Dongeng Tolaki: Siput dan Rusa
“Demikianlah takdir yang ditakdirkan oleh tuhan padaku.” Jawab siput dengan lembut.
“Sudahlah siput, jangan banyak alasan dan banyak tingkah. Kau sungguh lemah dan tidak memiliki kekuatan apa-apa. Beranikah kau bertarung denganku, adu tinju atau lomba berlari.” Kata rusa itu dengan sangat sombong dan meremehkan siput. Dia merasa yakin kalau siput tidak akan berani dan mengakui kalau dia pengecut. Di luar dugaan rusa, siput pun menjawab.
“Baiklah rusa, bagaimana kalau kita bertanding lomba lari.” Jawab siput dengan percaya diri, dan santai. Seolah-olah dia pelari yang sangat handal. Rusa terkejut, dia tidak menyangkah kalau siput berani menjawab tantangannya. “Baik, kalau begitu. Kapan waktunya kau siap?. Siput enjawab. “besok Aku siap.” Mereka akhirnya sepakat untuk lomba lari di keesokan hari. Perlombaan dimuai dari muara sungai itu, sampai ke hulu sungai.
Rusa pulang ke sarangnya, untuk istirahat agar mengumpulkan tenaga untuk lomba lari dengan siput. Tapi rusa tidak begitu memikirkannya, sebab dia yakin sekali lompat saja dia akan mengalahkan lari siput itu. Sementara siput yang berjanji akan bertanding lari dengan rusa esok hari berpikir keras. Dia tahu akan segerah kalah oleh lari si rusa itu. Sebab dia hanya berjalan menggunakan lidahnya dan sangat lambat. Lama dia berpikir dan membuat kepalanya pusing.
Siput melihat ke sepanjang sungai kediamannya, merenung. Tampak jauh teman-temannya berjalan dan bermain di sepanjang sungai. Dia tahu kalau jauh ke hulu sungai teman-temannya juga banyak. Lalu bagaimana tentang pertandingan lomba larinya dengan rusa. Siput mendapat ide cemerlangnya. Dia kemudian menemui teman-teman di sekitarnya. Lalu menceritakan peristiwa tadi siang, saat pertemuannya dengan rusa.
Rusa menantang dan meremehkan siput, dan bersepakat bertanding berlari. Siput menceritakan idenya, pada teman-temannya untuk menghadapi rusa. Setelah sepakat, ide itu disebar terus menerus dari siput ke siput yang lain. Akhirnya sampai juga ke siput yang paling di hulu sungai. Kemudian ke hilir sampai teman siput di muara sungai juga mengetahui. Mereka cukup membantu dengan menjawa setiap rusa berkata atau memanggil siput. Siput yang menjawab haruslah posisinya lebih maju dari rusa, dan hanya satu siput yang boleh menjawab.Siput yang akan bertanding dengan rusa menaiki arus sungai dan diapun tiba dengan cepat di muara. Sementara teman-teman siput sudah berbaris beriringan di sepanjang aliran sungai.
Waktu lomba lari tiba, siput dan rusa bersiap. Rusa akan mulai berlari menyusuri sungai dari atas tebing sungai. Siput akan berlari dari dalam aliran sungai. Sehingga rusa tidak akan dapat melihat siput yang di dalam air. oleh sebab itu, rusa harus memanggil siput dimana dia berhenti untuk mengetahui siapa yang terdepan. Di hitungan ke tiga, mereka mulai berlari, rusa melompat dan berlari dengan sangat kencang. Siput dimulai dengan menggulingkan diri kedalam sungai. Tampak gelombang kecil dimana siput menjatuhkan tubuhnya. Rusa sekilas melihat disertai senyum kemenangan dan meremehkan.
Rusa berlari dengan cepat, dia pun merasa sudah sangat jauh berlari dan yakin kalau siput tertinggal jauh. Di selah-selah napasnya yang terengah-engah dia memperhatikan air sungai di sisinya. Lalu memanggil siput dengan kuat-kuat. “Dimana engkau sekarang, Siput?.” Panggil rusa. “Ya, Aku disini rusa.” Terdengar jawaban siput dari dalam sungai tapi posisinya lebih terdepan dari rusa. Rusa keget bukan kepalang mendengar jawaban dari dalam sungai dengan posisi mendahuluinya. Rusa tidak habis pikir dan dia tanpa banyak berpikir kembali berlari kencang. Berkali-kali rusah berhenti, dan memanggil siput. Jawaban selalu terdengar dan posisi yang sama, lebih terdepan dari rusa.
Karena sombong dan malu, tidak mau dibilang lemah dan kalah. Serta begitu meremehkan siput, rusa itu terus berlari dan berlari di sepanjang sungai. Dia tidak lagi memikirkan dirinya, dan terus berlari dengan cepat. Lidanya mulai terjulur, dan air liur menetes-netes. Dia begitu panas dan emosi diri, serta tidak menerima kekalahan dari siput.
Sampailah di garis pinis di hulu sungai yang jauh. Rusa memanggi siput, dan terdengar jawaban dimana posisi sudah jauh dari garis pinis. Rusa yang memaksakan diri berlari itu, kecapean setengah mati. Kemudian jantungnya pecah dan mengeluarkan darah. Nafasnya tersedak dan akhirnya dia mati seketika.
“Demikianlah pelajaran bagi mahluk yang sombong dan suka meremehkan sekitarnya. Merasa diri lebih baik dari yang lain, setiap makhluk sudah diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.” Ujar siput. Cerita di termasuk fabel atau dongeng dengan tokoh hewan-hewan. Tersebar di daerah Kendari dan Kolaka.
Rewrite. Tim Apero Fublic
Editor. Selita, S.Pd.
Tatagambar. Dadang Saputra.
Palembang, 9 April 2021.
Sumber: J.S. Sande, Dkk. Struktur Sastra Lisan Tolaki. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986.
Sy. Apero Fublic.
Post a Comment