Budaya Daerah
1.Milir
Seba
2.Paseban
3.Simbur
Cahaya
4.Pencalang
Lima
5.
Depati
Pesirah adalah raja
kecil sama halnya seperti depati pada masa sebelum kesultanan Palembang
Darussalam menyebarkan pengaruhnya di pedalaman.
Dalam
pertempuran senjata pibang digunakan bersamaan. Pibang Kidau dipegang tangan
kiri (kidau), pibang kanan dipegang tangan kanan. Ada juga yang menamakannya
dengan Pibang Lanang (pibang lanang) dan Pibang Batine (pibang kidau).
KEBUDAYAAN: Pengertian Istilah Klasik dari Sumatera Selatan
Apero Fublic.- Berikut ini Apero Fublic akan memberikan sedikit cuplikan tentang pengertian
istilah-istilah lama pada masyarakat Melayu Sumatera Selatan. Istilah ini
menyangkut bahasa lama semasa Kedatuan atau Kerajaan Sriwijaya, atau semasa
Kesultanan Palembang Darussalam. Istilah ini sangat kental dengan Bahasa Sanskerta
dan Bahasa Melayu. Juga erat dengan bahasa lain di Nusantara.
1.Milir
Seba
Milir
artinya menghilir (menuju hilir) atau kehilir. Seba artinya menghadap raja atau
datang menghadap pada seorang raja. Raja dalam pengertian ini adalah
Sultan/Raja yang berada di Palembang. Posisi Palembang memang di hilir dalam
jalur transportasi masa lalu.
Milir seba bermakna menuju ke hilir menghadap raja atau sultan di Palembang. Selain itu, kata ilir juga sama dengan ilo. Lawan kata ilir (ilo) adalah ulu. Ulu juga sering disebut uluan atau daerah ulu.
2.Paseban
Paseban
dahulu balai atau tempat menghadap raja atau sultan. Sekarang kata paseban
sudah berganti makna. Paseban dalam artian sekarang adalah tempat duduk lebar
yang biasanya terletak di serambi atau di pojok rumah.
3.Simbur
Cahaya
Simbur
bermakna menyiramkan air pada sesuatu dimana air memancar dengan cepat dan
membasahi. Simbur Cahaya adalah nama Undang-Undang adat semasa Kesultanan
Palembang. Dari UU tersebut memberikan cahaya kehidupan sehingga masyarakat
menjadi damai dan tentram.
Untuk tradisi Mandi Simburan adalah adat-istiadat Palembang dalam proses pernikahan. Dimana pengantin laki-laki dan pengantin perempuan disiram dengan air atau mereka menyiramkan air pada keduanya secara bergantian.
4.Pencalang
Lima
Pencalang
atau pancalang berarti perahu kecil yang terbuat dari kayu atau papan.
Pancalang Lima adalah suatu lembaga pemerintahan di Palembang semasa kesultanan
yang terdiri dari lima pembesar tinggi kerajaan atau kesultanan. Kelima pembesar
tersebut, yaitu Susuhunan atau Sultan, adipati, patih, penghulu dan jaksa. Kelima
dari pososi tersebut dinamakan Pancalang Lima.
5.
Depati
Depati
pada masa dahulu, semasa Kedatuan atau Kerajaan Sriwijaya atau sebelum adanya
Kerajaan Sriwijaya adalah gelar pemimpin masyarakat atau raja kecil yang
merdeka di Pedalaman pulau Sumatera meliputi; Sumatera Selatan, Bengkulu,
Jambi, Lampung dan Bangka Belitung. Depati semasa Kesultanan menyatukan wilayah
dengan Kesultanan Palembang. Depati tidak diwajibkan membayar pajak atau upeti.
6.Datu
Pemimpin
sekelompok masyarakat pada pemukiman kecil, seperti Talang, Dusun, Rompok.
Posisi datu dibawah Depati. Datu dizaman sekarang sama seperti Kepala Desa atau
Lurah.
Datu dibeberapa tempat di Nusantara beragam arti. Di daerah masyarakat Batak Datu adalah gelar seorang dukun. Kata datu juga berkembang menjadi kata Datuk.
7.
Puyang
Gelar
kehormatan untuk seseorang yang dihormati atau dituakan. Puyang kadang
diberikan pada orang yang dianggap memiliki kekuatan supranatural (dukun).
Gelar Puyang dapat diberikan pada seorang laki-laki atau seorang perempuan.
Puyang dapat diberikan pada semua orang asal memenuhi syarat.
Gelar puyang diberikan pada semua tingkatan sosial, bangsawan atau rakyat biasa. Puyang sama halnya dengan gelar Datuk, Daeng, Teuku, Susuhunan dan lainnya.
8.Pedatuan
Pedatuan
adalah nama suatu kawasan yang cukup luas. Kemudian dihuni oleh orang yang
masih satu kepuyangan atau memiliki hubungan geneologis. Pedatuan dipimpin oleh
Depati yang kadang bergelar puyang. Pedatuan terdiri dari kesatuan puluhan
talang atau dusun. Pada masa kesultanan, Pedatuan berkembang menjadi Marga.
9.Marga.
Kata
marga berasal kosa kata dalam Bahasa Sanskerta. Menurut G.A. Wilken kata marga
diambil dari kata varga. Varga bermakna melahirkan atau memunculkan. Marga
adalah wilayah dari suatu kelompok masyarakat yang merasa satu keturunan atau
dengan istilah satu kepuyangan.
10.
Kedatuan
Kedatuan
berarti kesatuan dari pedatuan dan datu-datu. Kedatuan sama halnya dengan suatu
kawasan luas kemudian bersatu menjadi sebuah pemerintahan. Kedatuan sama saja
dengan Kerajaan, Kesultanan, dan Kekaisaran.
11.
Antar Julat
Antar
julat adalah sistem antar sesuatu dengan cara berkesinambungan. Dimana saat
mengantar pada ukuran jarak tertentu sudah ada orang yang akan mengantar atau
meneruskan mengantar hal tersebut.
12.
Kriya atau Kriyo
Kria
atau kriyo sama dengan Kepala Desa atau Lurah dizaman sekarang.
13.
Miji
Miji
adalah seorang laki-laki yang wajib kerja dan melayani Sultan atau bangsawan.
14.
Priyai
Priyai
adalah orang-orang yang dianggap masih memiliki pertalian darah atau tersambung
kekeluargaan dengan Sultan. (pengertian Palembang).
15.
Ratib
Ratib
adalah semacam zikir yang secara berulang-ulang mengucapkan; La ilaa ha ilallah
(Tiada tuahn selain Allah).
16.
Penggawa
Penggawa
adalah pembantu Kriya atau Pesirah.
17.
Susuhunan
Susuhunan
adalah gelar kebangsawanan atau raja yang berkuasa dibidang pemerintahan dan
keagamaan. Raja atau Sultan yang pertama memakai gelar susuhunan adalah
Pangeran Senapati pendiri Kesultanan Mataram.
18.
Pesirah
Pesirah
adalah gelar pemimpin Marga. Pesirah mengganti posisi Depati. Tapi kadang
depati menjadi gelar seorang Pesirah. Pada masa Kesultanan Palembang
kepemimpinan pesirah bersifat monarki atau turun temurun.
Pesirah adalah raja
kecil sama halnya seperti depati pada masa sebelum kesultanan Palembang
Darussalam menyebarkan pengaruhnya di pedalaman.
19.
Pibang
Pibang
adalah nama senjata tradisional masyarakat Marga Sungai Keruh. Pibang terdiri
satu pasang, yaitu pibang kanan dan pibang kidau. Pibang kanan berupa pedang
pendek dan pibang kidau berbentuk sebuah pisau.
Dalam
pertempuran senjata pibang digunakan bersamaan. Pibang Kidau dipegang tangan
kiri (kidau), pibang kanan dipegang tangan kanan. Ada juga yang menamakannya
dengan Pibang Lanang (pibang lanang) dan Pibang Batine (pibang kidau).
20.
Rumah Basepat
Rumah
Basepat adalah istilah penyebutan untuk rumah tradisional yang lantainya naik
turun. Rumah tradisonal ini tersebar di Sumatera Selatan terutama di Musi
Banyuasin.
21.
Rumah Malamban
Rumah
Malamban nama rumah generasi kedua setelah rumah basepat. Rumah ini lantainya
tidak berbentuk naik turun. Tapi berbentuk mendatar sehingga seperti bentuk
jembatan (lamban).
Oleh.
Muhammad Hasyim bin Mahmud
Editor.
Selita, S.Pd.
Tatafoto.
Dadang Saputra
Palembang,
14 Oktober 2020.
Sy.
Apero Fublic.
Sy.
Apero Fublic.
Via
Budaya Daerah
Post a Comment