Mengenal Industri Batubata Tertua di Indonesia 1898
Apero Fublic.- Batubata sudah digunakan di Nusantara sejak lama, seperti semasa Kedatuan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit dan selanjutnya. Namun, usaha dengan skala industri baru ada pada akhir abad ke 19 Masehi.
Pada
masa Kesultanan Riau Lingga masih berdiri Pulau Batam adalah bagian dari
wilayah Kesultanan Riau Lingga. Tanggal 26 Juli 1898 Yang Dipertuan Muda Raja
Muhammad Yusuf al-Ahmadi mengeluarkan surat pelimpahkan pengelolaan Pulau Batam
kepada Raja Ali Kelana.
Untuk
memulai tugas dan pengembangan ekonomi di Pulau Batam. Raja Ali Kelana kemudian
membangun pabrik percetakan batubata dengan nama Batam Brick Works. Pada
permukaan batubata hasil percetakan di muat nama, BATAM.
Raja
Ali Kelana dikenal dengan Engku Kelana. Dia juga calon Yang Dipertuan Muda
Kesultanan Riau Lingga (perdana mentri). Salah satu anggota organisasi
kemasyarakatan Rusyidiyah Club dan Dewan Kerajaan. Beliau juga seorang penulis
aktif sama seperti Raja Ali Haji. Selain itu, dia juga seorang pengusaha sukses
pada zamannya. Untuk mengenang Raja Ali Kelana nama beliau diabadikan menjadi
nama Bumi Perkemahan terbesar di Provinsi Kepulauan Riau, di Kota Batam.
Memulai
pembangunan pabrik batubata, awalnya Raja Ali Kelana berkerjasama dengan Sam
Ong Leong orang Cina yang tinggal di Pulau Singapura. Raja Ali Kelana
selanjutnya mengembalikan modal Sam Ong Leong. Sehingga modal pabrik batubata menjadi
modal mandiri. Sejak itu, pabrik batubata berkembang pesat dan mulai ekspor ke
luar negeri. Seperti ke Singapura, Johor, Hanoi, Thailand, Hindia Belanda, dan
daerah Riau-Lingga dan daerah sekitar.
Untuk
melakukan pengenalan usaha, pabrik batubata milik Raja Ali Kelana memasang
iklan di surat kabar, Teh Singapore and Straits Directory. Pada tahun
1902, nilai jual per laksa seharga 40 dolar sampai 50 dolar. Laksa atau sepuluh
ribu ukuran jual masa itu. Usaha pengenalan pabrik juga mengikuti
pameran-pameran usaha. Tahun 1901 mengikuti pameran di Pulau Pinang, tahun 1902
dan 1903 di Hanoi. Serta pernah mendapatkan penghargaan atau award.
Kantor
perwakilan dan pengenalan produks bertempat di Singapura. Terletak di 135 Prinsep
Street, Singapura. Gudang terletak di Mirbau Road antara tahun
1901-1902. Kemudian pinda ke Beach Road dari 1903 sampai 1908. Pembukaan gudang
baru juga di Pulau Saigon tahun 1909.
Untuk
manager perusahaan Batam Brick Work, Raja Ali Kelana menunjuk orang
Eropa, Mr. Benson. Setelah kontrak habis jabatan berakhir. Kemudian manager
diserahkan kepada anak angkat beliau yang keturunan Arab, Said Syek Al-Hadi.
Dari bisnis batubata tersebut Raja Ali Kelana semakin kaya. Kemudian beliau
untuk menunjang usahanya membeli sebuah kapal uap, dinamakan Laurah.
Diantara bangunan yang menggunakan peroduksi Batam Brick Work meliputi bangunan di Johor dan Singapura. Begitu juga dengan wilayah Riau, Pulau Penyengat. Baru-baru ini ditemukan juga penggunaan batubata produksi Batam Brick Work digunakan oleh Belanda juga. Seperti pembangunan Bunker Belanda yang di temukan di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Tepat di Desa Rantau Kasih, Kecamatan Lawang Wetan.
Post a Comment