Mengenal Koperasi Tertua di Indonesia
Perpindahan
Sultan ke Pulau Penyengat disambut baik oleh Belanda. Karena posisi di
kepulauan akan menjauhkan Sultan dari rakyat. Residen Belanda juga dapat
mengontrol dengan baik aktivitas Sultan Riau.
Di Pulau Penyengat Sultan membangun istana kesultanan yang megah dengan arsitektur bercorak Eropa. Sehingga semakin mantap kedudukan Sultan di Pulau Penyengat.
Untuk memajukan perekonomian dan usaha rakyat. Pada tahun 1906 didirikan badan
usaha bernama, Asy-syarkah al-Ahmadiyah di Midai, Pulau Tujuh. Sekarang masuk administratif
Kabupaten Natuna.
Pendiri
badan usaha bersama rakyat atau koperasi ini, adalah Raja Haji Ahmad bin Raja
Umar (Endut). Beliau masih anak Raja Ali Haji Pahlawan Nasional Indonesia.
Persatuan ekonomi masyarakat ini bergerak pada bidang usaha kopra (kelapa
kering).
Para
petani kopra dikumpulkan dan dibina serta bekerjasama. Masyarakat petani kopra
dibina layaknya anggota koperasi seperti sekarang. Koperasi ini bekerja sama
dengan Raja Ali Kelana. Kemudian mereka membeli sebuah kapal besar yang diberi
nama, Karang.
Kopra
yang terkumpul di Midai kemudian di pasarkan ke Singapura. Sehingga usaha
sangat membantu usaha masyakarat pengumpul kopra. Terhindar dari monopoli asing
dan mendidik masyarakat berekonomi yang maju.
Pada
awal kemerdekaan, ketika Bapak Koperasi Indonesia H. Mohammad Hatta yang waktu
itu masih menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, berkunjung ke
Midai. Beliau menyatakan kalau Badan Usaha Asy-syarkah al-Ahmadiyah adalah
Koperasi tertua di Indonesia.
Oleh.
Eftaro, S.Hum
Editor.
Desti, S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang, 24 September 2020.
Sy. Apero Fublic.
Post a Comment