Mengenal Bubu Kerajinan Masyarakat Sungai Keruh
Apero
Fublic.-
Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang
didapat oleh manusia dengan cara belajar. Kebudayaan terwujud dalam tiga bagian, yaitu
wujud aktivitas, wujud ide atau gagasan dan wujud benda. Kalau masyarakat awam biasanya mengartikan kebudaan hanya sebatas adat istiadat atau benda klasik.
Sehingga banyak yang meremehkan para sarjana kebudayaan.
Berikut ini, hasil kebudayaan masyarakat di Kecamatan Sungai Keruh atau kawasan Dataran Negeri Bukit Pendape, Musi Banyuasin. Berupa hasil kebudayaan jenis anyaman yang unik, bubu. Bubu atau alat tangkap ikan tradisional berupa perangkap terbuat dari bambu.
Bubu sangat baik digunakan untuk menangkap ikan. Selain ramah
lingkungan, bubu juga dapat menangkap ikan cukup banyak. Bahkan kadang apabila
musim ikan mudik ke hulu. Ikan Mudik adalah istilah penyebutan masyarakat saat musim migrasi ikan menyebar ke sumber-sumber air. Sehingga hasil tangkapan bubu sangat berlimpa.
Banyak
sekali jenis-jenis bubu di kawasan Indonesia atau Asia Tenggara. Namun bentuk
bubu yang paling baik dan indah adalah hasil kerajinan masyarakat di Kecamatan
Sungai Keruh, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Terdapat beberapa
jenis bubu yang sering masyarakat buat. Dengan fungsi yang sesuai kondisi air
dan kedalaman sungai.
Pertama, bubu beno yaitu bubu dengan bentuk lentik tengah dan melancip pada ujungnya. Terbuat dari bila-bila bambu yang dihaluskan seperti lidi panjang. Bila bambu kemudian dijalin pada lingkaran terbust dari tumbuhan jenis akar atau rotan.
Lingkaran dibuat sesuai dengan berbagai ukuran, membentuk bubu. Bulatan anyaman bila bambu kemudian di pasang injap di tengah dan muara bubu. Ujung bubu dibuat penutup. Resam, jenis tumbuhan merambat yang digunakan untuk menjalin kerangka bubu. Resam digunakan karena tahan lama walau terendam di dalam air dalam waktu lama.
Injap
adalah anyaman bilah bambu yang mengerucut dengan kelenturan tertentu. Sehingga
saat ikan masuk dapat menyela pada injap tersebut. Setelah ikan masuk injap merapat kembali. Ujung injap merapat dan lancip membuat ikan tertipu. Injap seolah-olah dinding runcing
sehingga ikan tidak mengetahui jalan keluar. Bagian muara juga dipasang injap. Begitulah cara kerja sederhana bubu yang sangat baik dalam menjebak
ikan.
Kedua, adalah bubu batang. Dinamakan bubu batang, karena bentuknya
bulat seperti gelondongan pohon. Mirip bentuk batang kayu. Ketiga adalah bubu palupu. Dinamakan bubu palupu karena dindingnya terbuat dari palupu atau batang bambu yang dipecahkan. Bubu palupu lebih
kecil ukurannya dari bubu beno dan bubu batang. Berbentuk bulat seperti
gelondongan kayu kecil.
Cara pemasangan bubu beno dan bubu batang dengan cara membuat pepa bubu. Pepa bubu nama tempat memasang bubu yang dibuat dari kayu. Berbentuk seperti pagar halaman melintang di badan sungai. Dari tebing ke tebing sungai. Pepa bubu ditutupi dengan daun dan rerantingan pohon.
Arus sungai bermanfaat untuk mendorong rerantingan
dan daun menjadi menempel pada kerangka pepa bubu. Air masih dapat melewati
selah-selah daun tetapi menutup jalan lewat ikan-ikan. Pada bagian-bagian badan
pepa bubu dipasang bubu dengan ukuran tertentu.
Pancaran air yang deras dari muara bubu akan menjebak ikan. Ikan menyusuri aliran air di muara bubu dan terperangkap di dalamnya. Untuk bubu palupu pemasangannya berbeda. Yaitu dengan memasang pada saat air naik (dalam) atau hampir banjir.
Bubu palupu di umpan dengan sarangga semut jenis rayap. Nama lokal sarang semut tersebut, tenggil. Sarang semut dibakar lalu dimasukkan kedalam bubu palupu. Lalu bubu palupu di tali cukup panjang dan dilemparkan kedalam sungai. Besok pagi baru bubu diangkat. Biasanya yang masuk bubu palupu jenis ikan tidak bersisik dan udang.
Injap, adalah desain anyaman perangkap ikan di dalam bubu. Ujung lentur dan diruncingkan agar ikan tertipu tidak kembali keluar.
Oleh.
Eftaro, S.Hum.
Editor.
Selita, S.Pd.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
15 Desember 2020.
Sy.
Apero Fublic.
Post a Comment