Pustakawan Harus Multitalent.
Sebagai bentuk pengembangan kepentingan profesinya. Seperti pengembangan pengetahuannya dibidang disiplin ilmu pengetahuan. Sekaligus juga bentuk pengembangan
kepribadian, intelektualitasnya serta intuisinya sebagai seorang pustakawan.
Sehingga, di dalam perpustakaan dirinya memiliki fungsi sosial, fungsi
komunikasi dan fungsi informasi, bukan hanya sebatas penjaga gudang buku.
Pustakawan secara formal lulusan dari
sebuah Perguruan Tinggi. Mempelajari dan menguasai ilmu tentang perpustakaan. Gelar
akademisi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang lulusan dari jurusan ilmu
perpustakaan adalah S.IP yang berarti Sarjana Ilmu Perpustakaan. Banyak
masyarakat yang belum mengetahui tentang jurusan Ilmu Perpustakaan. Banyak yang bertanya-tanya apalagi adik-adik yang baru lulus SMA (Sekolah Menengah Ata).
“Memangnya ada ya, kuliah jurusan Ilmu Perpustakaan?,”
Begitulah mungkin pendapat dari masyarakat luas. Tidak heran kalau banyak
kalangan yang bertanya demikian. Memang di tengah masyarakat kita kuliah dibidang
Ilmu Perpustakaan masih asing. Belum banyak Perguruan Tinggi yang memiliki jurusan
tersebut.
Sebab dalam pandangan masyarakat seorang
penjaga perpustakaan saja, tentu tidak perlu lulusan perguruan tinggi. Karena
masyarakat belum tahu fungsi dan baiknya sebuah perpustakaan dikelolah dengan
baik dan rapi. Sebab pustakawan
menguasai bidang keilmuan dan karakter literasi sehingga mampu menjadi penggerak
perpustakaan dengan baik. Maka dari itu, berbeda sekali antara penjaga gudang
buku dan pustakawan.
Bahkan penulis pada awalnya tidak
mengetahui adanya jurusan Ilmu Perpustakaan. Baru tahu dan masuk kulia Ilmu
Perpustakaan atas saran ibu penulis. Wajar, sebab kurangnya pengetahuan
masyarakat dan kurang populer karena jurusan Ilmu Perpustakaan terbilang baru
di Indonesia.
Di sisi lain dalam pandangan masyarakat
umum, mungkin untuk menjadi seorang pustakawan tidak perlu banyak ilmu karena
hanya duduk di meja pengunjung dan mencatat nama pengunjung. Sehingga mereka
menganggap bahwa pustakawan adalah profesi yang sangat mudah bahkan seseorang
yang tidak menjalani perkuliahan pada jurusan Ilmu Perpustakaan pun dapat
menjadi pustakawan. Banyak hal yang tidak diketahui orang-orang tentang
tatakelolah perpustakaan.
Menjadi pustakawan harus menguasai
berbagai macam ilmu pengetahuan tentang tatakelolahnya, seperti pengkatalogan
buku dan non buku, klasifikasi buku, automasi perpustakaan, kearsipan, bahkan
aplikasi teknologi informasi, ilmu komunikasi dan sebagainya.
Selain ilmu-ilmu bidang kearsipan dan
tatabuku. Seorang pustakawan juga harus banyak pengetahuan terutama pada bidang
ilmu pengetahuan dan tentang literasi. Misalnya adanya pengunjung ingin mencari
referensi tentang suatu displin ilmu. Seorang pustakawan harus dapat menunjukkan
tempat dan jenis-jenis buku. Sehingga pengunjung terbantu dan mudah dalam
mencari buku.
Sehingga untuk menjadi seorang pustakawan
haruslah orang yang memiliki multitalent. Bayangkan saja apabila di dalam
sebuah perpustakaan terdapat pustakawan yang tidak menguasai bidang apa pun.
Maka akan sangat kacau perpustakaan tersebut, mulai dari tata kelolah
adminsitrasi buku sampai dengan klasifikasi bidang keilmuan.
Lalu seorang pemustaka atau pengunjung
akan sangat kebingungan mencari literasi yang dia inginkan. Kalau pun berjumpa
dengan bidang ilmu yang dia inginkan, pastilah dia sudah membongkar dan
membolak-balik satu demi satu buku di dalam perpustakaan tersebut. Tentu sangat
melelahkan karena perpustakaan memiliki banyak koleksi buku-buku.
Dengan demikian perpustakaan akan kacau
dan buku berantakan selalu. Pengunjung akan malas datang ke perpustakaan. Kalau
demikian akankah perpustakaan itu berkembang dan lebih maju?. Lalu adakah
kenyamanan di dalam perpustakaan yang berantakan itu?. Apakah dapat orang
membedakan antara gudang buku dengan perpustakaan lagi?. Ada pepatah berkata, “Perpustakaan
adalah jantungnya kampus.” Bagaimana kalau jantung tidak berfungsi. Tentu
kampus layaknya zombi-zombi yang berjalan tapi tidak hidup lagi. Apakah lulusan
pada universitas tersebut patutu diperhitungkan?.
Selain itu, perpustakaan juga jantung
sekolah, jantung masyarakat dan jantungnya negara. Dimana kecerdasan dan
intelektual masyarakatnya dapat dikembangkan. Sekaya apapun dan sebesar apapun
sebuah bangsa kalau dihuni rakyat bodoh tetap akan hancur juga. Dimana kesejahteraan
dan keadilan hanyalah omong kosong belaka. Itulah sebabnya sebuah perpustakaan
memerlukan seorang pustakawan. Bukan pustakawan penjaga gudang buku, tapi
pustakawan yang multitalenta.
Multitalenta jangan hanya ditapsirkan
sebatas Ilmu Perpustakaan saja. Misalnya diadakan suatu kegiatan atau seminar digedung
perpustakaan. Apa bila pemandu acara berhalangan hadir, seorang pustakawan
harus dapat dan siap menggantikannya. Sebagaimana pustakawan semasa kuliah sudah dibekali
ilmu komunikasi. Bekerja pada sebuah perusahaan seorang lulusan Ilmu
Perpustakaan dapat menjadi arsiparis
(yang mengurus kearsipan) sebagaimana dia dibekali ilmu tentang kearsipan.
Jika dibandingkan antara tugas seorang guru dengan seorang pustakawan
tidak jauh berbeda. Karena seorang pustakawan dituntut untuk menguasai segala
macam disiplin ilmu pengetahuan dan informasi literasi. Perbedaan keduanya,
seorang guru membagikan ilmu pada murid-muridnya dengan cara mengajarkan. Sedangkan
pustakawan membagikan ilmu secara tidak langsung, dia memberikan ilmu pada
pemustaka saat dia berkunjung. Dan pemustaka diminta belajar mandiri. Sementara
pustakawan akan memandu dan mengarahkan tentang literasi yang pemustaka
inginkan.
Pada intinya, pustakawan bukanlah sebuah profesi yang hanya duduk untuk menjaga perpustakaan dan buku-buku saja. Tetapi tugas pustakawan lebih berat lagi dari itu. Jangan meremehkan profesi pustakawan, sebab disana terdapat tugas mulia. Profesi sebagai pustakawan sama halnya dengan profesi lainnya. Kita hidup memiliki jalan dan takdir masing-masing. Cita-cita dan pengabdian pada masyarakat yang berbeda-beda. Ingat, memberikan ilmu yang bermanfaat pada manusia, adalah amal jariyah. Bangga menjadi seorang pustakawan.
Oleh. M. Bimo Jati Atmojo
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 31 Agustus 2021.
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang, Fakultas Adab dan Humaniora, Parodi Ilmu Perpustakaan.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment