Si Kera dan Si Tikus
Suatu
hari, Kera mengajak Tikus bermain ke sawah. Waktu itu, orang-orang baru saja
membersihkan batang padi. Sawah bersih, sedangkan batang padi sudah bertumpuk
di pematang sawah. Kedaunya asik bermain, berkejaran dan bermain lemparan di
tengah sawah. Lama bermain mereka beristirahat, kelelahan.
“Bagaimana,
kalau sekarang kita bermain saling bakar?.” Kata Kera.
“Kita
saling bakar?.” Kata Tikus tidak mengerti. Kera mengiakan dan tikus bertanya
lagi.” Siapa yang lebih dahulu dibakar, Aku atau Kau?.”
“Tentu
kau, Tikus. Sebab kau lebih kecil.” Ujar Kera, Tikus setuju. Kera meminta Tikus
untuk berbaring seperti tertidur. Kera kemudian mengambil batang padi kering di
pematang sawah, lalu ditimbun ke tubuh tikus. Batang padi pun sudah menumpuk
seperti gundukan tanah di atas tubuh tikus.
“Bagaimana
Tikus, sudah bisakah aku bakar tumpukan batang padi kering ini?.” Tanya Kera.
“Nanti
dulu, saya perbaiki tempat tidur saya dulu.” Jawab Tikus dari balik tumpukan
batang padi. Kera menunggu, beberapa saat dia bertanya lagi pada Tikus.
“Bagaimana
Tikus, sudah bisa aku bakar batang padi kering ini?.” Tanya Kera.
“Nanti
dulu, saya membuat bantal untukku, berbaring?.” Jawab Tikus. Dalam hati Kera
sudah tidak sabar, karena Tikus lama sekali. Lalu dia berkata lagi. “Bagaimana
Tikus, mengapa lama sekali!. Apa sudah bisa Aku bakar jerami ini?.” Kata Kera.
“Tunggu
Kera, saya mau menggaruk pantatku dulu?.” Jawa Tikus. Kera kembali berkata di
dalam hatinya. “Sekarang gatal pantat, nanti gatal kepala, gatal tangan dan
lain lagi.” Kera sudah tidak sabar lagi. Lalu dia berkata pada tikus.
“Sekarang
saya akan bakar batang padi kering ini, Tikus. Saya tidak mau lagi menunggu.”
Kera berkata dengan tidak sabar.
“Kalau
kau tidak mau menunggu, maka bakarlah hai Kera.” Jawab Tikus. Mendengar itu,
Kera langsung membakar tumpukan batang padi kering itu. Dalam waktu cepat api
menyalah jadi. Kera menari-nari mengelilingi api itu. Dia tertawa
terbahak-bahak menertawai Tikus yang pasti mati terbakar itu, pikir Kera.
“Bodoh
sekali kamu Tikus, berani sekali kamu dibakar terlebih dahulu.” Kata Kera. Api
pembakar jerami telah padam. Tinggal sedikit asap yang masih mengepul di balik abu-abu
batang padi. Kera mengambil sebatang kayu untuk mengorek-orek tumpukan abu. Dia
ingin melihat sisa-sisa tubuh Tikus yang terbakar. Tapi Kera terkejut, Tikus
tiba-tiba melompat keluar dari balik tumpukan abu pembakaran, sambil tertawa.
“Mengapa
kau tidak terbakar Tikus?. Bagaimana caramu sehingga tidak terbakar seperti
itu?.” Tanya Kera dengan heran bercampur terkejut. Karen di luar perkiraannya
sama sekali.
“Yah,
caranya seperti tadilah yang aku katakan. Tempat tidur perbaiki, membuat
bantal, yang gatal di garuk-garuk.” Kata Tikus. Lalu dia melanjutkan. “Sekarang
giliranmu Kera, yang di bakar.” Kata Tikus. Kera setuju dan dia mengingat
kata-kata Tikus tadi. Maka Kera akan mengikuti cara Tikus tadi agar tidak
terbakar. Kera kemudian berbaring layaknya benar-benar akan tidur. Kemudian
Tikus menimbun tubuh Kera dengan batang padi kering. Setelah tubuh Kera diliputi
oleh batang padi kering. Tikus mulai bertanya seperti yang Kera tanyakan tadi.
“Bagaimana
Kera, sudah bisakah saya bakar batang padi kering ini?.” Tanya Tikus. Kera
ingat kata-kata Tikus tadi, dia memperbaiki posisi berbaringnya. Kera tidak
tahu, sesunggunya Tikus saat Kera bertanya demikian. Tikus menggali lubang ke
dalam tanah. Saat Kera membakar batang padi kering, lalu api berkobar jadi.
Tikus masuk lobang dan dia tidak terbakar. Saat api padam, dan Kera mengorek
dengan kayu tumpukan abu. Tikus melompat dan tentu Tikus tidak terbakar.
Sementara
Kera tidak tahu, maka dia benar-benar hanya memperbaiki posisi berbaring di
dalam tumpukan batang padi kering. Menggaruk-garuk tubuh gatal terkena batang
padi. Setelah siap, Tikus kemudian mulai membakar. Kera berpikir dia akan
selamat seperti tikus tadi. Sebab dia sudah meniru cara Tikus tadi. Tapi, Kera
sekarang kena batunya sendiri.
Sikap jahatnya pada temannya mendapat balasan juga. Api membakar tumpukan padi berkobar-kobar. Kera pun terbakar dan bulunya habis, dia melompat dan tidak tahan panas. Tubuhnya sakit dan luka bakar disekujur tubuhnya. Begitulah, cerita orang yang berbuat jahat pada teman sendiri atau saudara sendiri.
Post a Comment