Lontarak Tellumpoccoe: Sejarah Asal-Usul Kesultanan Bone
Istilah
pengertian kata to berarti orang. Kata ma adalah menunjuk kata
kerja. Kata to-ma-nurung berarti orang yang turun dari kayangan atau
langit. Banyak ahli sejarah berpendapat to manurung adalah penakluk-penakluk
dari daerah lain. Ada juga yang berpendapat kalau to manurung adalah cerita
karangan untuk menyatukan masyarakat Bone atau sebagai pengangkat kedudukan
keluarga raja.
Menurut
silsilah Raja-Raja Bone tercatat ada 34 orang raja Bone dan dua Jenang. Sedangkan
menurut Lontarak Tellumpoccoe raja Bone hanya tercatat 15 raja dan dua Jenang.
Raja pertama Bone bernama Manurunge ri Matajang menikah dengan Manurunge ri
Toro.
Dari
pernikahan tersebutlah menurunkan raja-raja Bone. Manurunge ri Matajang
digelari rakyat Bone, Mangkauk e ri Bone. Sebutan masyarakat Bone untuk
raja pertama mereka Mata Silompok e. Dari pernikahan tersebut lahir
putra-putri raja-raja Bone. Yaitu, La Ummassa, Pattanra Wanua dan tiga orang
lagi.
Arung
Mata Silompok e atau Mangkauk e ri Bone terkenal dengan jasa masa
pemerintahannya. Pertama, menetapkan aturan berkenaan dengan pemilikan harta
benda bagi segenap individu dalam suatu kelompok keluarga yang mengalami perceraian. Kedua,
menciptakan berbagai peraturan, peradilan serta hukum, hal mana kemudian
ditaati secara turun-temurun oleh rakyat setempat. Ketiga, menciptakan bendera
kerajaan yang disebut Woromporongnge.
Manurunge
ri Matajang memimpin Bone selama empat pariama atau 32 tahun. Manurunge
ri Matajang mangkat atau wafat secara gaib. Yaitu, gaib bersama datangnya
sambaran kilat dan petir. Sebelum mangkat beliau menobatkan putranya La Ummassa
menjadi Raja Bone dengan disaksikan oleh seluruh rakyat Bone. Semasa
kepemimpinan La Ummassa dilakukan perluasan wilayah. Seperti penaklukkan
kerajaan kecil diantaranya, Beru, Cellu, Malou, dan Majang.
Berikutnya
raja Bone dilanjutkan oleh keturunan dan keluarga kerajaan. Pemimpin tidak
dimonopoli pihak laki-laki saja. Tapi membolehkan tahtah diwariskan pada anak
perempuan. Dalam tradisi kerajaan Bone tidak ada perebutan kekuasaan. Apabila raja
sudah dilantik maka rakyat akan patuh. Setelah La Ummassa raja ketiga bernama
La Saliwu Kerampeluwak, dilantik menjadi raja Bone saat masih bayu, yaitu baru
berumur satu hari.
Kemudian
We Benrigau Makkaleppie (wanita), La Tenrisukki, La Wulio Botek e, La Tenrirawe
Bongkae, La Iccak, La Pattawe, We Tenrituppu, La Tenriruwa Sultan Adam Matinroe
ri Bantaeng, La Tenripale Toakkeppeang, Tosenrima Matinroe ri Siang.
Semasa
Kesultanan Gowa menguasai Bone, menempatkan perwakilan pemerintahan karena Bone
selalu memberontak. Perwakilan bergelar Jennang. Jennang pertama bernama Jennang
Toballa. Jennang Toballa kemudian berbalik melawan Kesultanan Gowa. Dalam
perang Jennang Toballa kemudian tewas. Setelah itu, Jennang Toballa diganti
oleh Jennang Arung Amali.
Situasi
kembali berubah dimana Kesultanan Gowa runtuh oleh serangan Arung Palakka dan
gabungan pasukan VOC Belanda. Bone kemudian dipimpin oleh Arung Palakka dengan
gelar, “La Tenritata To Unru Arung Palakka Sultan Sa’aduddin To Risompae
Matinroe Ri Bontoala.
Pada masa sebelumnya Perjanjian Persaudaraan telah disepakati antara tiga kerajaan. Yaitu, Kerajaan Wajo, Bone dan Soppeng. Perjanjian persaudaraan tersebut dinamakan “Mallamumpatu e ri Timurung,” yang berarti Penanaman Batu di Timurung. Terjadinya perjanjian Tellumpoccoe pada masa pemerintahan Raja Bone ke VII, La Tenrirawe Bongkae. Isi perjanjian Tellumpoccoe atau perjanjian persaudaraan tiga sahabat.
Pada woroane seina seama : bersaudara seibu sebapak.
Tana ta ia tellu : Tanah Negeri kita
bertiga.
Bone-Wajo-Soppeng : Bone-Wajo-Sopeng.
Manguru ja manguru deceng : Bersama dalam duka dan suka.
Seuwa uluwang : seorang anak sulung.
Seuwa anak tengnga : seorang anak tengah.
Seuwa pakcucung : seorang anak bungsu.
Mattulu parajo : berpilin bagaikan parajo (tali).
Tellu Teppettu : tiga yang takterputuskan.
Siranreng tessibelleyang : seiring sejalan-seia sekata.
Makkedawang ri saliweng : menyebar luas di luar.
Temmakkedawang ri laleng : tak menyebar ke dalam.
Nama anak eppo : diwarisi anak cucu.
Tennawawa to mate : takkan terbawa ke kuburan.
Taro adanna tanae : kita sepakat tanah kita.
Tellu masseajing : Tiga saudara.
Bone-Wajo-Soppeng : Bone-Wajo-Soppeng.
Nasabbi dewata seuwa e : disaksikan oleh Maha Dewa.
Tapasengengi anak eppota : kita wasiatkan pada anak cucu.
Ia’ mpelai taro adanna : siapa yang mengingkar kata mufakat.
Tannae ia tellu masseajing : tanah kita tiga saudara.
Makkuwa ramuramunna : dialah akan remuk.
Tanana ia tellu : tanahnya bertiga.
Itello naottongie batu : bagai telur tertimbun batu.
Iapa namarussak : barulah akan rusak.
Taro adanna tanae iatellu : perjanjian tanah kita bertiga.
Bone, Waja, Soppeng : Bone-Wajo-Soppeng.
Marussak pi peretiwie : Bilah bumi telah runtuh.
Batarae : Langit (juga runtuh).
Tesengengngi tanata : Kita namakan tanah kita
Tellumpoccoe : Tiga saudara (Tiga Bukit).
Perjanjian persahabatan Tellumpoccoe mulai berakhir saat Gowa mulai melakukan penyerangan terhadap Wajo, Soppeng dan Bone. Pada awalnya Kerajaan Wajo ditaklukkan oleh Kesultanan Gowa. Menyusul kemudian Kerajaan Soppeng ditaklukkan Gowa. Kedua wilayah perlahan menerima Islam dan menjadi sekutu Kesultanan Gowa.
Kemudian
menyusul Kerajaan Bone ditaklukkan oleh Kesultanan Gowa. Namun, pihak
kesultanan tidak melakukan campur tangan dalam pemerintahan. Sehingga masyakat
Bone mengatur sendiri pemerintahannya. Mereka tetap tidak mau menerima Islam
sebagai agama. Rakyat Bone kemudian melakukan pemberontakan. Namun dapat
dipatahkan oleh pasukan Kesultanan Gowa.
Islam
mulai masuk dengan baik dimulai dari Raja La Tenriruwa Sultan Adam Matinroe ri
Bantaeng. Raja Bone ke-XI seorang Muslim. Namun hanya memimpin tiga tahun dan
dia pergi ke Pattiro. Karena Dewan Hadat dan masyarakat menolak mentah-mentah
Islam.
Rakyat
Bone kemudian melantik raja mereka yang ke-XII. Bernama La Tanripale
Toakkeppeng adalah putra La Icca (Raja Bone–VIII). Semasa kepemimpinan Raja La
Tenripale dia kembali melakukan perlawanan terhadap Gowa. Mereka menentang
dakwa Islam dan memberontak. Tapi kembali dikalahkan oleh laskar Kesultanan
Gowa. Sejak saat itu, perlahan Rakyat dan Raja Bone perlahan menerima Islam. Setelah
menerima Islam Raja Bone La Tenripale sering berkunjung ke Makasar.
Karena
Bone yang terus memberontak, maka Kesultanan menempatkan perwakilannya. Perwakilan
tersebut diberi gelar, Jenang. Masa Jenang Toballa terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Jenang perwakilan Gowa. Pertempuran kembali berkobar antara Bone
dan Gowa. Kembali Bone kalah dan takluk pada Kesultanan Gowa.
Kekalahan Kesultanan Gowa diserang oleh pasukan VOC dan Arung Palakka membuat situasi politik berubah. Namun, Kesultanan Wajo yang sudah menjadi sahabat Kesultanan Gowa masih terus memihak Kesultanan Gowa. Sehingga Arung Palakka menyerang Kesultanan Wajo. Wajo kemudian kalah dan hancurkan, sedangkan raja gugur dalam perang. Sejak itu, persaudaraan tiga kerajaan Wajo, Bone dan Soppeng berakhir (Tellumpoccoe).
Oleh.
Joni Apero
Editor.
Desti, S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
26 Oktober 2020.
Sumber:
Pananrangi Hamid dan Tatiek Kartikasari. Lontarak Tellumpoccoe. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992/1993.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment