Tinjauan Arkeologis: Perkembangan Arsitektur Masjid di Indonesia
Apero Fublic.- Masjid adalah tempat ibadah umat Islam sekaligus sebagai pusat segala aktivitas dan kebudayaan. Masjid juga dapat menandakan bangkitnya umat Islam pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Terutama pada bidang arsitektur pembangunan masjid.
Pada
masa lalu bangunan masjid di Indonesia hanya dibangun dengan sederhana. Berupa
bangunan beratap limas dan berundak. Di Indonesia terdapat tiga tipologi atap
masjid tradisional. Yaitu, masjid atap berundak, atap tajuk, dan mustaka.
Atap
mustaka juga dibagi tiga, yaitu atap mustaka asli Sumatera Selatan seperti atap
masjid Agung Palembang dan Masjid Agung Sekayu. Atap mustaka tipologi Pulau
Jawa sampai NTB. Atap mustaka tipologi Kalimantan sampai ke Sulawesi.
Pada
masa kemerdekaan muncul arsitektur dua pengaruh arsitektur atap masjid,
berkubah. Kubah bawang pengaruh dari Asia Barat, Asia Selatan dan Asia Tengah.
Kemudian kubah setengah lingkaran pengaruh Turki seperti masjdi Hagia Shopia.
Berikut ini, kita akan mengupas masjid terindah di Kabupaten Musi Banyuasin. Sebuah masjid yang dibangun dengan menggunakan arsitektur gaya Asia Barat dan Selatan. Kubah beraliran kubah Asia Barat-Asia Selatan atau kubah Bawang. Kemudian ada hiasan berupa menara diempat sudut bangunan. Mengisyaratkan sebagai empat menara pada bangunan-bangunan dinasti-dinasti Islam Asia Barat.
Transisi
Arsitektur Masjid di Indonesia
Transisi
arsitektur masjid di Indonesia begitu terlihat jelas sekali. Di bawa tahun
2000-an masjid di Indonesia masih dominan atap tradisional dan atap semi
tradisional. Atap tradisional adalah atap masjid yang masih berbentuk
arsitektur asli dan berbahan masih asli. Masjid ini biasanya masjid yang
dibangun sebelum kemerdekaan atau dibawah tahun 1960-an.
Sedangkan
masjid semi tradisional adalah masjid yang berbahan industri tapi dengan konsep
tradisional. Begitu juga arsitekturnya hanya sebatas tiruan semata pada masjid
tradisional. Seperti bentuk atap yang bertingkat-tingkat. Masjid semi tradisional
berkembang saat Orde Baru.
Karena
terbentuknya Yayasan Pancasila yang menyarankan membangun masjid dengan meniru
tipologi atap tradisional Indonesia. Apabila mengikuti saran, maka akan diberikan
bantuan dana. Tapi kalau bentuk lain tidak mendapat dukungan, apalagi bentuk
atap masjid berkubah.
Masa
Orde Baru berakhir dimana demokrasi meningkat. Umat Islam dapat berekspresi dengan
baik. Sehingga pembangunan masjid juga ikut berubah. Pengaruh kubah yang paling
dominan menggantikan atap masjid semi tradisional.
Berkembangnya
industri kubah dan menipisnya ketersediaan kayu. Menjadi dorongan kuat untuk
pemugaran masjid-masjid semi tradisional menjadi masjid berkubah modern. Selain
demokratis, alasan pemugaran juga berkaitan dengan lapuknya material yang
terbuat dari kayu.
Tidak
ketinggalan nilai-nilai estetika (keindahan) dan meningkatnya ekonomi umat Islam
juga menjadi faktor penting dalam perkembangan bangunan masjid-masjid di
Indonesia. Pada sektor ilmu pengetahuan munculnya para arsitek dan pengaruh
komunikasi yang luas di dunia.
Diantara
pengaruh komunikasi yang kuat seperti pengaruh saat umat Islam berangkat haji.
Berkunjung ke wilayah muslim di luar negeri. Kemudian komunikasi teknologi
seperti berkembangnya teknologi internet dan visual digital. Sehingga umat
Islam di Indonesia dapat dengan mudah melihat, meniru, mempelajari arsitektur
Islam dikawasan lain di dunia.
Di
Indonesia masjid berkubah pertama adalah masjid Sultan Riau. Masjid berkubah
tertua di Indonesia. Masa awal kemerdekaan saat Presiden Soekarno berkunjung ke
Turki. Beliau melihat masjid-masjid di Turki yang megah dengan kubah tunggal
tipologi kubah setengah lingkaran, seperti Masjid Hagia Sofia, Masjid Biru dan
lainnya.
Pengalaman
visual Presiden Soekarno dituangkan saat membangun Masjid Istiqlal di Jakarta.
Selain itu, pengaruh bentuk kuba juga masuk dari Asia Selatan dan Asia Barat.
Sehingga di Indonesia terdapat dua pengaruh kubah. Yaitu, kuba aliran Turki dan
kubah aliran Asia Selatan dan Asia Barat.
Sistem
kubah tunggal ditengah, dengan hiasan kubah di empat sudut bangunan masjid.
Bentuk visual masjid-masjid Asia Selatan dan Asia Barat. Sedangkan masjid
dengan kubah tunggal besar. Adalah bentuk aliran arsitektur dan kubah dari
Turki.
Tinjauan
Bangunan Masjid Indonesia
Salah
satu banguan arsitektur masjid yang masuk dalam kategori pengaruh Asia Selatan
dan Asia Barat adalah Masjid Raya Abdul Kadim, di Desa Epil, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Masjid
Raya Abdul Kadim menggunakan kubah aliran Asia Barat dan Asia Selatan. Kubah
bentuk bawang banyak terdapat di kawasan tersebut dan digunakan pada bangunan
Islam, diantaranya tajmahal.
Perkembangan
arsitektur masjid akan memberikan sumbangan pada perkembangan peradaban Islam.
Sebab masjid selain menjadi tempat ibadah juga menjadi monumen peradaban dan
sejarah Islam di suatu tempat atau di suatu kawasan. Orang-orang akan dapat
mempelajari bangunan masjid yang menyimpan pengaruh visual pada zamannya.
Dokuman
arkeologis masjid dapat menyimpan cerita zaman. Mulai dari politik yang
mempengaruhi zaman dibangunnya masjid tersebut. Industri dan kesejahteraan umat
Islam pada masa itu. Kemampuan berpikir dan pengaruh-pengaruh asing yang
mewarnai bangunan masjid.
Semoga perkembangan arsitektur Islam bukan hanya pada bangunan masjid. Tapi juga pada bangunan-bangunan lainnya, seperti pada banguanan pendidikan dan pemerintahan. Begitu juga pada bangunan tempat tinggal yang mengangkat konsep-konsep Islami.
Oleh.
Joni Apero
Editor.
Selita, S.Pd.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
8 November 2020.
Foto:
HS.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment