Rebut-Rebutan: Potong Kue Anggaran Negeri Antaberanta
Negeri Antaberanta juga demokrasi dan punya penjaga burung elang besar sekali sebagai pelindung negara sehingga negara mereka berdiri. Moto mereka, “saya Antaberanta, saya elang.” Pemimpin dan wakil rakyat bumi (WRB) Negeri Antaberanta kehidupan sangat mewa sekali. Mereka menganut paham neo-feodalisme dimana kesuksesan dirinya diukur dengan seberapa banyak dapat materialisme.
Baju dan
makan mereka diambil dari upeti rakyat mereka di bumi. Upeti itu mereka buat
kue yang lezat dengan bahan dasar logam, emas, dan hasil bumi. Para pemimpin
negeri Antaberanta tidak punya visi untuk memajukan negeri mereka. Tapi mereka
menjadi Pemimpin atau Wakil Rakyat Bumi hanya untuk makan kue upeti dari
rakyat. Kue itu, rakyat bumi namakan kue anggaran.
KUE ANGGARAN
Ada
sebuah kue.
Kue
anggaran namanya.
Adonan
dibuat musyawara.
Di
dalam loyang bima.
Banyak
lobang dan celah-celah.
Ada
untuk makan sendiri.
Ada
untuk pencitra diri.
Kue
itu sejenis bolu, yang bolong ditengah.
Sering
dipesan oleh orang terhormat negeri Antaberanta.
Hari
ini ulang tahun.
Ulang
tahun yang ditunggu setiap tahun.
Acara
meriah dihadiri orang terhormat.
Pakai
jas, pakai mobil, sepatu mengkilap.
Acara
dilaksanakan di gedung milik rakyat.
Ulang
tahun dirayakan setahun sekali.
Kalau
ulang tahun ada kue, tentunya.
Kue-kue
yang mantap dan enak.
Kue
terhidang di meja emas.
Sebelum
memotong diadakan rapat.
Rapat
dimulai oleh pimpinan wakil rakyat Negeri Antaberanta.
Dimulai
salam, diawali ketuk palu.
Ada
bentak-bentak, ada teriak-teriak.
Lalu
semua akur sebab ukuran sama didapat.
Sidang
pun diakhiri salam, diakhiri ketuk palu.
Kue
yang enak dan lezat.
Sudah
di bagi-bagi untuk di potong-potong.
Siap
di cicip dan dilahap.
Lalu
dilaksanakan oleh para dinas.
Ada
juga yang dijual belikan.
Ada
juga yang minta potong persen saja.
Sebab
kue tidak terlalu lezat.
Lagian
perutnya buncit dan berlemak sudah.
Sudah
kenyang makan kue tiap tahun.
Kue
yang dibuat dengan pajak dan hasil usaha negeri Antaberanta.
Tinggal
sisa untuk dibagi sekalian.
Untuk
jatah tikus, anjing, dan srigala-srigala
buas.
Kue
pun mulai habis dan mulai basih.
Rakyat
negeri anta beranta berkata.
Tanya
rakyat antaberanta: Kenapa kue cepat hancur, mahal dan tidak enak?.
Sebab
sudah di obok-obok tangan kotor.
Tangan
kotor, tapi dibilang bersih.
Karena
di lap dengan jas dan dasi.
Lalu
dibungkus dengan agama dan gelarnya.
Mereka
itulah orang terhormat, katanya.
Wangi
parpumnya, busuk hati dan pikirannya.
Begitulah
kiranya orang negeri antaberanta.
Tidak
usah heran dan dilema.
Serahkan
pada yang kuasa.
Sebab
mereka akan mati jua.
Negeri Antaberanta selalu memilih pemimpin mereka dengan cara dipilih langsung oleh rakyat bumi. Saat pemilihan para calon sangat dekat dengan rakyat, serta banyak pula lukisan-lukisan mereka di pinggir-pinggir jalan. Setelah terpilih karena lapar memperkenalkan diri mereka sangat lapar sehingga akan sangat banyak memakan kue anggaran yang lezat itu. Walau pun cuma kue tapi dapat ditukar dengan berbagai macam keperluan.
Seperti keperluan memperkenalkan diri, keperluan membeli kuda, kijang, membeli wanita atau menapkahi istri muda. Kue anggaran juga ajaib, lama di simpan tidak busuk, hanya berbunga saja dan bertambah banyak. Negeri Antaberanta juga banyak agama dan kepercayaan.
Tapi tidak ada gunanya dalam membangun moral mereka. Apabila berurusan dari Rukun Bumi (RB) sampai Tingkat Kayangan I dan Tingkat Kayangan II akan lancar kalau diberi kue cemilan dari rakyat. Untung kita tinggal di Indonesia yang luar biasa.
Disusun: Tim Redaksi
Apero Fublic.
Palembang,
10 Agustus 2021.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment