Mengenal Pahlawan Nasional: CUT NYAK DIN
Di
bagian timur wilayah tersebut terdapat Kampung Bitae dan Lamjamu serta
berbatasan dengan Meuraksa. Sebelah selatan dan barat daerah tersebut dipagari oleh
Pegunungan Ngalau Ngarai Beradin.
Di
dekat pantai terdapat Kampung Lamtengah, tanah kelahiran penyair Aceh Dulkarim
atau Abdul Karim. Di kampung Lampagar terdapat makam Sultan Sulaiman dan Lamtah
yang dihancurkan oleh Belanda saat menyerang daerah itu pada tahun 1875 Masehi.
Cut Nyak Din lahir sekitar tahun 1850 Masehi.
Ayah beliau bernama Nanta Muda Seutia seorang Uleebalang wilayah Mukim IV.
Nanta Muda Seutia masih ada keturunan dari Makhdum Sati seorang perantau dari
Melayu Minangkabau ke Melayu Aceh. Ibunya keturunan Bangsawan terpandang dari
Kampung Lampagar. Perantauan tersebut karena pada abad ke-17 kekuasaan
Kesultanan Aceh sudah sampai di sebagian wilayah Sumatera Barat.
Cut
Nyak Din lahir pada masa perang saudara antara masyarakyat Mukim IV dan
masyarakat Meuraksa. Sampai Cut Nyak Din dewasa pertikaian dua saudara antara
Mukim IV dan Meuraksa masih terus terjadi. Permasalahan kedua kawasan itu
bermula saat sahabat ayah Cut Nyak Din, Haji Said tewas ditikam oleh seorang
pemuda kurang waras dari Meuraksa. Sehingga pecah perang yang berkelanjutan.
Cut
Nyak Dien tumbuh menjadi gadis yang cantik wajahnya dan akhlaknya. Mendapat
didikan yang baik ditengah keluarga bangsawan. Serta menguasai ilmu-ilmu agama
Islam, terutama dapat membaca Al-Quran dan menulis dengan aksara Arab. Karena
itu, Cut Nyak Dien menjadi gadis yang paling disenangi oleh pemuda-pemuda.
Oleh
karena itu, banyak datang lamaran untuk Cut Nyak Din. Dari sekian banyak
lamaran, yang diterima oleh ayah Cut Nyak Din adalah lamaran dari Teuku Cik
Ibrahim Lamnga. Anak dari Teuku Abbas dari Ujung Aron. Teuku Abbas adalah
seorang Uleebalang yang gagah menguasai
daerah Pantai Utara. Menerima kedudukan langsung dari Sultan Aceh. Teuku Abbas
juga sekutu dari Ayah Cut Nyak Din saat menghadapi Meuraksa. Karena Cut Nyak
Din belum cukup umur maka keduanya kawin gantung terlebih dahulu. Pada umur 12
tahun Cut Nyak Din dinikahkan dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga.
Masa
berikutnya perang Aceh meletus pada tahun 1873. Serang Belanda telah merebut
istanah Kesultanan Aceh. Membuat bangkit seluruh rakyat Melayu Aceh bersatu
pada melawan kekuatan Penjajah Belanda. Para komado selain para ulama, juga
para Uleebalang termasuk ayah Cut Nyak Din. Teuku Ibrahim suami Cut Nyak Din
memimpin perang melawan Belanda di garis depan (jihad fisabilillah).
Karena
wilayah Mukim IV adalah salah satu basis pendukung Kesultanan. Maka Belanda
sangat ingin menguasai dan menundukkan wilayah Mukim IV. Oleh karena itu, pada
28 Desember 1875 Teuku Cik Ibrahim memerintahkan Cut Nyak Din dan masyarakatnya
mengungsi. Di kawal oleh 70 orang pasukan sekaligus pembawa bekal mereka menuju
Mukim VI. Teuku Cik Ibrahim terus menghadapi serangan Belanda.
Selama
perang tersebut pasukan Belanda memusnakan kampung-kampung dengan membakar dan
membantai rakyat tidak berdosa seperti, ibu-ibu, anak-anak dan orang tua.
Kemudian memperkosa apabila menemukan wanita-wanita. Lalu mereka berfoto
diantara tumpukan mayat dengan tersenyum bangga.
Mukim
IV yang sebelumnya telah dikuasai Belanda. Kemudian diserang kembali oleh
pasukan Aceh dipimpin oleh Habib Abdurrahman. Untuk mencegah antisipasi
serangan balasan Belanda. Teuku Cik Ibrahim bersama 200 orang pasukan terlatih
menjaga jalan masuk di Ngalau Ngarai Beradin.
Walau
mendapatkan korban yang sangat banyak, tetapi pasukan Belanda terus maju.
Senapan mesin mereka terus menembaki dan membuat pasukan Teuku Cik Ibrahim
mundur ke perbukitan.
Sementara
itu, Mukim IV kembali direbut Belanda dan Habib Abdurrahman berhasil meloloskan
diri. Dalam keadaan yang tidak menentu itu, keadaan pasukan tidak
terorganisasi. Sehingga berusaha mengabungkan diri kembali ke Habib
Abdurrahman. Dalam perjalanan naik turun gunung dan kelaparan membuat Teuku Cik
Ibrahim dan pasukannya tertidur pulas disebuah hutan.
Tanpa
diketahui sepasukan Belanda telah mengikuti jejak mereka dan mengepung posisi
mereka. Keadaan kacau balau dan akhirnya Teuku Cik Ibrahim Lamnga tertembak
bersama adiknya Teuku Ajat. Karena ingin menyelamatkan adiknya membuat dia
tertembak di kepala.
*****
Kabar
duka sampai ke Cut Nyak Din. Membuat rasa sedih dan tangisan pilu. Anaknya
masih kecil sedangkan ayahnya Nanta Muda Seutia Raja semakin tua. Kemana dia
hendak bergantung dan kemana arah masa depan. Kondisi waktu dalam suasana
perang dan ekonomi sulit. Waktu berlalu, Cut Nyak Din mulai menjalani kehidupan
dengan tabah. Duka pun mulai terkikis waktu.
Teuku
Umar datang berkunjung ke Muntasik tempat kediaman Cut Nyak Din dan
keluarganya. Mendatangi keluarga dan sekaligus mencari tahu dan menimbah ilmu
pada Nanta Muda Seutia pengalaman perjuangan. Teuku Umar kemudian melamar Cut
Nyak Din, dan direstui oleh ayah Cut Nyak Din.
Penjajah
Belanda mendengar berita pernikahan Cut Nyak Din dan Teuku Umar. Uleebalang
Mukim IV yang memihak Belanda menjadi takut dan khawatir. Teuku Umar hanyalah
pemuda biasa yang suka berpetualang.
Pertama
dia menikah dengan Nyak Sopiah anak Uleebalang Geulumpang. Kemudian menikah
lagi dengan Nyak Mahligai anak Panglima Sagi Mukim XXV. Setelah menikah dengan
Cut Nyak Din Teuku Umar semakin terkenal.
Belanda
membangun jalan dari Kotaraja ke Mukim IV. Rakyat diwajibkan bekerja pada
pemerintah. Di Mukim IV Belanda mengangkat Teuku Nek. Ekonomi juga berjalan
dengan baik membuat kehidupan ekonomi meningkat. Namun, rakyat risau karena
Belanda mengangkat Teuku Nek yang tidak disenangi rakyat. Yang hidup seenaknya
dan bertabiat buruk.
Pada
1884 Sultan Muhammad Daud Syah telah dewasa. Dalam bimbingan Tuanku Hasyim
Banta Muda dan Teuku Cik Ditiro. Lalu aktif menjalankan tugas sebagai Sultan
Aceh di Keumala. Kemudian memerintahkan rakyat Aceh untuk kembali melawan
Penjajah Kolonial Belanda.
Waktu
berikutnya dari perjuangan Teuku Umar membuat daerah Mukim IV kembali dikuasai.
Untuk mengelabui Belanda rakyat mengangkat Cut Rayut adik Cut Nyak Din sebagai
Uleebalang Mukim IV. Cut Nyak Din kembali membangun kehidupan rumah tangga di
Lampisang.
Teuku
Umar melakukan manuver cerdas, dimana dia berpura-pura bergabung dipihak
Belanda. Teuku Umar melakukan perang-perangan dengan pasukan pejuang dimana dia
ditugaskan belanda untuk menumpasnya. Sebelum menyerang Teuku Umar memberikan
arahan pada pihak yang akan dia serang, menembak ke atas dan berlari.
Pada
akhir sandiwaranya 29 Maret 1986 Teuku Umar membawa pergi 800 pucuk senjata,
2000 butir peluru, 500 kilogram amunisi, 500 kilogram timah, serta uang 18.000
dollar dari Belanda. Kemudian dia memusatkan kekuatannya di Barat Laut Aceh
Raya. Untuk menghadapi pemberontakan Teuku Umar.
Gubernur
Militer Belanda di Aceh mengirim surat ke Batavia meminta bantuan. Maka dikirim
JA. Veter Panglima Angkatan Darat Hindia Belanda. Pada tanggal 23 Mei 1896
pasukan Belanda di pimpin Van Heutsz dan Van Daalen menyerang daerah Mukim IV
dari empat jurusan.
Dalam
serangan itu, pejuang aceh bertahan dengan mati-matian. Kekalahan teknologi
senjata membuat pasukan Aceh mundur. Teuku Umar dan Cut Nyak Din mengungsi dan
hidup berpindah-pindah tempat.
Dalam
keadaan hidup susah dan kepayahan Teuku Umar meminta Cut Nyak Din untuk tinggal
disuatu tempat yang tidak diketahui musuh. Namun apa kata Cut Nyak Din dengan
berapi-api sambil mengangkat rencong. Rencong senjata tradisional Aceh.
“Hanya
ujung peluru kafir yang dapat menghambat aku. Jangan dirisaukan aku. Aku tidak
bersediah berpisah dengan kau. Aku relah menderita melanjutkan perjuangan yang
suci ini. Saya terima semua ini. Oleh sebab itu harapan saya, teruskanlah
perjuangan ini. Saya tetap setia mendampingimu.” Mendengar itu, Teuku Umar
tidak dapat berkata lagi menjawab perkataan istrinya yang berhati singa.
Pada
tanggal 25 Juli 1989 Teuku Umar diangkat menjadi Panglima Besar Angkatan Perang
Aceh. Di daerah Kade Malu serta surat keputusan dengan Cap Sembilan. Acara
pelantikan Teuku Umar menjadi Panglima Perang Aceh disaksikan oleh para ulama,
para uleebalang. Teuku Umar bertanggung jawab langsung pada Kesultanan, Bangsa
dan Agama Islam.
Teuku
Umar gugur dalam usahanya menyerang kota Meulaboh. Penghianat didalam pasukanya
memberi informasi pada Van Heutsz. Sehingga sebelum mencapai Kota Meulaboh
tepat di Ujung Kala. Pasukan Teuku Umar yang berjumlah 800 orang dicegat
pasukan Belanda.
Teuku
umar gugur terkena tembakan gencar senjata otomatis pasukan Belanda. Teuku Umar
dimakamkan di Desa Mugo. Belanda berusaha mencari jasad Teuku Umar namun tidak
menemukannya. Konon untuk menjaga keamanan jasad teuku Umar jenazah dipindahkan
ke Beutung Atas.
****
Gugurnya
Teuku Umar membuat Cut Nyak Din berduka kedua kalinya. Walau bersedih tapi dia
Cut Nyak Din tidak patah. Justru semakin kuat dan tegak berdiri. Maka dia
kemudian mengambil tongkat komando perjuangan. Di hadapan pasukannya dia
berjanji tidak akan menyerah dan akan terus berjuang sampai dia mati.
Perjuangan
terus berlanjut Cut Nyak Din kemudian menjadi buruan Belanda. Pasukan khusus
Marsose Belanda dimana-mana mengejar. Cut Nyak Din membentuk pasukan gerak cepat
dengan taktik selalu berpindah-pindah. Sehingga pasukan Belanda selalu gagal
menemukan Cut Nyak Din.
Sementara
itu, di daerah lain di Aceh perperangan terus dikobarkan oleh Sultan Muhammad
Daud Syah, Panglima Polim, Tuanku Raja Keumala, dan para uleebalang-ulebalang
lainnya. Belanda dengan Orientalis andalan mereka Snouck Hurgronje dan Van
Heuhsz berbuat tidak satria. Mereka kalah taktik dan kehabisan moral dan akal
sehatnya. Snouck Hurgronje meminta Van Heuhsz menawan keluarga dan anak istri
pejuang Aceh.
Kalau
mereka tidak menyerah maka keluarga, anak dan istri mereka yang dihukum. Maka
banyak pejuang yang menyerahkan diri untuk menebus keluarga mereka. Belanda
menemukan persembunyian istri sultan di Peute Raja daerah Peusangan.
Kemudian
menangkap istri sultan Cut Meurong dan putranya, Tuanku Raja Ibrahim. Setelah
berhasil menangkap anak istri sultan, Belanda mengancam dalam waktu tiga bulan
apabila sultan tidak menyerah. Maka anak dan istrinya yang akan dibuang.
Sultan
dengan pertimbangannya akhirnya menyerahkan diri untuk membebaskan anak
istrinya pada 15 Januari 1903. Kemudian diikuti oleh Panglima Polim, Tuanku
Raja Keumala, para uleebalang dan pejuang lainnya. Belanda berharap perlawanan
rakyat Aceh berhenti dengan menyerahnya Sultan. Namun perkiraan Belanda meleset,
perlawanan rakyat Aceh terus berlangsung.
Sementara
itu, Cut Nyak Din masih tetap berjuang bergerilya. Dia terus menyemangati
pasukan dan rakyat Aceh. Bagaimanapun orang kafir Belanda harus angkat kaki
dari Aceh, katanya. Bertahun-tahun Cut Nyak Din hidup mengembara bersama
pasukannya. Pakaiannya compang-camping dan kadang ditandu atau digendong oleh
pasukannya.
Siang
hari mereka tidak menyalahkan api. Pondok darurat yang dapat dibuat dan
dibongkar dalam waktu cepat. Jejak yang dikamuplase dan penjagaan disekitar
yang ketat dan bergiliran. Perjuangan terus tanpa henti dan membimbing
pasukannnya. Sekarang sudah enam tahun Cut Nyak Din bergerilya di hutan.
Melintasi kaki Bukit Barisan bersama pasukannya.
Seorang
pasukan Cut Nyak Din yang menyayanginya, Pang Laut. Dia merasa kasihan dan
sangat prihatin dengan keadaan Cut Nyak Din. Penderitaan dalam pengembaraan dan
ditambah penyakit tua yaitu rabun dan lemah.
Untuk
menyelamatkan pemimpin yang dia sayangi itu. Pang Laut melakukan kontak dengan pos
Belanda terdekat. Kemudian dia mengirim utusan pada Kapten Veltman komandan
pasukan penjajah Belanda di Meulaboh.
Pang
Laut akan menunjukkan persembunyian Cut Nyak Din. Tapi dengan syarat
keselamatan Cut Nyak Din dijamin. Belanda harus memperlakukannya sebagaimana wanita
terhormat seperti dirinya.
Kapten
Veltman menugaskan Letnan Van Vuuren dan pasukan bersenjata lengkap. Misi
rahasia tidak boleh bocor dan Letnan Van Vuuren berhasil mengepung gubuk Cut
Nyak Din. Saat Cut Nyak Din terjatuh dia berkata dan membuat Letnan Van Vuuren
bergetar. “jangan sentuh tubuh saya, Kafir.”
Cut
Nyak Din dirawat dan disediakan rumah khusus. Penyakit rabun beransur-ansur
sembuh. Terdengar kabar kalau Cut Nyak Din masih hidup. Maka tokoh, rakyat
berdatangan mengunjungi Cut Nyak Din. Dengan banyaknya rakyat Aceh yang
mengalir mengunjungi Cut Nyak Din membuat Penjajah Belanda khawatir sekali.
Takut kalau Cut Nyak Din mengobarkan perang kembali yang sudah mulai padam.
Van
Daalen Gubernur Militer Aceh dan Letnan Van Vuuren berbeda pendapat. Van Daalen
khawatir dan menghindari resiko perang kembali. Van Vuuren menilai kalau Cut
Nyak Din sudah tua dan biarlah tetap hidup ditengah rakyat Aceh.
Letnan
Van Vuuren juga ingat janji dengan Pang Laut agar memperlakukan Cut Nyak Din
dengan baik. Namun atasan lebih berkuasa dan Cut Nyak Din dan pengikutnya
diangkut ke Batavia. Kemudian diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.
Di pengasingan Cut Nyak Din diperlakukan secara terhormat. Namun diperhina secara kebangsaan dan perjuangan. Jiwa terkurung dan hidup terpisah dari saudara dan rakyat. Umur semakin tua, Cut Nyak Din sang Srikandi Bangsa Indonesia akhirnya menghadap kehadirat Allah SWT. Pada 6 November 1908 dia tutup usia.
Oleh.
Tim Apero Fublic
Editor.
Desti, S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
1 November 2020.
Sumber:
Muchtaruddin Ibrahim. Cut Nyak Din. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996. Sumber foto: Pinterest. Foto pasukan penjajah Belanda diatas tumpukan jasad pejuang Aceh.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment