Masjid Raya Abdul Kadim: Kemegahan Arsitektur Islam Indonesia
Namun
sayang masjid tersebut telah dipugar oleh orang-orang yang tidak mengenal nilai
kebudayaan dan arsitektur tradisional. Sehingga menghilangkan nilai-nilai
budaya dan keaslian masjid.
Sekarang
kita hanya dapat melihat bagian atas atap yang masih berbentuk asli. Atap
tradisional asli Sumatera Selatan dikenal dengan Atap Mustaka Tipologi Sumatera
Selatan. Atap tersebut dapat dilihat pada atap masjid Agung Palembang. Dari
atap Masjid Agung Palembang semasa Kesultanan Palembang Darussalam menyebar ke
seluruh Sumatera Selatan dan Bangka Belitung.
Sekarang
kita akan mengulas masjid baru dibangaun dengan gaya modern. Beratap kubah
tipologi Kubah Bawang aliran Asia Selatan dan Iran. Dari segi arsitektur
mengadopsi pola arsitektur klasik Islam
dan modern Islam, Masjid Raya Abdul Kadim.
Kepala
Desa Epil, Armedi, memanggilnya dengan sebutan Anak Perantau Pengingat Kampung
Halaman. Dialah Prof. H Abdul Kadim, putra asli Desa Epil, Kecamatan Lais,
inisiator pendiri masjid terindah dan termegah di Musi Banyuasin.
Armedi
menuturkan, H. Abdul Kadim dulunya adalah orang yang sederhana, namun berkat
kerja keras dan kecerdasannya dia bisa menjadi orang sukses diperantauan.
Masjid
Raya Abdul Kadim mulanya dibangun pada awal tahun 2018 dengan motivasi untuk
mengajak ke jalan ibadah dan membanggakan Desa Epil, Kecamatan Lais, Musi
Banyuasin. Sebelum membangun masjid ini terlebih dahulu telah diadakan
musyawarah keluarga, para tokoh masyarakat, dan juga meminta petunjuk dengan
para tokoh-tokoh agama.
Masjid
ini berdiri di atas tanah seluas 1,1 Hektare dan di sisi samping ada jembatan
yang melintasi kolam serta sedang dibangun juga tempat cinderamata oleh-oleh
khas Musi Banyuasin.
Dilihat
dari bentuknya, masjid ini memakai konsep arsitektur bangunan masjid-masjid
Asia Selatan. Konsep tajmahal dilihat pada sisi hiasan menara di setiap sudut bangunan.
Penggunaan kubah tipologi Kubah Bawang yang digunakan pada bangunan Islam tersebar
di Asia Selatan, dan Asia Tengah. Sementara pintu masjid memakai konsep Masjid
Nabawi.
Hermanto
atau biasa dipanggil Tok, adik kandung H. Abdul Kadim menceritakan bahwa proses
pembangunan masjid ini sudah hampir selesai. Insya Allah perkiraan bulan Maret
tahun 2021 masjid ini akan diresmikan dan sudah bisa dipakai untuk ibadah.
Salah
satu keunikan pada masjid ini terdapat pada kursi besar berkaki tiga, yang
dibuat seperti Broken Chair yang ada di Place des Nations,
Jenewa. Adapun filosofi kursi ini melambangkan tentang siklus kehidupan dalam
mengejar kekuasaan dan kakinya patah satu mempunyai penafsiran sesuai dengan
ekspektasi kita, yang bisa juga diterjemahkan kekuasaan tanpa diimbangi dengan
ketakwaan akan kehilangan satu kaki yang membuat kita jatuh.
Terakhir, Hermanto mengungkapkan, "Kita berharap, masjid ini dapat meningkatkan semangat masyarakat untuk beribadah, memberikan kebanggaan pada warga Desa Epil khususnya dan umat muslim umumnya, serta tidak menutup kemungkinan kedepannya masjid ini juga dapat menjadi salah satu alternatif destinasi wisata religi yang memberikan manfaat perekonomian bagi masyarakat sekitar. Wallahualam Bissawab." (HS).
Editor.
Desti, S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Musi
Banyuasin, 8 November 2020.
Sy.
Apero Fublic
Buat saya informasi ini kekurangan gambar. Seperti atap masjid agung kota Palembang.
ReplyDelete