat puluh hari rakyat datang terus bergantian untuk menjaga
dan bergembira atas lahirnya Tuan Putri mereka, bernama Putih Gadih Ranti.
Pada
hari keempat puluh diadakan acara Turun Mandi dan cukur rambut. Istana dihiasi
dengan bermacam-macam hiasan dan buanga-bunga. Acara Turun Mandi dimana anak
dibawa ke sungai untuk dimandikan.
Sepanjang
jalan diarak dan diiringi musik rebana dan qasidah. Setelah kembali ke istana,
selanjutnya diberikan pada kakek dan neneknya yang memberi hadiah. Begitu juga
tamu-tamu yang datang juga memberi hadiah.
Puti
Gadih Ranti tumbuh dengan baik dan sehat. Dua tahun kemudian lahir lagi seorang
putra laki-laki. Membuat keluarga raja bertambah bahagia. Kemudian setiap dua tahun
lahir lagi anak laki-laki.
Anak
bungsu yang ke tujuh diberi nama Puti Bungsu. Puti Gadih Ranti memiliki sifat
seperti anak laki-laki. Dia juga suka berteman dan bermain bersama anak-anak
laki-laki. Umur sembilan tahun Gadih Ranti sudah pandai ilmu silat, memainkan
pedang dan lainnya.
Di
usia sepuluh tahun Gadih Ranti tidak lagi suka bermain. Sekarang dia suka
membantu keluarga bekerja, seperti mengambil kayu bakar, membatu kerja di sawah,
di ladang. Melihat semua itu, rakyat menjadi sangat menyayangi Putri Puti Gadih
Ranti. Usia sepuluh tahun dia dipingit di atas anjung perak. Dia diajarkan
keahlian wanita, seperti menenun, menyulam, menerawang, dan lainnya.
Sekarang
Gadih Ranti bertambah dewasa. Dia tidak boleh lagi bermain di luar. Hanya
sekali seminggu untuk mandi ke tepian mandi. Saat dia keluar itulah, banyak
anak muda yang melihat Puti Gadih Ranti. Sehingga banyak yang tergila-gila
dengan kecantikan Puti Gadih Ranti. Usia remaja dia tidak boleh keluar sama
sekali. Maka akan diadakan acara Memancang Gelanggang untuk mencari jodoh Putih
Gadih Ranti.
Karena
Puti Gadih Ranti putri kesayangan rakyat, maka tempat menerima tamu diperluas.
Makanan juga dibuat banyak. Acara Memancang Gelanggang diawali dengan mengarak
Gadih Ranti ketepian dan dimandikan. Kemudian dia didandani dan duduk di
anjungan peranginan untuk menyaksikan pertandingan yang dilakukan peserta yang
ingin menikahinya.
Acara
dipimpin oleh Raja Janang dari Bonjol. Hari pertama berjalan lancar, diahari
kedua terjadi keributan entah apa yang terjadi. Puti Gadih Ranti pun turun ke
tengah gelanggang untuk mengetahui yang terjadi. Maka dari itu, Gadih Ranti
berkata lantang di tengah gelanggang. Gelanggang dibuka untuk mencari jodohnya.
Oleh
karena itu dia menantang langsung semua peserta. Barang siapa yang dapat
mengalahkannya, maka dia berhak menjadi suaminya. Bagi Puti Gadih Ranti dalam
mencari seorang pendamping hidup. Tidak perlu yang tampan dan kaya. Yang
penting dapat membimbing kejalan yang diridhoi Allah, serta baik
memperlakukannya.
*****Beberapa
hari kemudian belum satupun yang dapat menarik hati Gadih Ranti. Dia akhirnya
kembali turun langsung ke gelanggang. Sang ayah tidak khawatir dengan turun
langsungnya Puti Gadih Ranti. Pertandingan pertama Gadih Ranti berhadapan
dengan Sutan Pandakian anak Raja Kulai anak Raja Kulai.
Pertarungan
kedua melawan Sutan Kenaikan anak Raja Janang yang sangat berkeinginan
memperistri Gadih Ranti. Namun keduanya kalah dan kemudian berlanjut sampai
pertandingan ke sepuluh. Menjelang soreh pertandingan pencarian jodoh Gadih
Ranti dihentikan, dilanjutkan besok pagi.
Gadih
Ranti melompat keatas panggung pertandingan. Tepuk tangan meriah menyambutnya.
Adiknya Sutan Pamenan bersyukur sang kakak menang melawan Sutan Kenaikan yang
sombong. Gelanggang pertandingan terus bertambah ramai. Banyak sekali yang
ingin menyaksikan Putri Cantik yang pandai bermain silat.
Bertarung
melawan sutan-sutan yang ingin memperistrinya. Gadih Ranti hanya kalah oleh
Sutan Malin Putih anak dari gurunya sendiri. Tapi Sutan Malin Putih tidak mau
meneruskan pertandingan karena merasa tidak sebanding dengan Gadih Ranti sebab
dia bukan berasal dari keluarga raja.
Sudah
empat hari pertandingan dan tidak ada lagi yang mendaftar untuk bertanding.
Gadih Ranti berkeliling dan tidak menemukan lagi yang mau bertarung. Akhirnya
sayembara pencarian jodoh diakhiri. Di dalam gelanggang ada seorang pemuda
bernama Sutan Malano dari Palupuh. Dia hadir setiap hari tapi tidak ikut
bertanding.
Saat
ditanya Raja Janang mengapa tidak ikut bertanding. Alasannya karena dia berasal
dari kerajaan kecil yang miskin. Akan sangat menyedihkan kalau dia kalah.
Karena dia menyukai Gadih Ranti, meminta ayahnya melamarnya, tapi ayahnya
keberatan. Hal itu diceritakan Raja Janang pada Gadih Ranti. Sehingga Gadih
Ranti merasa tertarik dengan pemuda itu.
Satu
bulan kemudian Gadih Ranti kembali dipingit dianjuangan perak. Dia keluar hanya
sekali seminggu untuk mandi ketepian. Dia kembali benci dengan kehidupan
seperti itu. Suatu hari, Gadih Ranti bersama tiga sahabatnya dan tiga dayangnya
pergi dari istana. Masing-masing membawa buntalan pakaian dan berangkat waktu
subuh. Gadih Ranti memiliki harimau peliharaan yang dia rawat sejak kecil,
bernama Dubalang Kecil. Harimau inilah yang menjaga kutujuhnya.
Keesokan
harinya sesudah sembahyang zuhur barulah Tuanku Marajo tahu bahwa Gadih Ranti
sudah pergi dari istana. Tuanku Maharajo memerintahkan beberapa orang untuk
mencari Gadih Ranti. Tetapi, jangankan bertemu jejaknya pun tidak di jumpai
karena dihapus oleh harimau peliharaan Gadih Ranti, Dubalang Kecil. Mereka ada
yang menyamar menjadi laki-laki, ada juga yang berpakaian seperti seorang
putri. Di setiap tempat yang mereka lalui, selalu berganti pakaian. Sehingga
jejak benar-benar tidak terlacak.
Tuanku
Maharajo memanggil Tuanku Lubuak Landua guru Gadih Ranti untuk bermusyawara.
Dia juga menyesal karena terlalu banyak ilmu yang diturunkan pada Puti Gadih
Ranti. Dia bersedia ikut mencari Gadih Ranti, serta membujuk untuk pulang. Satu
bulan berlalu, Gadih Ranti meninggalkan istana. Tidak satu pun bertemu dengan
orang yang dia kenal. Seandainya bertemu dia juga menghindar.
Setelah
tiba di Kurai Mandiangin dia mulai berpikir. Hendak kemana kiranya perjalanan
mereka. Gadih Ranti meminta kepada enam temannya untuk pulang. Sedangkan dia
tidak akan pulang. Gadih ranti takut kedua orang tuanya marah. Dia sebagai anak
raja tentu tidak boleh berbuat semaunya. Tapi semua temannya tidak mau pulang. Karena
mereka ikut pergi karena atas kemauan sendiri. Maka mereka tidak akan berpisah
walau apapun terjadi.
Mendengar
pernyataan teman demikian, maka Gadih Ranti akhirnya mau pulang. Dia tidak tega
membawa sahabatnya dalam kesulitan perjalanan terus menerus. Tapi sebelum
pulang dia ingin singgah di Palupua. Ingin melihat Lubuk Sakti yang banyak
berisi ikan. Tapi ikan tidak boleh ditangkap karena berbahaya bisa membunuh
penangkapnya. Mereka sepakat dan pergi menuju Palupua dipagi hari.
Mereka
tiba, lalu menuju sebuah gubuk di tepi hutan untuk bermalam. Saat mereka tiba
di gubuk, ada tiga anak muda melihat mereka. Salah seorang pemuda tampak
menyukai Gadih Ranti, berwajah tampan dan berperawakan tinggi kuat. Mereka
merasa lapar dan memasak makanan. Kemudian ada ketukan di pintu gubuk. Saat
masuk orang itu bertanya.
“Kalau
boleh tahu, apa maksud dan tujuan kalian datang ke Palupua?.”
“Kami
sekelompok orang dusun yang pulang dari Ladang dan kami rupanya tersesat. Besok
kami akan pergi kembali pulang.” Jawab Gadih Ranti.
Ternyata
laki-laki itu adalah Sutan Maulano. Sekarang dia tahu keberadaan Gadih Ranti.
Maka dia meminta ayah dan ibunya membujuk Gadih Ranti. Sebab Gadih Ranti tahu
kalau dia berada di istana Palupua tentu orang tuanya akan tahu. Maka Gadih
Ranti berkata dia lebih baik mengakhiri hidupnya di Lubuk Sakti.
Karena
dia juga pasti dihukum oleh ibu dan ayahnya. Ibu Sutan Maulano berkata, tidak
mungkin orang tua mau mencelakai anaknya, hanya karena urusan kecil. Atas saran
teman tertuanya, Gadih Ranti akhirnya mau ikut ke istana Palupuah.
Puti
Andam Sari ibu Sutan Maulano berniat mengambil Gadih Ranti menjadi anak dan
menantunya. Sebagai ganti anak perempuannya yang mati bunuh diri karena tidak
direstui menikah dengan pemuda pilihannya.
Tentu
Gadih Ranti akan menolak kalau itu hanya keinginan Puti Andam Sari saja,
sedangkan Sutan Maulano tidak berniat. Tapi sesungguhnya Sutan Maulano juga
menyukai Puti Gadih Ranti. Sejak Gadih Ranti menghilang dia juga pergi mencari
Gadih Ranti.
*****Tuanku
Batang Palupuah ayah Sutan Maulano ditemani beberapa orang mentri dan seorang
penghulu pergi ke Nagari Koto Tuo menemui Tuanku Maharajo. Mereka ingin
meninjau sikap Maharajo bagaimana kalau anaknya, Puti Gadih Ranti pulang.
Tuanku
Maharajo merasa gembira ketika anaknya dipinang orang. Tapi dia merasa sedih
dan menceritakan keadaan anaknya yang sudah menjadi gadis liar bersama enam
temannya. Dia juga tidak tahu masih hidup atau sudah mati.
Kalau
anaknya pulang Tuanku Maharajo akan menghukum berat. Seandainya rakyatnya
meminta di hukum mati. Maka dia akan menghukum mati, Puti gadih Ranti. Tapi
kesalahan itu juga datang dari dirinya, sebab terlalu banyak memberikan ilmu
pada Gadih Ranti yang masih sangat muda. Dia juga ingat betapa sulitnya
mendapatkan anak Gadih Ranti, sampai bertapa di Bukit Kepanasan.
Maka
diberitahu kalau Gadih Ranti berada di isntana Negeri Palupuah. Mendengar itu,
bahagialah Tuanku Maharajo dan pinangan pun diterima. Beberapa hari kemudian
ayah dan Ibu Gadih Ranti dan para datuk pergi ke Negeri Palupuah untuk
membicarakan tentang pernikahan Puti Gadih Ranti dengan Sutan Maulano.
Di
istana Palupuah juga bersiap, menyambut secara adat kedatangan rombongan dari
Nagari Koto Tuo. Begitu mengharukan pertemuan anak dan kedua orang tuanya.
Mereka mengira kalau Gadih Ranti kurus kering karena kurang makan dan kurang
tidur.
Tapi
justru sebaliknya dia bertambah cantik. Puti Balego Cayo berterima kasih pada
ibu Sutan Maulano yang telah membantu dan menyelamatkan anak mereka. Musyawara
keluarga selesai dan Gadih Ranti, sahabatnya pulang ke Nagari Koto Tua.
Beberapa
bulan kemudian dilangsungkan akad nikah Sutan Maulano dengan Puti Gadih Ranti
di Nagari Koto Tuo. Pernikahan begitu meria, yang menyelenggarakan bermacam
pertunjukan. Diantaranya acara khataman Al-Quran. Disinilah Sutan Maulano
diketahui kemampuannya.
Sutan
Maulano ternyata begitu fasih dan bersuara merdu saat membaca Al-Quran. Pandai
juga dia dengan terjemahan Al-Quran sehingga dia begitu menguasai ilmu
Al-Quran. Gadih Ranti semakain terpikat dengan Sutan Maulano. Sebab dia ingin
mencari suami yang dapat menuntunnya dunia dan akhirat.
Setelah
menikah Sutan Maulano tinggal di Koto Baru dirumah neneknya. Selalu membantu
pekerjaan di rumah orang tua mereka. Baik di Nagari Koto Tuo dan di Nagari
Palupuah. Sutan Maulano memiliki usaha perdagangan yang berhasil. Dia pun
bermaksud mendirikan istana baru di negeri yang belum berpenghuni. Mereka hidup
rukun dan bahagia, lalu dikaruniahi anak bernama Sutan Makrifat.
Tuanku
Maharajo bertamah terus usianya. Dia bertambah lemah dan sering sakit-sakitan.
Maka ingin menyerahkan tahtanya pada Puti Gadih Ranti. Sebab adiknya Sutan
Pamenan belum cukup umur.
Gadih
Ranti menolak, tapi karena dukungan dan desakan rakyat kahirnya dia terpaksa
menggantikan ayahnya dengan gelar, Tuantu Puti Sari Mudo. Tujuh tahun kemudian
adiknya Suan Pamenan sudah cukup umur. Maka dia menyerahkan tahta itu pada
adiknya dengan gelar, Tuantu Maharajo Bungsu.
Sutan Maulano menggantikan kedudukan ayahnya, Taunku Batang Palupuah di Nagari Palupuah. Sewaktu kepemimpinan Nagari Koto Tua diserahkan pada adiknya. Gadih Ranti dan suaminya Sutan Maulano tinggal di istana, Nagari Palupuah bersama kedua anaknya, Sutan Makrifat dan Putri Cahayo Pagi.
Oleh:
Selasih.
Rewrite.
Tim Apero Fublic
Editor.
Desti. S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
30 Agustus 2020.
Sumber:
Selasih. Rantak Si Gadih Ranti. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1986.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment