Asal Usul Pulau Labengki. Sulawesi Tenggara.
Di
tepian sumber airnya, tumbuh sebatang pohon buah lemon yang besar. Saat masak
buah lemon itu jatuh dengan sendirinya kedalam sumber mata air. Sebagian buah
hanyut memasuk kedalam sungai Konaweeha, sebagian lagi hanyut kedalam Sungai
Laasolo. Selain pohon lemon itu, banyak juga pepohonan lain.
Bukan
hanya manusia dan hewan yang memiliki kutu. Sungai atau air juga memiliki kutu,
yaitu kutu air. Suatu ketika keduanya bersepakat untuk saling mencari kutu
mereka. Mereka pun saling mencari kutu, keduanya bercerita banyak seraya mencari
kutu. Kedua sungai itu berencana untuk mencari kerang dan siput di pantai,
pesisir laut. Dalam percakapan itu, bertanyalah Sungai Laasolo pada Sungai
Konaweeha.
“Bagaimana
Konawe, apakah kau akan berjalan cepat nantinya?.” Tanya Laasolo.
“Nanti,
kita jalan coba berjalan bersama-sama.” Jawab Konaweeha.
“Oh,
kalau begitu kapan kita mulai berangkat.” Tanya Laasolo.
“Besok
pagi saja.” Jawab Konaweeha. Ternyata bertanya demikian Konaweeha bermaksud untuk
mengalahkan Laasolo dalam mengalirkan arusnya. Konaweeha bermaksud meninggalkan
Laasolo, dia diam-diam menyimpan rencana. Laasolo tidak curiga, dia pun tidur
saat menjelang malam. Bermaksud untuk
menyimpan tenaga agar besok pagi segar, memiliki tenaga kuat.
Sementara
itu, Konaweeha alirannya mulai melakukan perjalanan menuju pantai. Menembus
gunung dan membuat air terjun diatas Pohara. Sementara Sungai Laasolo baru
terjaga dari tidurnya. Dia mendengar suara dentuman batu-batu gunung dari jauh
akibat terobosan aliran Sungai Konaweeha, yang sedang membuat air terjun.
Melihat
aliran Sungai Konaweeha yang sudah mengalir meninggalkannya, membuat Sungai
Laasolo marah, dan dia memulai perjalan juga. Untuk menyusul Sungai Konaweeha
dia mulai mengumpulkan tenaga. Lalu mengarahkan langka dengan garis lurus.
Dengan segenap kekuatan yang didiorong rasa marah dan mengamuk. Sungai Laasolo
mengalirkan arusnya dengan cepat menembus tujuh buah gunung.
Sungai
Laasolo akhirnya dapat melewati Sungai Konaweeha. Dari kejadian tersebutlah,
arus aliran Sungai Lasolo lebih deras dari aliran Sungai Konaweeha. Sebab
Sungai Konaweeha bergerak perlahan dan santai saja. Maka aliran Sungai
Konaweeha alirannya lebih lambat dan tenang.
Sementara itu, bekas pengikisan Sungai Laasolo yang terdiri dari tanah dan batu saat menembus tujuh gunung didorong dan terbawa hanyut oleh aliran arus Sungai Laasolo menuju lautan. Kemudian membentuk beberapa gunung dan sebuah pulau, yaitu Pulau Labengki.
Rewrite.
Tim Apero Fublic
Editor.
Selita, S.Pd.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
12 Mei 2021.
Sumber:
J.S. Sande. Dkk. Struktur Sastra Lisan Tolaki. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1986.
Sy. Apero Fublic.
Post a Comment