Hikayat Tuan Guru
APERO FUBLIC.- Cerita ini, mengisahkan seorang ulama yang mengajar pada suatu desa, Tuan Guru. Dia mempunyai tiga orang istri yang rukun satu sama lain. Sebagai seorang guru, tentu banyak petuah yang diberikannya pada murid-muridnya. Petua-petua itu diantaranya agar selalu rajin bersedekah dan berbuat baik. Semua muridnya menerima dan mengamalkan dengan baik semua yang dia sampaikan.
Suatu
waktu, ketiga istri Tuan Guru membicarakan ahlak suami mereka, Tuan Guru.
Mereka menunjukkan keheranannya atas sikap Tuan Guru yang selalu menganjurkan bersedekah.
Sementara itu, Tuan Guru hidup makmur atas sedekah murid-muridnya. Sedangkan
Tuan Guru sebaliknya, kikir dari mengeluarkan sedekah.
Andaikan
dia bersedekah, dia menyedekahkan barang yang sudah tidak terpakai. Melihat
kenyataan itu, ketiga istrinya merasa ragu atas kepahaman suami mereka pada
ilmu agama. Karena, perbuatan Tuan Guru tidak sesuai dengan apa yang dia
ajarkan.
Bersepakatlah
ketiga istri Tuan Guru menguji Tuan Guru dengan ajaran yang sudah pernah
disampaikannya. Sekaligus memberikan pelajaran pada suami mereka. Lalu mereka
menguji Tuan Guru dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan itu bergilir saat Tuan
Guru mendatangi mereka bergilir.
Seperti
yang direncanakan, tibalah waktunya Tuan Guru mendatangi istrinya yang pertama.
Sebelum Tuan Guru tidur dengan istrinya, dia mengajukan syarat. Yaitu harus
menjawab pertanyaan dari istri pertamanya.
Kalau
tidak dapat menjawab, maka dia tidak boleh tidur dirumah istri pertamanya. “Boleh
masuk, tetapi tidak boleh keluar?.” Itulah pertanyaan istri pertamanya. Karena
Tuan Guru tidak dapat menjawab maka dia pergi ke rumah istri keduanya.
Akan
tetapi istri keduanya juga mengajukan syarat, kalau Tuan Guru mau tidur
dirumahnya. Pertanyaan hampir sama seperti pertanyaan istri pertama, hanya
berubah sedikit. “Boleh keluar tetapi tidak boleh masuk?.” Tuan Guru ternyata
juga tidak dapat menjawab pertanyaan dari istri keduanya.
Tuan
Guru terpaksa pergi lagi, sekarang dia menuju rumah istrinya yang ke tiga. Istri
ketiga Tuan Guru juga mengajukan syarat. Kalau dia ingin tidur di rumahnya,
maka harus menjawab pertanyaan. Kalau tidak bisa menjawab, maka tidak boleh
tidur. “Tidak boleh masuk dan tidak boleh keluar.” Pertanyaan istrinya yang
ketiga juga tidak dapat Tuan Guru jawab.
Apabila
Tuan Guru tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Betullah dugaan mereka kalau
suaminya tidak mengerti apa yang dia ajarkan. Sesungguhnya, pertanyaan mereka
tentang ajaran agama Islam. pertanyaan istri pertama, “Boleh masuk, tapi tidak
boleh keluar” jawabannya adalah menanyakan tentang hal air wuduh yang boleh mereka minum berati masuk tetapi
tidak boleh keluar, seperti buang air besar dan buang angin.
Pertanyaan
istri kedua tentang puasa. “boleh keluar tapi tidak boleh masuk” bermakna
tentang puasa yang boleh masuk saat sahur dan tidak boleh makan saat
menjalankan puasa. Begitu juga dengan pertanyaan istri ketiga. “Tidak boleh
masuk dan tidak boleh keluar” bermakna orang yang sedang berpuasa lalu
mengerjakan salat, tidak boleh makan dan tidak boleh kentut (kentut bermakna
keluar, makan berarti masuk).
Hikmah
dari cerita ini, seorang guru jangan hanya menyampaikan teks yang dia pelajari
atau hanya mengajarkan tetapi tidak tahu maknanya. Sekaligus tidak mengamalkan
apa yang dia ajarkan pada orang lain.
Kalau mengajarkan tentang sedekah, sepatutnya terlebih dahulu mengamalkan. Saat Tuan Guru bertanya pada ketiga istrinya jawaban pertanyaan. Barulah sadar Tuan Guru atas kekeliruan dirinya. Selama ini merasa begitu hebat sebagai seorang guru. Tapi ternyata dia telah lalai dan khilaf.
Post a Comment