Mengenal: Babad Jawi Kartasura jilid 4
Kesultanan
Mataram dibagi menjadi dua wilayah kekuasaan yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Masa ini terjadi kemunduran politik di Tanah Jawa akibat aneksasi Belanda dan
perebutan kekuasaan antara bangsawan di Kesultanan Mataram.
Dalam
jilid 4 menceritakan kelicikan Belanda mempengaruhi Pangeran Purbaya. Agar
bersedia bekerja sama dengan Kompeni (VOC). Belanda berjanji akan memberikan
keuntungan yang diperoleh Kompeni sebanyak dua ribu real tiap tahun. Pangeran
Purbaya juga tidak perlu menghadap ke Kartasura setiap tahun. Apabila Pangeran
Purbaya dapat menghentikan perperangan di daerah-daerah.
Pangeran
Purbaya meminta agar Natapura dan Herucakra diberikan pengampunan setelah
perang dihentikan. Begitu juga dengan nata negara apabila bersedia berdamai.
Namun kebiasaan orang Kafir tetap sama. Janji hanyalah bualan kosong dan tidak
ada artinya. Begitulah cara-cara Kafir Belanda dalam memperdaya orang Islam
yang menganggap janji adalah hutang.
Setelah
perang berhenti dan keadaan terkendali oleh Belanda. Natapura, Herucakra dan
Natanegara tetap ditangkap Belanda. Mereka ada yang dibuang di Serandil dan
Afrika. Sedangkan Pangeran Purbaya dipenjara di Batavia (Jakarta) sampai
meninggal. Jenazah kemudian diminta keluarga dan dikebumikan di Kartasura.
Sunan (pemimpin Kartasura) yang baru meminta agar keluarga Sunan Mangkurat Mas yang dibuang ke Cylon dikembalikan Belanda. Karena mereka dahulu membawa pusaka istana dahulunya. Belanda mengabulkan permintaan Sunan. Namun Belanda kembali mengambil kesempatan meminta agar membayar utang-utang dan biaya-biaya yang pernah dikeluarkan Belanda.
Serta pengembalian biaya pengamanan daerah atas permintaan Sultan Jawa. Kisah dalam Naskah Babad Jawi Kartasura 4 menceritakan semasa bertahtahnya Sunan Mangkubuwono ke II. Berikut cuplikan naskah Babad Jawi Kartasura jilid 4.
50.SINOM
1.Dyan
Suradilaga mojar.
Adhi
Tohjaya Ngabehi.
Bilih
makaten kang rembag.
Kawula
matur rumiyin.
Mring
kakang Surapati.
Andadosaken
pirembug.
Bok
lajeng kauningan.
Maring
Jeng Purubayadi.
Kang
supadya menis sambung rapotira.
2.Ananging
andika datan.
Kawula
bekta umarsi.
Yen
dados kejoting manah.
Ira
kakang Surapati.
Yogi
tuwan ngentosi.
Wonten
ingriki rumuhun.
Dene
kang kula bekta.
Amung
berana pakirim.
Ki
Tohjaya Ngabehi sarowngira.
3.Pra
samya sikap gagaman.
Barengos
sakepel sisih.
Anjembrung
netra gumilar.
Ulatnya
ringas mawengis.
Rarasan
ting kalesik.
Ting
galibet tingkahipun.
Rowangira
Tohjaya.
Pra
samya maras kang ati.
Saya
dangu gumeter atinya biyas.
..........................
Naskah Babad Jawi Kartasura 4 dialihaksarakan oleh Ny. Sri Soeharini dari aksara Jawa ke aksara Latin. Diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, tahun 1987. Dalam jilid 4 ini, terdiri dari 84 bait.
Setiap bait terdiri dari tujuh, sembilan, sepuluh baris.
Buku alihaksara ini setebal 91 halaman, ditambah kata pengantar, daftar isi, ringkasan
cerita. Terdapat empat pupuh yaitu sinom, dhandhanggula, asmaradana dan sinom.
Alih aksara tidak disertai alih bahasa. Sehingga bagi Anda yang ingin membahas naskah Babad Jawi Kartasura 4 pada bagian penterjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Dapat pada tingkatan skripsi, teisis dan disertasi. Semoga informasi dunia kesastraan klasik Indonesia ini bermanfaat bagi kita semua.
Oleh.
Tim Apero Fublic.
Editor.
Desti, S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
3 November 2020.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment