Sastra Lisan Toraja: Kera dan Burung Bangau.
“Apa
kegiatan kita, Bangau.” Tanya Kera.
“Kera,
bagaimana kalau kita membuat sebuah kebun saja, agar hari-hari kita ada yang
bermanfaat.” Kata Bangu. Keduanya kemudian sepakat dan ditentukanlah hari untuk
memulai pekerjaan mereka. Keduanya pergi ke hutan di sebuah lereng gunung.
Setibanya dilokasi bakal kebun, mulai keduanya menebas semak dan menebang
pepohonan.
Kebun
mereka pun jadi, lalu ditanami jagung. Jagung tumbuh subur dan berbuah. Sambil
menunggu waktu jagung berbuah dan buahnya siap dipanen. Sehari-hari mereka dihabiskan
saling mencari kutu.
*****
Diam-diam
kera merencanaka hal jahat. Suatu hari kera pergi menemui kawanan burung di
dalam hutan. Dia berkata pada kawanan burung itu.
“Burung,
Aku punya kebun jagung yang sudah siap di panen. Maukah kalian memanenkan
untukku dan hasilnya dibagi dua. Bagianku kalian antar langsung ke rumahku.”
Kata kera.
“Dengan
senang hati kera. Kapan mulai kami panen?.” Kata kawanan burung itu. Kera
menjawab mulai besok dan sampai jagung habis. Mulai besoknya kawanan burung itu
mulai memanen jagung dikebun kera dan bangau. Kera tanpa susah payah setiap
hari dia makan jagung yang diantar oleh burung-burung. Sementara bangau tidak
dia beri sedikit pun.
*****
“Kera,
baiknya kita menjaga kebun. Aku khawatir nanti jagung kita dimakan kawanan
burung-burung dari dalam hutan.” Kata Bangau.
“Ah,
tidak perlu, kita santai saja disini.” Jawab kera. Akibatnya kebun mereka tidak
dijaga, buah jagung mereka pun habis dimakan burung-burung dari dalam hutan.
Setidaknya itulah yang bangau tahu. Bangau pun ikhlas dan kera pura-pura sedih.
Suatu
hari, kembali keduanya saling mencari kutu. Hari itu, kebetulan Bangau terlebih
dahulu mencari kutu kera. Setelah selesai, giliran kera mencari kutu bangau.
Kera kali ini curang, saat mencari kutu bangau dia mencabut semua sayap burung
bangau. Sehingga bangau tidak bisa terbang. Kera kemudian pergi dan tinggallah
bangu yang sedih sebab tidak bisa lagi terbang.
Keesokan
harinya, bangau yang perutnya lapar pergi ke sawa penduduk untuk mencari makan.
Dia menangkap katak atau siput juga ikan di sawah. Kadang bangau berburu
belalang di sekitar pematang sawa. Tampak bangau melompat-lompat mencari makan
sebab sayap yang habis.
“Apa
boleh buat, beginilah keadaanku sekarang. Tidak disangkah teman baikku sendiri
menjahatiku. Sudahlah, beberapa waktu nanti sayapku akan tumbuh kembali.” Kata
hati burung bangau. Namun bangau berlapang dada dan dia memaafkan perbuatan temannya
si kera.
Waktu
berlalu, bulu sayap burung bangau telah tumbuh kembali dan dia dapat terbang
kembali. Karena itu, pergilah berburu
ikan ke pantai. Bangau biasanya terbang rendah di permukaan laut. Ikan besar
yang lapar melihat dari dalam laut. Lalu mereka berusaha untuk menangkap dan
mengejar burung bangau yang terbang di permukaan air laut. Dengan cerdik burung
bangau terus terbang menuju pantai sehingga ikan besar terdampar di pantai lalu
dia tangkap.
Pulanglah
bangau ke sarangnya, dan membawa ikan-ikan besar. Cerita tersebut didengar oleh
si kera yang telah menjahatinya dulu. Kera itu, sangat ingin makan ikan
besar-besar. Maka datanglah dia menemui burung bangau.
“Bangau,
dimakah kau mendapat ikan besar-besar seperti itu.” Tanya Kera.
“Aku
menangkap di pantai, Kera.” Jawab bangau dengan sopan, tidak ada rasa marah dan
dendam di hatinya.
“Aku
mau ikan besar seperti itu. Maukah kau mengajak Aku berburu ikan di pantai?.”
Kata kera.
“Boleh,
kera. Besok kalau Aku berangkat, kau ikuti Aku dari bawah. Tandanya terdengar
suarah kak...kak...kak.”. Jelas burung bangau. Kera setuju, keesokan harinya
terdengar suara burung bangau lewat terbang di udara disertai suaranya,
kak..kak..kak. Kera mengikuti dari bawah, dan tibahlah mereka di pantai.
“Kera,
kau tunggu di pantai, aku akan memancing ikan besar menuju pantai. Saat ikan
besar terdampar di pantai kau langsung tangkap. Tapi kalau ada ombak besar
mengiring, biarkan saja dahulu, berarti bukan rezekimu.” Jelas burung bangau.
Kera mengiakan, dan dia sudah tidak sabar untuk mendapat ikan, terbayang betapa
lezatnya daging ikan besar pikir kera itu.
Seperti
biasa burung bangau mulai terbang diatas permukaan air laut. Lalu seperti biasa
ada ikan besar yang terpancing. Hari itu, cuaca tidak baik permukaan air laut
sering berombak. Bangau sudah biasa dengan keadaan seperti itu. Ikan terus
mengejar dan akhirnya mendekat pantai dan beberapa ikan besar terdampar di
pantai berpasir. Namun tanpa disadari ombak besar juga mengiringi dari arah
laut. Kera yang memperlihatkan sifat aslinya, serakah dan keras kepala. Bebal
dengan nasihat dan tidak berpikir panjang. Tanpa menghiraukan nasihat bangau
sebelumnya, serta kembali berteriak agar kera menjauh dari bibir pantai.
“Awas
kera, ombak dibelakang. Lariiiii !!!!.” Teriak bangau. Tapi kera terus
menangkap ikan yang melompat-lompat di atas pasir pantai. Beberapa ekor sudah
dia dapat, dan masih berusaha menangkap yang lain. Sampai ada juga yang
terlepas-lepas di tangan.
“Geleburrrrrr.”
Ombak besar menghantam bibir pantai dimana kera asik menangkap ikan-ikan. Air
liur kera yang menetes tidak sabar ingin segera memakan ikan. Namun apa boleh
buat, nasi sudah menjadi bubur. Tubuh kera di hantam ombak dan tenggelam, lalu
ombak besar menarik tubuh kera ke dalam laut. Ikan terlepas ditangan kera, dia
mulai lemas dan beberapa saat kemudian mati.
“Keraaaaa.” Teriak bangau dari udara sambil terbang melayang-layang mencari-cari kera. Kalau-kalau dia bisa menolong kera. Apa daya, tidak mungkin dia menyelam kedalam air laut. “Keraaaa..keraaaa.” Kata bangau dengan menyesal disertai helaan nafas dalam. “Aku tidak tahu apa dan siapa yang salah. Keras kepalamu, serakamu, atau hukuman atas perbuatan-perbuatanmu selama ini yang membuat engkau menjadi demikian.” Kata bangau prihatin, lalu dia terbang kembali seperti tadi untuk menangkap ikan-ikan.
Rewrite: Tim
Apero Fublic.
Editor.
Melly.
Tatafoto.
Totong Mahipal.
Palembang,
16 November 2021.
Sumber: Muhammad Sikki, Dkk. Struktur Sastra Lisan Toraja (Transkripsi dan Terjemahan). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta, 1986.
Sy. Apero Fublic.
Post a Comment