Hikayat Putri Burung Kuau
Apero Fublic.- Alkisah pada suatu negeri memerintahlah seorang raja, didampingi permaisurinya. Negeri mereka damai, tentram dan sejahtera. Begitu juga di negeri jajahannya. Memiliki seorang putra mahkota bernama, Raja Muda. Pada suatu malam Raja Muda bermimpi bertemu dengan seorang nenek tua.
Di
dalam mimpi itu, si nenek tua berkata pada raja muda. Kalau dia mau memiliki
seorang istri. Maka datanglah kerumah Nenek Kabayan. Tandanya di halaman depan
rumahnya ada pohon kelapa gading. Dari pohon kelapa itulah akan turun seekor
burung Kuau dari kayangan. Karena sangat kuat keyakinan Raja Muda akan
mimpinya. Keesokan harinya pergilah dia ke pantai di halaman depan rumah Nenek
Kabayan.
Raja
Muda berpikir bagaimana agar tidak diketahui oleh burung Kuau dari Kayangan
keberadaan dirinya. Lalu dia menimbun tubuhnya dengan pasir dan tinggal
wajahnya saja. Wajahnya kemudian dia tutup dengan tempurung kelapa yang
berlobang. Sangkar burung yang dia bawa dari istana juga sudah dia siapkan
tidak jauh darinya.
Lama
Raja Muda bersembunyi dibalik timbunan pasir pantai. Kesabarannya membuahkan
hasil akhirnya. Apa yang dikatakan nenek tua di dalam mimpinya ternyata benar.
Tampak tujuh ekor burung Kuau terbang beriringan dan hinggap di atas pohon
kelapa gading itu. Tampak begitu gembira burung-burung Kuau itu bermain.
Burung
Kuau yang paling bungsu ingin sekali bermain di tepian pantai. Sehingga dia
seorang diri turun ke pantai dan bermain-main sampai jauh. Enam kakaknya hanya
memperhatikan dari atas pelepah kelapa gading. Melihat adiknya bermain di
pantai, kakak sulung burung Kuau merasa khawatir dan gelisa. Untuk
memperingakan adik bungsunya, sang kakak mendendangkan nyanyian.
Kuau....kuau....
kuanjang.
Jangan
kautiti batang si lumbung padi.
Kuau
kuanjang.
Adalah
batang baru menjadi.
Kalau
air dalam ada tikasnya.
Kalau
batang ada tunggulnya.
Itulah
batang si lumbung padi.
Itulah
batang baru menjadi.
Kuau...
kuau....kuanjang.
Si
burung Kuau bungsu tidak mengerti maksud dari nyanyian kakak tertuanya. Saat
itu, si Kuau bungsu terbang diatas pasir dan hingga diatas dimana Raja Muda
bersembunyi. Dengan gerakan cepat tangan Raja Muda menyambar kaki burung Kuau
bungsu. Raja Muda bangkit, dan si Kuau bungsu tidak dapat berbuat apa-apa, dia
tertangkap. Kakak-kakak Kuau bungsu menangis sedih, melihat adik mereka
tertangkap. Karena itu, mereka bernyanyi bersama.
Kuau....Kuau....kuauanjang.
Itulah
adik kataku tadi.
Jangan
kautiti batang si lumbung padi.
Adalah
batang baru menjadi.
Kalau
air dalam ada tikasnya.
Kalau
batang ada tunggulnya.
Itulah
batang si lumbung padi.
Itulah
batang baru menjadi.
Tinggalah
engkau adik dalam dunia.
Kami
akan pulang ke kayangan.
Kuau....Kuau....kuanjang.
Raja
Muda terlena mendengar merdunya lagu Kuau. Sedangkan Kuau Bungsu menangis sedih
menyadari nasibnya. Raja Muda kemudian memasukkan Kuau Bungsu kedalam sangkar. Kemudian
pulang ke istana dan sangkar burung kuau dia letakkan di ruang tengah istana.
Berhari-hari
Kuau Bungsu sedih, tidak mau makan dan minum. Kuau Bungsu hanya termenung saja
kesehariannya. Namun pada akhirnya, Kuau Bungsu menerima takdir jalan hidupnya.
Diapun mulai makan dan minum seperti biasa.
Pada
suatu malam burung Kuau Bungsu beruba menjadi manusia. Melepaskan kain bulu
kuau diapun menjelma menjadi gadis yang sangat cantik, Putri Burung Kuau.
Kemudian dia mencuci pakaian kotor Raja Muda. Lalu memasak makanan yang sangat
enak dan membangkitkan selera makan. Setelah menghidangkan makanan di atas
meja, gadis cantik itu kembali berubah wujud menjadi burung Kuau di dalam
sangkar.
Keesokan
paginya, Raja Muda bangun. Kemudian dia hendak pergi ke dapur untuk sarapan
pagi. Belum sampai di dapur hidung Raja Muda mencium bau makanan yang sedap.
Raja Muda kemudian memanggil dayang istana, Kak Kembang Kipas Cina. “Wahai Kak
Kembang, masakan apa yang dimasak yang begitu menggoda selera makan.” Tanya
Raja Muda.
“Maaf
Pangeran, saya belum memasak, bahkan saya baru saja bangun dari tidur.” Jawan
Kak Kembang. Raja Muda dan dayangnya merasa heran. Kejadian terus
berulang-ulang, dan yang memasak tidak diketahui. Siapa yang memasak, membuat
Raja Muda menjadi penasaran dan dia ingin tahu. Rasa penasaran membuat Raja
Muda tidak bisa tidur. Tepat di tengah malam Raja Muda mendengar suara-suara,
“kecepak-kecepek” berulang-ulang.
Raja
Muda keluar kamarnya dan mencari asal suara tersebut. Tanpa sengaja matanya
melihat ke arah sangkar burung kuau. Perlahan burung Kuau Bungsu berubah
menjadi seorang gadis cantik yang tidak ada bandingnya. Kemudian Putri Burung
Kuau itu melangkah menuju dapur, lalu dia memasak.
Melihat
itu, Raja Muda bersembunyi. Setelah Putri Burung Kuau sudah di dapur. Raja muda
menuju sangkar burung Kuau. Lalu mengambil sarung Burung Kuau dan dia sembunyikan
diatas tiang kelambunya. Raja Muda kemudian kembali pura-pura tidur kembali. Ketika
Putri Burung Kua kembali ke sangkarnya. Dia tidak menemukan kain sarung bulu
miliknya di dalam sangkar. Karena hari sudah mendekati siang, Putri Burung Kuau
malu sebab dia tidak berpakaian sedikitpun. Karena itu, dia bersembunyi dibalik
tempayan di dalam kamar mandi.
Hari
sudah siang sekarang, Raja Muda pura-pura tidak tahu. Dia juga pura-pura
bertanya pada dayang istana, Kak Kembang. “Kak Kembang, kemana kiranya burung
Kuau ku. Tidak ada di dalam sangkarnya.” Kak Kembang mejawab. “Ampunkan Patik,
Raja Muda. Hamba kurang periksa, baiklah patik cari burung kuau.”
Saat
Kak Kembang mencari burung kuau kesana kemari. Sampailah dia di kamar mandi dan
melihat seorang gadis cantik bersembunyi dibalik tempayan air. Kak Kembang
merasa heran dan kemudian dia bertanya. “Wahai adik cantik, apa gerangan kau
berada disini, apa yang terjadi?.” Tanya Kak Kembang. “Wahai Kak Kembang,
akulah Putri Kuau. Aku tidak menemukan sarung hamba, hilang entah kemana.”
Jawab gadis cantik itu.
“Marilah
kita menghadap, baginda Raja Muda. Sepertinya sudah lama menunggu hamba.” Ajak
Kak Kembang. Saat tiba di hadapan Raja Muda, berdesirlah darahnya saat melihat
kecantikan wajah Putri Kuau. Timbul hasratnya untuk menyunting Putri Kuau
menjadi istrinya. Segera dia ingin meminta restu kedua orangtuanya. Maka, tidak
lama kemudian pernikahan keduanya dilangsungkan. Raja Muda dan Putri Kuau hidup
bahagia.
*****
Waktu
berlalu dengan cepat, Raja Muda dan Putri Kuau telah mendapatkan anak dari buah
cinta mereka. Seorang putra yang gagah perkasa dan tampan wajahnya. Keduanya
sangat bahagia dan saling menyayangi. Suatu sore, keduanya sedang bersantai di
taman bunga disekitar istana. Raja Muda bersandar di pangkuan istri tercinta,
Putri Kuau. Entah mengapa Raja Muda teringat syair lagu burung kuau saat dia
hendak menangkap burung Kuau di bawah pohon kelapa gading, di tepian pantai.
Syair
lagu burung kuau yang sangat indah, sehingga Raja Muda ingin sekali mendengar
syair lagu burung Kuau. Waktu itu, saat mendengar lagu Kuau Raja Muda terlena
karena merdunya. “Wahai Dinda, ingin hati saya mendengar suara merdu dinda.
Nyanyikanlah untuk Kanda lagu burung Kuau yang indah itu. Seperti nyanyian
Kakak Kuau, diatas pohon kelapa gading.” Pinta Raja Muda.
“Aduhai
Kanda, jangan Kanda meminta menyanyikan lagu Kuau itu, membuat hati Dinda
menjadi sedih tidak tertahan. Lagi pula, nanti Kanda menyesal.” Jawab Putri
Kuau. “Jangan Dinda takut, putra kita sudah menjadi pengikat cinta, cahaya
mata.” Balas Raja Muda.
Kemudian
Raja Muda kembali berkata. “Nyanyilah dinda, aduhai sayang ingin kanda
mendengarkannya. “Tidak usalah dinda nyanyikan, berdiri bulu roma dinda, besok
kanda menyesal.” Jawab Putri Kuau dengan berat hati. Akhirnya, karena desakan
Raja Muda dengan berat hati Putri Kuau menyanyilan lagu kuau.
Kuau...Kuau
kuanjang kata kakakku.
Jangan
kautiti batang si lumbung padi.
Kuau...kuanjang
adalah batang baru menjadi.
Kalau
air dalam, ada tikasnya.
Kalau
batang, ada tunggulnya.
Itulah
batang si lumbung padi.
Itulah
batang baru menjadi.
Kuau...Kuau.
Selesai
Putri Kuau bernyanyi, tapi Raja Muda meminta untuk bernyanyi lagi. Raja Muda
begitu menyukai alunan merdu lagu burung kuau. “Dinda, nyanyikan lagi.” Pinta
Raja Muda. “Sudah Kanda, nanti Kakanda menyesal.” Jawab Putri Kuau.
“Adinda,
mengapa adinda bernyanyi saja tidak mau.” Dengan berat hati, Putri Kuau
bernyanyi dengan merdunya. Semakin lama semakin asik bernyanyinya. Sampai Raja
Muda tertidur dibuai kemerduan suara nyanyian istrinya.
Tapi
Putri Kuau tidak mau lagi berhenti bernyanyi. Suaranya semakin keras dan
bernyanyi terus menerus. Bulu roma pendengar berdiri karena merdunya. Begitu
juga bulu roma Putri Kuau. Tapi anehnya bulu roma putri kuau selai berdiri juga
tumbuh dan tumbuh. Semakin lebat dan lebat lalu membalut seluruh tubuhnya.
Putri Kuau kini berubah wujud kembali menjadi burung kuau.
“Duhai
kakanda, bangunlah sayang, dinda hendak pergi pulang ke kayangan, tinggalah
kakanda, tinggalah sayang. Jagalah baik-baik putra kita yang tersayang.” Kata
Putri Kuau yang sudah berubah wujud menjadi seperti semulah. Hinggap diatas
pohon jambu di halaman istana.
“Jangan,
dinda. Jangan tinggalkan kanda, maafkan kanda.” Teriak Raja Muda penuh rasa
penyesalan. Kemudian dia tebang pohon jambu sampai roboh. Putri Burung Kuau
terbang ke atas pohon langsat yang lebih tinggi. Kemudian Raja Muda juga
menebang pohon langsat sampai roboh.
Putri
Burung Kuau kembali terbang ke atas pohon durian besar di belakang istana.
Kembali Raja Muda menebang pohon durian sampai roboh. Kembali burung kuau
terbang ke pohon di hutan. Raja Muda terus menebang pohon-pohon dimana Putri
Burung Kuau hinggap.
Namun apa daya, semua sudah terjadi. Putri Burung Kuau yang telah berubah ke wujud aslinya terus pergi. Sekarang Putri Burung Kuau terbang kembali ke alamnya, dan tinggal di kayangan. Raja Muda menangis meraung-raung. Lalu tinggal penyesalan di dalam kehidupan Raja Muda yang keras kepala.
Rewrite.
Tim Apero Fublic.
Editor.
Desti, S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
29 November 2020.
Sumeber:
Informan Tengku Subang, lahir di Perbaungan tahun 1899, beragama Islam, Melayu
Langkat, jenis kelamin perempuan. Masindan, Dkk. Sastra Lisan Melayu Langkat.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment