Legenda Minanga: Kabar Sejarah Tentang Kota Sriwijaya Pertama.
Tempat
bernama Minanga tersebut terletak di muara Sungai Komering Purba. Dimana
keadaan geografis alam wilayah pesisir Sumatera Selatan dan Jambi sangat jauh
berbeda dengan zaman sekarang. Terjadinya pengikisan tanah dari hulu dan
daratan saat hujan dan banjir atau terbawa arus sungai selama ribuan tahun
telah membentuk suatu kawasan dataran renda baru dan hutan rawa-rawa dan lahan
gambut yang luas. Sehingga letak Minanga menjadi jauh dari pantai Sumatera
Selatan.
Hal
demikian dapat dibuktikan dengan keadaan geografis setempat yang dataran rendah
dan banyak ditemukannya lokasi terdapat peninggalan bersejarah. Minanga masih
ada sampai sekarang, namun dalam penulisan administrasi daerah di tulis
menanga. Tapi masyarakat tetap menyebutnya dengan Minanga.
Legenda berikut akan memberikan kabar tentang hilangnya bekas kota Sriwijaya pertama dimana Dapunta Hyang tinggal sebelum membangun ibu kota Sriwijaya di Palembang. Legenda yang berkaitan dengan sejarah pada masa lalu menyimpan kabar yang tersembunyi. Tentu bukan tentang kisah yang tidak logis yang di ambil. Tapi adanya kabar yang tersirat dari kisah legenda tersebut yang dapat diolah menjadi keterangan sejarah.
*****
Pada
masa lalu, Kota Minanga adalah kota yang besar di zamannya. Kota dilindungi
dengan benteng yang kokoh dan kuat. Suatu masa, Datu Minanga pergi berperang
untuk meluaskan wilayah negaranya. Maka berangkatlah Datu bersama para panglima,
hulubalang dan laskarnya. Datu merasa khawatir akan keamanan Minanga. Sebab
keluarga dan rakyatnya ditinggal, kemungkinan diserang musuh sangat besar.
Oleh
karena itu, dipasanglah alat pengaman untuk melindungi Minanga. Alat tersebut
memiliki kekuatan ghaib, berupa minyak yang dimasukkan kedalam botol kecil
(buli-buli). Minyak tersebut adalah minyak “panglimunan” yang memiliki kekuatan
menghilangkan sesuatu dari pandangan mata manusia. Untuk itulah di gerbang
depan kota Minanga di pasang dua botol minyak panglimunan tersebut.
Kerbau
adalah peliharaan masyarakat Melayu sejak zaman dahulu. Tidak heran kalau
banyak kerbau berkeliaran disekitar pemukiman penduduk. Pada suatu hari, ada
dua ekor kerbau berkelahi di depan gerbang kota Minanga. Sulit menghentikan dua
hewan besar dan bertanduk panjang itu. Dalam perkelahian dua kerbau itu menabrak
pintu gerbang dimana tersimpan minyak buli-buli (panglimunan) tersebut.
Minyak
buli-buli atau minyak panglimunan tertumpa dan menimpa kepala dua kerbau itu.
Setelah itu, ada seekor kerbau yang kewalahan menghadapi lawannya. Sehingga
kerbau lari menyusuri jalan luas yang mengeliling benteng Kota Minanga. Minyak
buli-buli yang memiliki kekuatan menghilangkan suatu tempat dari pandangan mata
manusia, tercecer sepanjang jalan yang mengelilingi benteng Minanga.
Setelah
itu, Kota Minanga hilang dan lenyap secara misterius. Beberapa waktu kemudian
Datu Minanga pulang, dan tidak menemukan lagi Kota Minanga. Datu merasa bersalah
dan malu pada pasukannya. Datu merasa semuanya sia-sia, dan dia memutuskan
untuk pergi menjadi pertapa. Maka dia naik ke Gunung Seminung dan membubarkan
pasukannya.
Pasukan
Datu Minanga kemudian memutuskan untuk mencari jalan sendiri-sendiri. Ada
kelompok yang memutuskan membuat Minanga baru. Ada juga kelompok yang pergi ke
Pulau Jawa. Mulai saat itu juga, tempat dimana Minanga hilang dinamakan mereka
dengan sigonong-gonong.
Sigonong-gonong
merupakan tempat yang angker atau tempat yang mengandung mistis. Tidak boleh
dimasuki oleh sembarangan orang. Barang siapa masuk ke tempat Sigonong-gonong
(Minanga) tanpa seizin arwah orang-orang yang hilang dahulu. Orang tersebut
akan hilang juga sebagaimana Kota Minanga dahulunya.
******
Kisah
legenda Sigonong-Gonong hanya sebatas mitos yang tersebar di masyarakat secara
turun temurun. Masyarakat zaman dahulu selalu mengembalikan sesuatu yang
terjadi dan belum dapat dicerna dengan akal mereka dihubungkan dengan hal
mistis dan ghaib.
Namun
dalam rekonstruksi sejarah dalam meneliti dan mencari Minanga Purba dapat
dikembalikan pada ilmu arkeologis, geografis, paleografi dan ekologis. Mungkin
hilangnya kota Minanga sebab bencana alam, misalnya tanah longsor (banjir bandang)
atau letusan Gunung Seminung. Minanga sekarang masuk dalam administrasi
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Nama Minanga juga
ditulis dalam administratif dengan Menanga. Namung masyarakat setempat tetap
menyebut daerah mereka dengan Minanga. Tidak tahu mengapa mereka menulis
administratif Minanga dengan Menanga.
Mungkinkah
memang perubah tidak tahu atau mungkin juga adanya paham sukuisme dan ingin
mengaburkan sejarah Kedatuan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Sukuisme suatu
paham dimana suatu suku bangsa berusaha untuk mendominasi suku lain di wilayah
tertentu serta merasa iri dan sakit hati apa bilah suku lain melebihi sukunya.
Sehingga dia berusaha untuk menenggelamkan sejarah kejayaan suku lain dan berusaha mengalahkan budayanya. Pola pikir kuno ini tidak pantas hidup dizaman sekarang. Sebab sama saja dengan paham fasis. Padahal istilah suku adalah nama tempat (nama daerah) tradisional dimana kelompok masyarakat tinggal pada zaman dahulu. Kalau kita cermati penghuni asli Nusantara satu bangsa.
Disusun:
Tim Apero Fublic
Editor.
Selita, S.Pd.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
19 Juli 2021.
Sumber:
Arian Ismail. Periodisasi Sejarah Sriwijaya: Bermula di Minanga Komering Ulu
Sumatera Selatan, Berjaya di Palembang, Berakhir di Jambi. Palembang:
Unanti Press, 2002. Sumber peta: Peta Pantai Timur Provinsi Sumatera Selatan Purba. Hasil penelitian Dinas Purbakala 1954 dan Lampiran Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional I-1958. Di gambar ulang oleh Akmaluddin, SE. (H. 80).
Sy. Apero Fublic
Post a Comment