Sahabat Sejati: Kisah Burung Tattiuq dan Rusa. (Toraja)
Burung
Tatiuq melihat kedatangan pemilik ladang. Dia baru saja mulai mengeram telurnya
merasa sangat sedih sekali. Karena apabila pemilik mulai memanen padi, maka sarangnya
akan rusak dan telurnya akan pecah. Belum tentu si pemilik ladang dan
keluarganya baik terhadap hewan. Kebanyakan manusia memperlakukan burung dengan
jahat. Seperti mengambil anak burung, memakan burung kadang hanya dirusak saja
sarangnya. Betapa sedih hati burung Tattiuq akan hal tersebut. Menetaslah
telur-telurnya, dan anak-anak yang terus bersuara yang berisik.
Suatu
hari, burung Tattiuq pergi mencari minum disebuah anak sungai kecil sekitar
ladang. Dia murung dan sering melamun memikirkan sarang dan anak-anaknya yang
baru menetas. Sementara padi benar-benar sudah masak dan pemilik ladang telah
berada di ladang terus mempersiapkan mengetam buah padi.
“Hai,
sahabatku gerangan apa yang membuat kau begitu melamun dan murung dari tadi.
Sehingga kedatanganku dari tadi tidak kau sadari.” Kata seekor rusah yang sudah
berdiri tidak jauh dari burung Tattiuq bertengger. Burung Tattiuq sedikit
terkejut dan dia tampak tidak bersemangat.
“Maafkan
aku sahabat. Ada masalah besar yang terjadi menimpa. Aku terlanjur membangun
sarang di tengah ladang penduduk kampung. Sekarang padinya sudah masak dan akan
siap dipanen. Anak-anakku baru menetas belum dapat terbang. Sedangkan pemilik
ladang sudah bersiap mengetam buah padi. Tentu kau akan tahu apa yang akan
terjadi padaku, sarang dan anak-anakku.” Kata burung Tattiuq sambil menangis.
“Manusia
kebanyakan akan merusak, tentu sarangmu akan dirusak, anak-anakmu akan diambil
dan kau akan ditangkap.” Kata Rusa. Burung Tattiuq bersedih, rusa tampak diam
berpikir bagaimana memecahkan permasalahan burung Tattiuq. Sampai-sampai rusa
lupa untuk minum karena berpikir. Beberapa saat kemudian dia berkata lagi.
“Betapa
malang hidupku.” Kata burung Tattiuq sambil menangis tersedu-sedu.
“Begini
sahabat, maukah kau berjanji kalau kita akan menjadi sahabat sejati. Kita akan
saling membantu dalam segala hal.” Kata Rusa.
“Tentu
sahabat, asal saling membantu dalam hal kebaikan.” Mereka saling mengikat janji
untuk saling membantu dalam segala hal sebagai sahabat seperti dua saudara
sekandung. Rusa kemudian menasihati burung Tattiuq agar jangan bersedih lagi.
Dia meminta burung Tattiuq segerah pulang ke ladang dan memberi makan
anak-anaknya. Rusa akan membantu akan masalah yang menimpanya itu, dengan cara
rusa sendiri.
Pemilik
ladang mulai memanen padinya dari sekitar pondok ladangnya. Perlahan hari demi
hari, dan sekarang mulailah mendekat ke sarang burung Tattiuq. Burung Tattiuq
sudah gelisah sekali, kalau-kalau diketahui pemilik ladang. Dia meminta
anak-anaknya jangan berisik lagi, diam saja di dalam sarang mereka. Sementara
bulu anaknya sudah mulai tumbuh dan berkembang, tapi belum dapat terbang. Hari
itu, pemilik ladang benar-benar akan memanen tempat dimana sarang burung
Tattiuq berada.
Rusa
yang terus mengawasi mulai menjalankan rencananya. Saat pemilik ladang mulai
menuai padi rusa menampakkan dirinya. Melihat rusa jantan besar yang tampak
jinak pemilik ladang terkejut, tapi dia menjadi gembira. Sementara induk burung
Tattiuq pergi membuat sarang di tengah hutan agar aman.
“Rusa
jantan yang jinak. Makan besar ini, kepala dan tanduknya akan aku jadikan
hiasan, dagingnya akan Aku masak enak-enak.” Kata hati pemilik ladang. Dia
berjalan hati-hati ke pondoknya dan mengambil tombak. Kemudian dia berjalan
perlahan mencari rusa tadi. Tampak rusa sudah berjalan di tepi ladangnya
memakan rumput segar. Pemilik ladang terus mengintai si rusa dan akan dia
tombak.
Seharian
dia mengintai rusa itu. Menjelang sore dia kembali ke ladang tapi tidak ada
waktu lagi untuk memanen buah padi. Keesokan harinya juga demikian, saat
pemilik ladang akan memanen buah padinya, kembali rusa muncul di sekitar itu.
Tampak jinak, sambil memakan rumput-rumput segar. Kembali lagi si pemilik
ladang mengintai dengan tombaknya. Anehnya si rusa selalu dapat membaca
geraknya dan menjaga jarak dari pemilik ladang. Hari berikut juga demikian,
rusa muncul dan tampak jinak.
Bulu
anak burung Tattiuq tumbuh sempurna, dan sudah dapat terbang walau masih
setengah melompat-lompat. Tapi dengan segera burung Tattiuq meminta
anak-anaknya untuk terbang keluar dan segera pergi dari sarang mereka. Dengan
segera juga mereka pinda sarang yang baru saja dibuat oleh burung Tattiuq di
tengah hutan. Mereka sekarang aman dan terlindungi dari panas dan hujan.
Setelah itu, rusa tidak lagi muncul dan pemilik ladang kembali memanen padinya.
Dia menemukan sarang burung Tattiuq yang sudah kosong.
*****
Waktu
berlalu, anak-anak burung Tattiuq itu sudah besar. Terbang bermain-main di
seluruh hutan. Sementara itu, ada sebuah ladang petani yang banyak tanamannya.
Tapi ladang petani itu selalu diserang hama babi dan kera. Untuk mengatasi hama babi dan kera pemilik
ladang banyak memasang jerat di sekitar ladangnya.
Suatu
hari, rusa jantan yang pernah membantu burung Tattiuq berjalan-jalan di sekitar
ladang petani itu. Rusa tidak mengetahui kalau banyak jebakan jerat terpasang.
Rusa dengan tenang memakan rumput-rumput segar disekitar itu. Tampa sadari dia
akhirnya menginjak sebuah jerat, dan tanpa ampun kakinya terikat dengan kuat.
“Ah,
rupanya disini ada jerat. Kakiku terikat dan bagaimana aku melepaskan diri.
Betapa kuat tali jerat ini dan pastilah tidak mungkin memutusnya.” Kata hati
sang rusa. Rusa meronta-ronta berusaha melepaskan diri namun sia-sia. Justru
tali jerat semakin kuat mengikat di kakinya. Rusa mulai putus asa. “Matilah Aku
kalau pemilik jerat ini datang.” Jerit hati rusa.
Tiga
ekor anak burung Tattiuq lewat berterbangan bermain saling mendahului.
Sementara induk burung Tattiuq sedang bekerja mencari makan. Salah satunya
melihat rusa itu. Lalu memberintahu saudara-saudaranya. Mereka teringat cerita
ibunya, kalau dulu mereka dibantu oleh seekor rusa jantan yang baik. Seorang
saudaranya terbang pergi memberi tahu ibu mereka yang sedang mencari makan. Dua
saudaranya kemudian terbang menghampiri dan berjaga-jaga. Beberapa waktu
kemudian ibu burung Tattiuq tiba di mana rusa terkena jerat.
“Hai
sahabatku, maafkan semua salahku padamu. Juga sampaikan permintamaafpanku pada
saudara-saudaraku. Sebab, sebentar lagi Aku akan mati. Mungkin sebentar lagi
pemilik jerat ini datang dan menangkapku.” Kata rusa dengan lesu. Burung
Tattiuq bersedih melihat sahabatnya terkena jerat.
“Sahabatku,
jangan berputus asa. Kita akan berusaha dalam keadaan apa pun.” Kata induk
burung Tattiuq.
“Usaha
apa lagi, sahabatku. Kalau kita tidak dapat memutus tali jerat ini, mana
mungkin aku bisa bebas.” Kata rusa putus asa.
“maukah
kau mengikuti saranku, mudah-mudahan berhasil.” Kata induk burung Tattiuq. Rusa
mengiakan, lalu dikatakanlah apa yang akan dia lakukan dan rencanakan. Kemudian
burung Tattiuq dan anak-anaknya pergi. Mereka mencari-cari ulat, dan menemukan
kotoran kerbau. Tampak pada kotoran kerbau banyak ulat-ulat bergerak. Kemudian
mereka kumpulkan dan mereka bawa ke dimana rusa terkena jerat.
Banyak
ulat yang ditebar disekitar rusa. Kemudian ulat-ulat ditaburkan keseluru badan
rusa yang terbaring. Ada juga ulat yang diletakkan di mata (mata terpejam), di
dalam telinga, di pantat, di hidung. Ulat-ulat itu, mengundang lalat dan semut
datang. Sehingga banyak semut memakan ulat sekitar rusa dan lalat yang
mengerubungi sekitar itu. Tampak sekali kalau rusa seakan sudah mati lama.
“Saat
pemilik jerat tiba, kau tahan napas dan gelembungkan perutmu.” Kata burung
Tattiuq. Rusa mengangguk dan berdoa agar rencana mereka berjalan lancar. Burung
Tattiuq dan anak-anaknya terbang ke atas dahan pohon mengawasi.
Benar
saja, beberapa saat setelah itu pemilik jerat datang. Burung Tattiuq memberi
isyarat pada rusa dan rusa mulai menahan napas dan menggembungkan perutnya.
Pemilik jerat begitu gembira melihat jeratnya mendapat rusa. Tapi
kegembiraannya lansung berubah menjadi kekecewaan. Saat melihat ulat-ulat
berserakan ditubuh dan sekitar tubuh rusa. Lalat dan semut juga banyak
disekitar tubuh rusa.
“Yaaa.
Sudah mati dan busuk. Tapi, tidak apalah. Kalau sudah hancur kulitnya, kepala
dan tanduknya dapat dijadikan hiasan dinding.” Kata pemilik jerat, dia tampak
sedih dan kecewa. Kemudian dia melepas tali jerat yang mengikat di kaki rusa.
Karena dia ingin memasang jerat itu lagi. Dia seret tubuh rusa kesebelah jerat,
dan diletakkannya.
“Nanti
akan Aku datangi jerat sesering mungkin agar tidak ada yang mati sia-sia
begini.” Kata si pemilik jerat. Dia berbalik dan melangkah meninggalkan tubuh
rusa, lalu menghampiri jeratnya. Suara burung Tattiuq berbunyi sebagai tanda
aman untuk lari. Pemilik jerat duduk dan mulai memasang jeratnya.
“Wussssss, grusakk-grusakkkk.” Pemilik jerat terkejut dan menengok ke arah suara. Dia melihat rusa yang dia sangka mati tadi melompat dan berlari kencang. Pemilik jerat tampak bingung dan keheranan sekali. Bagaimana mungkin rusa yang sudah berulat, perut menggembung masih bisa berlari. Muncul rasa takut, kalau-kalau hantu yang dia temui.
Rewrite: Tim
Apero Fublic
Editor.
Joni Apero.
Palembang,
5 Februari 2021.
Muhammad
Sikki, Dkk. Struktur Sastra Lisan Toraja.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986. Kunjungi berikut portal pembahasan kesastraan lainnya: Klik Disini
Sy. Apero Fublic
Post a Comment