Hikayat Lebai Meon
Apero Fublic.- Seratus tahun yang lalu, hiduplah seorang bernama Lebai Meon. Lebai Meon adalah orang kaya yang banyak uang. Tapi Lebai Meon tidak pernah pergi jauh dari desanya. Pada suatu hari, Lebai Meon ingin pergi ke kota. Dia mengajak anak-anak dan istrinya.
Oleh karena itu, diapun menyewa mobil seorang pedagang
Cina kenalannya, Cuat Hin. keluarga Lebai Meon pergi ke kota. Seumur hidup mereka baru sekali itulah
menuju kota. Sehingga mereka tidak mengetahui apa-apa dan merasa aneh. Sebab
kehidupan mereka penuh dengan kepolosan dan pemikiran tidak terbuka dengan
hal-hal baru. Lebai Meon membawa uang di dalam peti besi untuk berbelanja.
Mereka
memasuki kota dan turun dari mobil. Sopir dan mobil menunggu di parkiran
terminal. Mereka satu keluarga berjalan-jalan menuju tempat berbelanja. Saat
berjalan mereka melintasi sebuah bangunan. Di halaman depan gedung terdapat
patung burung garuda yang besar dengan bentuk siap terbang. Sayap patung burung
garuda otomatis dengan gerakan seakan hendak terbang.
“Oh
istriku, anak-anaku lihat burung raksasa itu mau terbang. Lariiiiii.... jangan
sampai ada yang disambarnya.” Teriak Lebai Meon memperingati anak dan istrinya
dan mereka pun berlari kencang menjauh. Setelah itu, mereka berjalan
berpegangan saling menjaga, terutama saat menyemberang jalan raya.
Mereka
akhirnya sampai di sebuah toko roti. Penjual roti, untuk menarik pembeli dia
membentuk potongan rotinya seperti bentuk bermacam hewan. Ada potongan roti
yang berbentuk siput, beruang, boneka, dan lainnya. Melihat bentuk roti demikian
merasa heranlah mereka satu keluarga.
“Ayah,
lihat ada siput dibuat roti. Ternyata orang kota membuat roti dari siput.” Kata
salah seorang anak Lebai Meon. Karena belum pernah makan roti dari hewan, maka
mereka membeli roti-roti itu. Merasa aneh, sebab roti tidak jauh beda dengan
roti biasa hanya bentuk saja yang berbeda. Orang di kota hebat dapat membuat
roti dari jenis-jenis hewan, itulah pendapat mereka.
Sekarang
mereka satu keluarga tiba di toko kain, milik pedagang seorang keturunan Arab.
“Mau kain apa Tengku, silakan ambil saja.” Kata si pedagang. Mendengar itu,
Lebai Meon dan anak-istrinya merasa heran. Alangkah baiknya pedagang itu
pikirnya, dan mereka tanpa pikir panjang mengambil kain sesuka hatinya
masing-masing. Setelah itu mereka mengucap terimakasih dan beranjak pergi.
Pedagang itu merasa heran dan meminta bayaran.
“Tengku,
belum dibayar?.” Kata pedagang itu. Lebai Meon merasa heran dan dirinya mau
marah tapi dia tahan. Anak istri Lebai Meon juga menggerutuk benci. Ternyata
orang berdagang di kota menggunakan cara-cara menjebak. Padahal jelas-jelas
pedagang berkata, ambil saja apa yang mereka mau. Lebai Meon tersinggung,
kemudian dia membayar dan kecil baginya membayar kain.
Mereka
melanjutkan jalan-jalannya, dan sampai di Kebun Binatang. Mereka terkejut
sekali, ternyata di kota hidup juga hewan-hewan. Mereka melihat berbagai jenis
binatang dan terheran-heran di kota yang ramai banyak binatang hidup tenang dan
ada rumah-rumah serta tempat-tempat sendiri. Lebai Meon dan keluarga merasa sangat
heran dan tidak habis pikir.
Dari
jauh mereka kemudian melihat asap membumbung tinggi. Lebai Meon dan keluarganya
memandang keheranan. Ternyata di kota ada juga gunung apa aktif. Karena itu,
Lebai Meon menduga kalau tidak lama lagi akan kiamat. Dimana gunung berapi
telah muncul di kota-kota. Untuk menjawab penasarannya mereka sekeluarga pergi
berjalan menuju gunung api itu.
Sesungguhnya
yang mereka lihat adalah cerobong pabrik tidak jauh dari pasar sayur. Saat
mereka tiba di pasar sayur, pandangan mereka telah terhalangi oleh
gedung-gedung disekitar pasar. Sehingga tidak lagi dapat melihat kepulan asap
yang menghitam itu. Kemudian mereka berbelanja dan membeli sayur mayur. Dan
mereka tidak mengerti kemana hilangnya gunung api aktif itu.
Hari
sudah soreh dan mereka mulai letih. Belanja sudah banyak dan Lebai Meon juga
capek menggendong peti besi wadah uangnya. Mereka juga khawatir kalau-kalau
nanti disambar burung garuda yang mereka jumpai tadi. Khawatir juga kalau
gunung api akan meletus dan mereka akan mati. Maka mereka segerah pulang dengan
muatan yang banyak sekali di mobil sewaan.
Mereka
pulang, di perjalanan mereka melihat pedagang rambutan. Saat mereka mencicipnya
ternyata rasanya lebih enak dari rambutan di desanya. Lebai Meon bertanya
dimana batang rambutan itu. Pedagang itu, lalu menunjukkan kebun rambutannya.
Tampak kebun rambutan berbaris rapi dan teratur. Oleh karena itu, Lebia Meon
ingin membeli dua batang pohon rambutan untuk di tanam di desanya.
Pedagang
rambutan awalnya keberatan karena tidak menjual batang pohon rambutannya. Tapi
karena Lebai Meon mau membeli dengan harga mahal, maka dia mau menjualnya. Dengan
susa paya mereka membongkar pohon rambutan itu. Setelah terbongkar beserta
akar-akarnya, lalu dimuat diatas mobil sewaan mereka. Tampak begitu banyak
muatan mobil ditambah dengan dua batang pohon rambutan utuh itu.
Perjalanan
pulang dilanjutkan dan mereka tiba di desanya saat matahari sudah pagi. Mereka
tidak istirahat, dan terus berjalan sepanjang malam. Memang jauh letak desa
Lebai Meon dari kota. Saat tiba di desanya, orang-orang desa berkerumun melihat
lebai meon. Semua bertanya tentang kota, sebab baru Lebai Meon dan keluarganya
yang datang ke kota.
Lebai Meon menceritakan semua pengalamannya di kota. Mulai dari adanya burung garuda raksasa, roti dari hewan, pedagang yang menjebak, dan gunung api aktif yang siap meletus. Selain itu, di kota ada juga kumpulan hewan, bahkan harimau juga ada. Sehingga dia berpesan kalau ke kota harus hati-hati. Kalau tidak akan tertipu seperti dirinya oleh pedangan kain. Atau hampir disambar burung garuda raksasa.
Post a Comment