Cerita Singkat Naskah Klasik: Caretane Rama
Kejadian
tersebut membuat Sri Rama kesal dan marah. Kemudian dia melepaskan panah ke
tengah samudra. Akibatnya membuat semua mahluk laut kepanasan. Seorang bidadari
lautan bernama Dewi Ratna memperingatkan Sri Rama jangan marah. Tetapi dia seharusnya
berdoa memohon restu pada Dewata. Setelah memohon restu, pekerjaan membuat
bendungan berjalan dengan lancar.
Di
tempat lain, di Alengkapura Rahwana menyatakan kepada Dewi Sita bahwa Sri Rama
dan Laksmana sudah tiada. Dewi Sita meminta bukti atas kematian Suami dan Adik
iparnya. Untuk itu, Rahwana kemudian membunuh dua orang anak raja manusia,
bernama Prayasangkala dan Kalisata. Lalu dia memenggal kepala keduanya dan
mengirim kedua kepala itu pada Dewi Sita. Dia menyatakan kalau itu kepala Sri
Rama dan Laksman.
Rahwana
datang ke Pura tempat tinggal Dewi Sita. Tetapi dihalangi oleh Dewi Trijata.
Sementara Dewi Sita pingsan saat melihat dua potong kepala di dalam baskom
emas. Saat sadar dia menangis dan dihibur oleh Dewi Trijata. Serta menyatakan
kalau dua kepala itu diragukan, kepala Sri Rama dan Laksman.
Di
pantai tersebut ternyata tidak ada tanda-tanda pertempuran antara Rahwana dan
Sri Rama sebagaimana yang diceritakan Rahwana. Dewi Trijata datang menemui Sri
Rama dan Laksman dan menceritakan hal tersebut. Dewi Trijata kemudian Pulang ke
Alengkapura dan memberikan pakaian Sri Rama yang dulu ditenun oleh Dewi Sita.
Diam-diam Dewi Sita diawasi oleh Anoman. Dewi Sita juga mengucapkan terimakasih
pada Dewi Trijata.
Suatu
hari Rahwana kembali datang menemui Dewi Sita. Kemudian Dewi Trijata membuka
kedok kebohongan Rahwana. Sehingga Rahwama marah dan hampir saja membunuh
kemenakannya. Rahwana kembali dan dia sangat masgul. Dia kemudian
memperbincangkan musuh yang sudah berada di gerbang Alengka.
Rahwana
mengutus Sukasrana menyelidiki pembuatan kolam. Dia menyamar sebagai kera, tapi
diketahui oleh Anoman. Ketika diminta untuk memanjat dia berteriak. Akibatnya
Sukasrana dikeroyok prajurit kera Anoman. Lalu ditangkap dan dibawa kehadapan
Sri Rama. Oleh Sri Rama dia dibebaskan kembali.
Sukasrana
pulang ke Alengkapura negeri Rahwana. Kemudian menceritakan terbunuhnya Resi
Subali oleh Sri Rama. Bercerita juga tentang kehebatan delapan prajurit kera
satria, kehebatan senjata-senjata Sri Rama dan Laksmana beserta yang lainnya.
Rahwana
menganggap cerita itu, sanjungan Sukasrana pada musuh. Dia marah dan hampir
saja Sukasrana terbunuh kalau tidak berlari. Rahwana kemudian memerintahkan
pada anaknya, Raja Lautan bernama Ganggasura untuk merusak bendungan Sindubanda
yang dibangun Sri Rama.
Ganggasura
kembali ke istananya di dasar lautan. Lalu memberi perintah pada raja jin untuk
menjebol bendungan. Air laut pasang dan ombak membumbung tinggi. Hempasan
mengenai hutan-hutan karena digerakkan para jin ikan. Anuman segera membesarkan tubuhnya dan terjun ke laut. Laut
diaduk-aduk sampai ikan bergelimpangan mati.
Anuman
mengancam ikan-ikan yang masih hidup. Kalau mereka semua masih ingin hidup,
maka jangan merusak bendungan Sindubanda. Ada seekor kepiting raksasa yang
keras kepala dan tetap merusak bendungan. Kemudian kepiting dibanting-banting
anuman dengan ekornya sampai mati. Bangkai kepiting dimakan oleh pasukan kera.
Tapi tidak habis karena kepiting sangat besar sekali.
*****
Sri
Rama dihadapan seluruh rakyatnya mengadakan pesta dengan makan buah-buahan dari
surga. Serta makan makanan kiriman dari Raja Jayasinga dan Suranala dari negeri
Antakapuri.
Pada
kesempatan itu, Raja Sugriwa mengutarakan kekhawatirannya karena Kerajaan
Alengkapura mendapat bantuan dari Raja Suksara dari negeri Indrapuri. Mendengar
nada pesimistis dari Sugriwa. Sri Rama menjawab jika ada yang takut sekiranya
tidak usah ikut dalam usaha merebut kembali Dewi Sita.
Sri
Rama tidak mengharap bantuan siapa pun. Mendengar jawaban Sri Rama semua para
satria wanara merasa malu. Bahkan Anuman marah pada Sugriwa yang dia katakan
tidak tahu diri. Berbeda dengan Subali yang berhenti menatap.
Sri
Rama berkata agar saat dalam peperangan melawan Dasamuka kelak jangan sampai
ada yang turut campur. Pada saat mengucapkan kata-katanya saat itu Sri Rama
tampak seperti Wisnumurti.
Sri
Rama berangkat dengan membawa panahnya dan diikuti Laksmana, perwira kera, dan
rakyat Mandrapura. Pasukan terdepan bernama Anggada dan Anila. Waktu berlalu,
pasukan Sri Rama memasuki wilayah kerajaan Alengkapura. Saat tiba di Padang
Danalaga mereka membangun menara pengintaian.
Dasamuka
yang sudah mengetahui kedatangan pasukan Rama. Segerah memanggil anak-anaknya
serta Arya Wibisana. Rahwana menjadi marah, sehingga wajahnya berubah menjadi
sepuluh. Saat Wibisana menyarankan Dewi Sita dikembalikan.
Wibisana
dan istrinya Dewi Sunaka beserta dua anaknya Durjaya dan Pardaya akhirnya
diusir dari Alengkapura. Durjaya dan Pardaya akhirnya bergabung dengan pasukan
Rama berkat perantara Anoman. Keinginan Wibisana mengabdi pada Rama, karena dia
ingin mempelajari ilmu awal dan akhir kehidupan yang dimiliki Rama.
Kepergian
Wibisana menjadi pembicaraan di seluruh Alengkapura. Ada rasa cemas dihati
rakyat Alengka, tapi Rahwana tidak menanggapinya. Sebab Rahwana merasa dirinya
adalah terhebat di dunia. Tapi dia tetap meminta bantuan juga pada
putra-putranya dan negara-negara bawahannya.
Sekali
lagi Rahwana diingatkan orang dekatnya, putranya Indrajit. Untuk mengembalikan
saja Dewi Sita ke Rama. Rahwana menolak dan menyatakan bahwa keutamaan seorang
raja adalah memegang teguh semua keyakinan dan ucapannya sampai mati. Lalu dia
mengirim pasukan raksasa ke Danalaga dimana pasukan Rama sudah siap menanti.
Perang
berkobar dengan hebatnya, korban berjatuhan dikedua belah pihak. Begitu juga
Anoman yang sangat sakti, menghancurkan lawan-lawan dengan tangan, kaki, dan
ekornya. Sepuluh orang raja bawahan Rakwana tewas.
Melihat
kehebatan pasukan Indrapura sekali lagi Indrajit mengingatkan ayahnya, Rahwana.
Namun dia tetap bersikeras dan dia juga mengutus seorang mentrinya untuk
membangunkan Kumbakarna yang sedang tapa-tidur di Leburgangsa.
Para
mentri tidak ada yang sanggup membangunkan Kumbakarna. Ternyata hanya Indrajit
yang dapat membangunkannya. Indrajit kemudian diminta menemani menghadap
Rahwana. Setelah itu, Kumbakarna bertanya apa alasan sehingga timbulnya perang.
Indrajit menjelaskan semua sampai perginya Wibisana karena diusir Rahwana.
Kumbakarna
membisu, tetapi hatinya tetap mengingat Dewata. Lalu diadakan pesta tujuh hari
tujuh malam untuk membangkitkan semangat Kumbakarna. Tapi tetap tidak berhasrat
untuk berperang. Kumbakarna kemudian menceritakan mimpinya saat bertapa.
Memang
Alengkapura akan hancur oleh pasukan kerah. Karena sudah berbuat jahat pada
Wisnumurti. Dia juga menganjurkan agar Dewi Sita dikembalikan pada Sri Rama.
Walau demikian Kumbakarna tidak berkhianat pada kakaknya dan tetap patuh.
Sebagai
Senapati Alengkapura, Kumbakarna maju ke medan perang diikuti putra-putra
Alengkapura. Dipihak Rama pasukan juga dipersiapkan. Rama menjadi satu kelompok
dengan Laksman, Wibisana, Sugriwa, Brata, dan Satruwigna.
Saat
itu, Rahwana melihat sinar cemerlang di angkasa. Saat dia perhatikan ternyata
dua sinar tersebut berwujud manusia. Sinar hijau adalah Sri Rama dan sinar
putih adalah Laksmana. Rahwana tertegun dan mulai dia menyadari kalau lawannya
bukan manusia sembarangan.
Perang
berhenti ketika matahari terbenam. Malam harinya Rama membicarakan ilmu sejati
atau ilmu kehidupan dengan Wibisana. Saat itu, para resi dan mahkluk yang hidup
diangkasa menyembah Rama. Kemudian diperbincangkan bagaimana dapat bertemu
dengan Sang Batara Taya.
Disinggung
juga tentang cerita Krisna, Arjuna, dan Suyudana. Pada saat itu, Rama seperti
Wisnu yang sedang berkendaraan garuda. Mengenai Rahwana dia mengatakan belum
saatnya mati dalam perang ini. Hal itu dikarenakan tulah ibunya dan leluhur
orang Selan yang dikenal dengan nama Sang Purwaningjanma.
Sedangkan
Anoman tidak akan terkena kematian selamanya karena sudah mengalami kematian
sewaktu bayi. Kemudian jasadnya direndam kedalam air hidup sampai meresap ke
tulang-tulangnya sampai dia hidup kembali.
*****
Rahwana
kembali mengirim pasukannya, dipimpin oleh pamannya, Pati Janmantri maju ke
medan perang. Dibantu oleh Bubutbis yang memiliki kemampuan dimana pancaran
matanya mengandung racun pembakar. Kepada Bubutbis Rahwana menjanjikan tahtah
Alengkapura padanya apabila dia dapat menghancurkan musuh. Rahwana juga
menghayalkan bagaimana hancurnya pasukan kera terbakar racun api, bubutbis.
Rencana
Rahwana diketahui oleh Wibisana lewat mantra tenungnya. Alat penangkis api
beracun dipersiapkan, berupa kaca yang dibuat dari besi purasani sepanjag
sepuluh depa. Anoman mendapat tugas menggunakan cermin purasani itu.
Ketika
Bubutbis membuka topengnya, Anoman langsung mengarahkan cermin purasani
padanya. Sehingga Bubutbis menatap wajahnya sendiri. Sehingga seluruh sinar
racun api dari wajahnya berbalik mengenai wajahnya dan membakar tubuhnya
sendiri.
Mendengar
kematian anaknya yang dia andalkan, Rahwana menangis. Rahwana tahu, pasti semua
itu karena saran dari Wibisana. Membuat kebencian Rahwana pada Wibisana semakin
menggunung.
Pati
pasukan kera, Kapi Jambawan tampil ke medan perang untuk menghadapi Sang
Janmamantri. Akan tetapi Janmamantri tidak mau melayani Kapi Jambawan.
Pertarungan diwakili oleh anaknya bernama, Prahastautama.
Prahastautama
mengamuk hebat membuat banyak korban berjatuhan dipihak Rama. Anoman kemudian
juga mengamuk dan mengalakan banyak lawan. Kemudian Prahastautama dan empat
ratus denawa dapat ditawan. Melihat kekalahan terus terjadi, membuat Rahwana
bersedi. Sehingga Indrajit ingin ikut terjun ke medan perang, tapi dicegah.
Perang
kembali berlanjut, kali ini pasukan dipimpin oleh anak Kumbakarna, Akumba dan
Anikumba. Di pihak Rama maju pasukan
yang dipimpin Anggada dan Kapimenda. Anggada berhasil mengalahkan Akumba,
sedangkan Anikumba tewas ditangan Anoman.
Dasamuka
(Rahwana) menangis bersedih, lalu tampil anaknya bernama Patalamarian.
Patalamariyan memiliki ide menculik Sri Rama. Dengan kecerdikan dan
kelicikannya akhirnya dia dapat menculik Rama. Rama dia bawa ke telaga
Nuradipa. Lalu dimasukkan kedalam istana berhala melalui pohon kamboja. Untung
Anoman berhasil melacaknya.
Dalam
pelacakan Anoman bertemu dengan Sampuradin dan Kudyenda. Keduanya juga dibantu
pasukan raksasa penjaga istana Patalamariyan. Tapi mereka semua tidak dapat
mengalahkan Anoman. Bahkan Sampuradin dilemparkan oleh Anoman ke atas gunung
dan terjepit batu.
Kemudian
Anoman melihat kota-kota siliman yang lebih indah dari Kota Alengkapura. Di
sebuah taman Anoman bertemu dengan seorang perempuan bernama Nyarani yang
sedang menangis. Karena salah seorang anaknya dibunuh oleh Rahwana. Sedangkan
anaknya yang bernama Prayabuana dipenjara.
Nyarani
bersedia membantu menemukan Anoman memasuki istana Patalamariyan serta
menunjukkan ruang berhala. Asalkan Anoman bersedia merajakan anaknya yang
sedang dipenjara.
Anoman
memperkecil dirinya menjadi sebesar biji sawi. Lalu masuk kedalam junjungan
yang dibawa Nyarani. Kemudian dia masuk kedalam Benteng Ratna melallui pintu
Pramudita yang dijaga oleh Tugangga. Anoman diketahui oleh penjaga Tunggangga,
sehingga terjadi perang tanding keduanya.
Pertarungan
mereka sangat dahsyat, kekuatan dan kesaktian sama. Rupa mereka sama, hanya
berbeda ada tua dan muda. Dari percakapan keduanya kemudian diketahu kalau
mereka ternyata ayah dan anak. Tugangga akhirnya membantu ayahnya membebaskan
Sri Rama.
Patalamariyan
melarikan diri, namun saudaranya bernama Abrama tewas. Lalu kepalanya
dilemparkan ke tempat markas musuh. Beberapa waktu kemudian Patamalariyan
menantang perang tanding Sri Rama. Tantangan tersebut disambut oleh Sri Rama.
Akhir pertarungan kepala Patamalariyan terpenggal oleh panah Sri Rama.
Sementara
itu, Tugangga bersama rakyat raksasanya datang menghadap Sri Rama. Tugangga
mendapat hadia kalung Ratna dari Sri Rama.
Rahwana
kemudian memutuskan untuk terjun ke medan perang. Namun dicegah oleh kelima
anaknya, Indrajit, Trisirah, Trikaya, Narantaka dan Dewantaka. Sebenarnya
Rahwana tidak tega melepaskan anak-anaknya, kecuali Indrajit. Maka dia berpesan
pada Indrajit agar menjaga adik-adiknya.
Prahasta
yang tertawan rupanya dapat melarikan diri. Kemudian dia perang tanding dengan
Anila. Karena ada perang tanding tersebut, membuat kelima putra Rahwana belum
maju ke medan perang. Prahasta kemudian tewas ditangan Anila, dipukul dengan
tugu batu oleh Anila. Kematian Prahasta membuat Rahwana bersedih dan hampir
berhari-hari dia tidak berkata-kata.
*****
Kembali
Kumbakarna dibangunkan oleh Rahwana. Lalu dia maju ke medan perang menghadapi
pasukan Rama. Bumi bergoyang, lautan bergelombang, seisi dunia terpana melihat
kedahsyatan Kumbakarna. Bahkan dewa-dewa merasa ngeri melihatnya.
Melihat
kehebatan Kumbakarna membuat pasukan Sri Rama takut. Padahal selama ini mereka
selalu pemberani sekali disetiap pertempuran. Untuk menghadapi Kumbakarna
majulah Raja Sugriwa. Dia bersenjata kayu yang besarnya seratus pelukan orang
dewasa.
Namun
Raja Sugriwa tidak dapat mengalahkan Kumbakarna, sampai dia pingsan. Kumbakarna
membawa Raja Sugriwa untuk diserahkan pada kakaknya Rahwana. Mengetahui itu,
Anoman meniup angin kencang dan membuat Sugriwa siuman. Lalu dia menggigit dan
menarik telinga Kumbakarna seraya melompat.
Kumbakarna
kembali mengamuk lebih hebat dari semula. Wibisana menyarankan agar Sri Rama
dan Laksmana menghadapi Kumbakarna bersama-sama. Selanjutnya, Kumbakarna juga
tewas oleh hujanan anak panah Sri Rama dan Laksmana.
Setelah
Kumbakarna gugur, Sri Rama mengutus Anoman menemui Rahwana menawarkan
perdamaian asal dia mau mengembalikan Dewi Sita. Usul perdamaian Sri Rama
ditolak oleh Rahwana.
Karena
usul perdamaian ditolak, maka peperangan kembali berkobar. Kali ini dari pihak
Rahwana maju Dumraksa berhadapan dengan Anila. Tetapi Dumraksa kemudian tewas
ditangan Anoman. Kampana maju menuntut balas, tapi nyawanya ditentukan oleh
hantaman pohon tal di tangan Anoman.
Akhirnya
pasukan Alengkapura buyar seperti gerombolan kijang dihalau harimau. Mereka
melapor ke Rahwana dan dia mengerahkan pasukan perwira raksasa. Keempat putra
Rahwana, Trisirah, Trikaya, Narantaka dan Dewantaka turut menyerbu tanpa
perlindungan dari Indrajit.
Keempat
putra Rahwana dihadapi oleh, Anila, Anggada, Tugangga. Dia mendapat perintah
ayahyan untuk melindungi Anggada yang dikeroyok anak-anak Rahwana. Akhir
pertarungan mereka keempat anak Rahwana gugur. Membuat Rahwana marah besar pada
Indrajit. Indrajit mohon diri hendak meminta bantuan kepada ibunya di Kayangan
Tinjumaya agar dapat mengerahkan pasukan gegananya.
Rahwana
sudah bersiap maju ke medan perang. Tiba-tiba datang anaknya yang berkerajaan
di dalam lautan, Sang Ganggasura. Dia
membawa semua pasukannya, siap menggantikan Rahwana di medan perang. Ganggasura
akhirnya tewas terkena panah Sri Rama. Sedangkan seratus raja bawahan
Ganggasura menyerah.
******
Indrajit
memaparkan rencana hendak berperang dari angkasa dengan bantuan bala tentara
ibunya. Rencana tersebut didengar Anoman yang sedang menyusup ke istana Alengkapura.
Sekembalinya, dia menceritakan dan menyarankan agar Sri Rama meminta bantuan
Sang Garuda. Agar pasukan kera terlindungi dari serangan Indrajit.
Saran
diterima, kemudian Sang Garuda membawa segala burung bawahannya. Kebetulan
mereka juga ingin menuntut balas terhadap Rahwana. Karena Rahwana telah
membunuh saudara mereka Sang Ginayu (Jatayu) dalam peristiwa penculikan Dewi
Sita dahulu.
Selama
empat puluh hari-empat puluh malam markas pasukan Sri Rama dihujani oleh
bebatuan dan air oleh pasukan Indrajit. Tapi oleh burung-burung pimpinan sang
garuda semua serangan itu mereka tangkap dengan sayap mereka. Lalu bebatuan dan
air mereka lempar diluar markas pasukan Sri Rama.
Saat
Sri Rama sedang beristirahat dan berbincang-bincang dengan rekan-rekannya.
Indrajit menyelinap dan memanah Sri Rama dengan panah beracun. Seketika Sri Rama
jatuh pingsan. Sri Rama sembuh setelah diobati dengan ramuan dari pohon
Mretasarana. Indrajit berhasil menyusup dan dapat membunuh ribuan pasukan kera.
Indrajit juga berencana membunuh Sri Rama. Untung kedatangannya diketahui oleh
Wibisana.
Sepeninggal
Indrajit Wibisana membangunkan Sri Rama dan para punggawa. Anoman segera diutus
mengambil daun Sandilata di Gunung Imagiri. Karena lupa akan tempat dan wujud
Sandilata. Anoman memenggal gunung Imagiri dan dibawanya ke pesanggrahan.
Berkat daun Sandilata ribuan pasukan kerah yang mati dapat hidup kembali. Semua
usaha Indrajit menjadi sia-sia.
Rahwana
semakin bingung bagaimana cara menghadapi Sri Rama dan pasukannya. Dia hampir
putus asa, dan hampir saja dia membunuh Dewi Sita karena keputusasaannya. Niat
membunuh Dewi Sita digagalkan Indrajit.
Rahwana
meminta Indrajit menciptakan wanita yang menyerupai Dewi Sita. Kemudian wanita
mirip Dewi Sita dibunuh, sedangkan Dewi Sita yang asli disembunyikan. Berita
meninggalnya Dewi Sita menyebar. Menyebabkan Sri Rama sakit dan berkali-kali
jatuh pingsan. Wibisana mengutus Anoman untuk menyelidiki kebenaran atas
pembunuhan Dewi Sita.
Anoman
melihat Indrajit dan para resi-sogata sedang memuja sebuah baju. Hal tersebut
dilaporkan kepada Wibisana. Menurut Wibisana setelah baju dipuja selama empat
puluh hari secara khusyuk. Baju akan menjadi sangat bertuah bagi pemakainya.
Jika pemakai baju tersebut menyebut nama seseorang supaya mati. Maka matilah
orang tersebut.
Begitu
juga sebaliknya, apabila si pemakai mengusap orang mati dan meminta dia hidup
kembali. Maka orang mati tersebut akan hidup kembali. Untuk menghilangkan
keampuhan pakaian tersebut. Satu-satunya cara yaitu dengan menghancurkan kelompok
para pemujanya. Tugas tersebut berhasil dilakukan Anoman dengan baik.
Kehancuran
pemujaan tersebut membuat Indrajit murka. Dia kemudian menyerbu ke medan perang
dengan mengendarai kereta perang angkasa. Yang menghadapi Laksman dan Anoman.
Laksman duduk di bahu Anoman. Para satria yang bertarung mendapat perhatian
para dewa, mambang angkasa, dan peri. Mereka mengadu kekuatan panah dan Indrjit
terdesak. Kemudian dia melepaskan panah sakti Panah Anugera Hyang Brama.
Panah
Hyang Brama hanya mendekati musuh yang memegang senjata. Wibisana meminta
semuanya melepaskan senjatanya. Sri Rama kemudian berdoa pada Hyang Suksmanasa.
Panah Hyang Brama seketika menjadi bunga yang mekar dan wangi menempel di dada
Sri Rama. Indrajit memaki pamannya, Wibisana karena memberitahu tentang panah
Hyang Brama.
Perang
kembali berkobar, dengan kereta ratnanya Indrajit menyusup ke angkasa dan
bersembunyi di mega putih. Lalu dia pergi menghadap ayahnya. Dia sekali lagi
meminta Dewi Sita dikembalikan pada Sri Rama. Rahwana tetap menolak, bahkan
walau dia kalah melawan Sri Rama. Itu sudah menjadi kehendak Hyang Suksmanasa.
Seandainya dia menang juga tidak lagi duduk di tahtah Alengkapura, Dia ingin
menjadi bengawan.
Indrajit
kembali maju kemedan perang. Sebelum berangkat perang dia meminta restu ibunya,
Dewi Windranarum. Ibunya menjelaskan kalau Sri Rama adalah titisan Wisnu. Sedangkan Laksmana adalah titisan Hyang
Basuki. Dalam perang kali ini, kembali Indrajit dipukul mundur oleh pasukan Sri
Rama.
Indrajit
kembali ke purinya dan bertemu dengan anak istrinya, Dewi Kumala. Istrinya
sedang tertidur di dalam sanggar. Keduanya berkasih-kasih seolah-olah tanda
perpisahan. Suasana sangat mengharukan ketika dia menitipkan anak-anaknya pada
ibunya.
Indrajit
kemudian melakukan serangan pada malam hari. Saat mendengar Indrajit melakukan
serangan malam hari. Rahwana mengira kalau Indrajit akan memenangkan
peperangan. Kemudian dia menyambut dengan menabuh gamelan. Dari pasukan kera,
yang menghadapi pasukan Indrajit hanya Laksmana dan beberapa orang manggala
saja. Pertempuran berlangsung sampai malam hari. Akhirnya Indrajit gugur
ditangan Laksmana.
Berita
kematian Indrajit disampaikan kepada Dewi Kumala dan Indrapuri oleh seorang
mantri raksasa yang bernama Polamadewa. Ibu dan Istri Indrajit jatuh pingsan.
Setelah kematian Indrajit, pasukan kera bukannya tenang. Mereka sering menjadi
gempar karena seolah-olah Indrajit kembali datang menyerang.
Dalam
pada itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa Indrajit adalah titisan Patih
Suwanda dari Maispati. Titisan Patih Suwanda tersebut akhirnya mati oleh
titisan Arjunasasrabahu, yaitu Sri Rama. Rahwana membiarkan Indrajit melawan
Sri Rama. Padahal Sri Rama tidak pernah melupakan musuh lamanya.
Dewi
Kumala memberi kabar pada kedua pamannya, Prabu Malawana dan Prabu Sumalawan
tentang kematian Indrajit. Kedua raja tersebut datang ke Alengkapura dan
disambut Dasamuka (Rahwana).
Kemudian
datang juga Prabu Mulatani paman Patalamariyan. Kemudian di Alengkapura
diadakan pesta empat puluh hari empat puluh malam. Setelah pesta berakhir baru
berangkatlah tiga raja tersebut menyerang pasukan Sri Rama.
Waktu
berlanjut, beberapa perwira raksasa terbunuh oleh pasukan kera. Membuat Prabu
Mulawana dan Sumalawan sangat marah. Kemudian keduanya terbang ke angkasa dan
merubah wujud menjadi berkepala, berkaki, dan bertangan seribu.
Wujud
kekuatan mereka dapat dihancurkan oleh Sri Rama. Akan tetapi setelah hancur
mereka kembali seperti semulah. Sri Rama dapat petunjuk dari dewata untuk
mengalahkan keduanya. Petunju menyatakan kalau mereka cukup dipanah sekali
saja. Benar saja, Mulawana dan Sumalawan akhirnya tewas di tangan Sri Rama.
Menyusul tewan juga Raja Mulatani. Sementara Anoman berhasil mengalahkan Sang
Polamadewa.
******
Saudara,
anak, raja-raja bawahan, dan punggawa kepercayaan semua sudah tiada. Sekarang
Rahwana tinggal sendirian, maka majulah dia ke medan perang. Dengan percaya
diri Rahwana maju ke medan perang. Dengan mengendarai gajah, bersenjata
limpung. Lalu dihadapi oleh Raja Sugriwa.
Raja
Sugriwa terbunuh oleh Dumraksa dan Wirupaksa. Keduanya kemudian terbunuh juga
oleh Anggada. Terjadi percakapan antara Laksmana dengan Rahwana. Laksmana
menyatakan kalau Rahwana tidak sederajad dengannya. Hal tersebut membuat
Rahwana marah dan mengamuk. Mengadu kesaktian panah dengan Laksmana. Panah
milik Rahwana bernama Gunaadi dan panah Laksmana bernama Panah Ruksanandi.
Rahwana
kemudian melepaskan panah Dedya ke arah Wibisana. Laksmana dan para perwira
kera siap melindungi Wibisana. Laksmana melindungi Wibisana dengan tubuhnya dari
serangan panah dedya. Walau Laksmana memakai baju baja tembus juga oleh mata
panah dedya. Mata panah menancap di perut Laksmana, dan dia langsung jatuh
pingsan. Kemudian dibawa ke pesanggrahan.
Semua
yang menunggun mengais sedih, terlebih Wibisana yang berhutang nyawa. Wibisana
juga khawatir karena terlambat sedikit pengobatan akan merenggut nyawa
Laksmana.
Anoman
segerah pergi mencari obatnya. Tapi dia tidak tahu apa obatnya. Dia pergi
dengan harapan ada yang dapat memberi tahu. Sri Rama ingin mencabut panah
dedya. Tapi dicegah Wibisana karena menurutnya, kemungkinan besar panah telah
tumbuh dan berakar menjerat hati Laksmana.
Sementara
itu, Rahwana memerintahkan seorang raksasa menyamar menjadi seorang resi. Dia
ditugaskan untuk memberikan obat palsu pada Anoman. Maka pergilah raksasa
tersebut ke Telaga Malamalawira. Kemudian datang Anoman yang bertanya dan
meminta obat kepada resi palsu itu.
Anuman
disuruh minum air Telaga Malamalawira oleh resi palsu anak buah Rahwana. Akan
tetapi sebelum sempat minum, Anoman disambar oleh buaya besar, dan tertelan.
Anoman kemudian menghancurkan buaya itu, kemudian bangkainya langsung
menghilang.
Kemudian
muncul seorang bidadari yang dahulunya dikutuk menjadi buaya. Bidadari tersebut
menyatakan dapat membantu menyembuhkan Laksmana. Tapi sebelumnya dia meminta
Anoman membunuh resi palsu kiriman Rahwana. Dengan mudah Anoman dapat
mengalahkan resi palsu itu.
Anoman
mendapat petunjuk supaya mengambil pohon Srenggasari di gunung Malasunya.
Anoman membawa gunung Malasunya ke pesanggrahan. Kemudian akar, kulit dan daun
pohon srenggasi lalu diramu oleh Wibisana. Akan tetapi untuk menghaluskan
ramuannya diperlukan batu amerta, yang tersimpan di istana Alengkapura.
Tersimpan di dalam kamar tidur Rahwana yang sangat sulit dimasuki.
Anoman
yang sangat sakti berhasil menyusup kedalam kamar tidur Rahwana. Dai masuk
melalui lubang hidung hiasan berbentuk kepala naga yang selebar lobang jarum.
Kemudian Anoman mengikat rambut Rahwana dengan rambut permaisurinya dengan
simpul mati.
Setelah
mengambil batu amerta, Anoman makan dan baru dia kembali meninggalkan istana
Alengkapura. Ramuan obat dapat diramu, dan Laksmana tertolong. Begitu juga
dengan pasukan kerah yang mati juga hidup kembali berkat ramuan Wibisana.
Betapa
terkejut Rahwana ketika dia merasakan rambutnya terpintal jadi satu dengan
rambut Dewi Mandradari, permaisurinya. Terlebih lagi ketika dia membaca tulisan
Anoman pada hiasan naga. “Pintalan rambutmu tidak akan terlepas apabila
permaisurimu tidak mengusap kepalamu sebanyak tiga kali.”
Rahwana
terpaksa meminta permaisurinya untuk mengusap kepalanya sebanyak tiga kali.
Sehingga membuat semua jampi-mantranya lenyap. Sekaligus kesaktiannya akan
hilang setengahnya. Sebab begitulah ketentuan dari Sang Hyang Taya kepadanya.
Rahwana
menjadi sangat malu saat Anoman meneriakkan peri kesembuhan Laksmana. Juga
meneriakkan segalah tingkah lakunya ketika di istana Alengkapura. Rahwana
kemudian bersiap berperang kembali. Wajahnya sudah menjadi sepuluh dan
tangannya sudah menjadi dua puluh, semuanya memegang panah sakti.
Kedatangan
Dasamuka atau Dasabahu atau Rahwana dengan pasukan lengkapnya hanya dihadapi
oleh Sri Rama dengan sebelas orang pengiring. Dalam perang tersebut Sri Rama
dalam beberapa hari tidak dapat mengalahkan Rahwana karena aji pancasonanya.
Setelah tujuh hari berperang tanpa hasil, Sri rama mengutus Anoman menemui Dewi
Sita untuk mencari kelemahan Rahwana.
Kebetulan
Dewi Sita pernah mendengar perihal kelemahan Rahwana. Kelemahan terletak di
pangkal telinga kanan, dan pusaka limpung (semacam gada) yang selalu dipuja
oleh Dewi Mandradari siang dan malam selama Rahwana perang.
Dari
petunjuk tersebut Rahwana dapat dikalahkan. Rahwana terluka parah lalu dia
tewas setelah dipukul dengan senjata pusaka miliknya sendiri. Sebelum mati,
Rahwana menjelaskan kalau dia hanya menjalankan takdir tuhan. Sebagai contoh
pada manusia dimana mereka akan memetik hasil dari perbuatannya sendiri. Dia
sebenarnya tidak mati, tapi seolah-olah mati.
Setelah
itu, Alengkapura diserahkan Sri Rama pada Sang Janmamantri. Semua kemudian kembali
ke negeri masing-masing. Anoman membawa Sri Rama menemui Dewi Sita. Cerita
sastra dari naskah kalsik ini masih berlanjut. Seperti adanya fitnah yang
menimpa Dewi Sita.
Dikisahkan
saat Dewi Sita sedang hamil lima bulanan. Dewi Kawakya istri Bradana meminta
Dewi Sita melukis wajah Rahwana di kipas Dewi Kawakya. Karena dibujuk terus
akhirnya Dewi Sita mencoba melikis wajah Rahwana dengan mereka-reka saja.
Dewi
Sita sedang tidur dan kebetulan Sri Rama keluar dari ruang balairung. Kawakya
kebingungan ingin menyembunyikan kipasnya. Kamudian dia letakkan di atas perut
Dewi Sita yang tertidur. Melihat kipas tersebut membuat Sri Rama marah, dan
tidak mau mendengar penjelasan Dewi Sita. Kemudian dia mengusir Dewi Sita dari
istana Durjayapura.
Dewi Sita pergi bersama empat ratus pengiringnya yang berasal dari Darawatiprawa. Kesanalah akhirnya dia kembali. Sesaat sebelum dia berangkat, dia berkata. “Barang siapa bersalah, pasti akan menjadi bisu selama-lamanya. Jika aku tidak bersalah seisi hutan akan berbelas kasihan kepadaku.”
Oleh.
Tim Apero Fublic.
Editor.
Desti, S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Sumber:
Sudibjo Z. Hadisutjipto. Caretana Rama. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1985.
Sy. Apero Fublic.
Post a Comment