"Muat Janur" Tradisi Budaya Dalam Proses Adat Pernikahan Sungai Keruh.
Apero Fublic.- Sungai Keruh. Masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Memiliki tradisi budaya yang sudah ada sejak zaman lalu. Budaya yang telah diwariskan turun temurun tersebut masih bertahan sampai sekarang. Tradisi atau budaya tersebut adalah saat adanya pernikahan, yaitu Membuat Janur Kuning. Tanpa janur kuning, seakan proses pernikahan tidak sempurna.
Tradisi
membuat Janur Kuning saat adanya proses pernikahan dimaksudkan sebagai tanda
dan pemberitahuan bagi khalayak luas. Pemberitahuan secara simbolis bagi
masyarakat yang melintas bahwa di rumah tersebut adanya proses pernikahan.
Karena janur yang terpasang menjadi simbol keramaian tersebut adalah proses
pernikahan atau istilah daerah, ade bangiang. Ade bangian bermakna
adanya suatu aktivitas proses adat istiadat menuju pernikahan.
Pada umumnya, membuat janur kuning dilakukan dimalam hari. Biasanya setelah lewat azan isyah. Alat yang diperlukan, tali rapiah, daun kelapa yang masih muda, sebilah bambu, batang pisang sepanjang 30 sampai 40 Cm untuk satu bauh janur. Sebatang bambu juga diperlukan untuk tiang janur kuning. Kemudian alat-alat pembuat, silet, straples, dan pisau.
Pembuatan janur kuning dikomandoi oleh pemuda yang menguasai
pembuatan janur kuning. Seperti di Desa Gajah Mati, Kecamatan Sungai Keruh
komando ahli pembuatan janur kuning, diantaranya Rozani, Asong dan lainnya.
Para
pemuda bergotong royong dalam membuat janur kuning. Dengan demikian dalam waktu
satu atau dua jam janur akan selesai. Saat dikonfirmasi seberapa lama proses
pengerjaan untuk satu buah janur kuning pada Abang Rozani. “Lama pembuatan
janur kuning itu, tergantung pada kerumitan desainnya. Kalau desainnya
sederhana dan anggota tim sudah mengerti membuat motivbya. Maka pengerjaan akan
cepat selesai.” Ujar Abang Rozani.
Saat
diwawancarai apakah mereka pernah belajar secara khsus dalam desain janur
kuning. Salah satu ahli janur kuning di Desa Gajah Mati, Kakak Asong. “Kalau
belajar secara khusus tidak pernah. Kami belajar bersama seperti inilah.
Sehingga menjadi bisa dan dapat membuat janur kuning.” Jelas Kak Asong.
Hal yang dapat dipetik dalam proses pembuatan janur kuning di Desa Gajah Mati. Yaitu, adanya semangat gotong royong sesama pemuda dan pemudi. Mereka dengan ikhlas bekerja tanpa imbalan. Semoga kekompakan dan budaya membuat janur kuning terus dipertahankan masyarakat setempat. Agar identitas dan budaya tidak hilang ditelan zaman. Mereka semua boleh disebut sebagai, pahlawan budaya yang sesungguhnya.
Oleh.
Eftaro, S.Hum
Editor.
Desti, S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra
Sungai
Keruh, 25 September 2020.
Sy.
Apero Fublic.
Betul, genersi adalah tonggak pewaris kebudayaan bangsa
ReplyDelete