Dengan Nilai Murni: Membangun Ulang Pendidikan Indonesia.
APERO FUBLIC.- Dunia pendidikan kita sangat buruk sekali. Jangankan membangun manusia-manusia kuat dan memajukan pola pikir masyarakat. Untuk menghancurkan pemikiran tahayul atau pemikiran tidak rasional saja pendidikan kita tidak mampu. Hasil dunia pendidikan kita hanyalah ijazah dan honor pengajar.
Kelemahan
pendidikan kita kemudian datang dari bisnis pendidikan. Sehingga kehilangan
tujuan pendidikan untuk mencerdaskan bangsa, kemudian menjadi keuntungan
yayasan (sekolah-Perguruan Tinggi).
Demi
kebaikan tempat pendidikan milik mereka, maka akan menaikkan bayaran, membangun
gedung, kemudian dihiasi dengan seragam-seragam. Para orang tua akan dihibur
dengan nilai-nilai dan dibanggakan dengan akreditasi yang dilabeli
ungulan-unggulan. Masyarakat kita kemudian membaggakan nama dan poluritas
sekolah anak mereka. Lupa dengan hasil pendidikan, seperti kecerdasan berpikir
dan kecerdasan emosional.
Dengan
memberikan nilai murni pada semua lulusan dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
Tinggi akan menghilangkan pengejaran asal lulus dan tidak menjadikan nilai
sebagai tujuan. Nilai mata pelajaran yang tertulis dan dan lembar ijazah telah
menghilangkan tujuan dari pendidikan itu.
Saat
pulang ke rumah, anak didik akan menunjukkan rapot dan ijazah mereka. Saat
diberikan nilai murni maka orang tua mereka akan tahu kemampuan anak mereka.
Mereka juga tahu pelajaran apa yang anak mereka kuasai. Sehingga mereka akan
memberikan perhatian. Kalau anak lemah dalam bahasa asing, orang tua akan
memberikan pendidikan luar sekolah pada anaknya.
Pada
nilai anaknya yang baik orang tuanya tahu apa yang menjadi jatidiri anaknya.
Misalnya anaknya baik pada nilai seni dan muatan lokal. Orang tua mungkin akan
memasukkan anaknya kursus seni, dan kuliah mengambil jurusan yang berkaitan
dengan seni. Maka anak tersebut tidak bermasalah kalau nilai fisika dan
biologinya nol.
Selama
ini dunia pendidikan kita hanya memperhatikan nilai-nilai di atas kertas.
Mereka menambah nilai-nilai siswa agar mencapai yang ditargetkan sekolah atau
pemerintah. Menyenangkan orang tua dan mengelabui dunia pendidikan. Bukan hanya
pemberian nilai tidak murni. Secara diam-diam sekolah membayar tim akreditasi
untuk meningkat akreditasi sekolah mereka. Lalu dengan bangga mereka berkata
sekolah kami akreditasi A. Pemerintah pusat juga menargetkan nilai dengan
rata-rata tertentu untuk lulus.
Target
nilai dari pemerintah sangat menyulitkan tenaga pendidik. Mereka yang
berhadapan dengan anak-anak didik atau mahasiswa yang malas. Saat diajarkan
batas pemikiran mereka tidak dapat mencapai mata pelajaran karena rendahnya
tingkat kecerdasan siswa dan mahasiswa. Dengan demi kian, mau tidak mau para
pendidik harus membantu nilai mereka agar lulus serta memenuhi nilai target
pemerintah. Kalau tidak nilai anak didik mereka menjadi jebol, mereka akan
dianggap tidak mampu mendidik.
Nilai
murni yang dimaksud adalah nilai yang di dapat oleh pelajar dan mahasiswa
secara mandiri dan hasilnya sendiri tanpa di bantu oleh tenaga pengajar saat
mengisi rapor atau ijazah. Nilai diberikan sesuai kemampuan siswa atau
mahasiswa. Mereka mendapatkan nilai nol tulis nol, berapa hari tidak masuk
tulis berapa hari, bagaimana perilaku mereka tulis sebagai keterangan. Sehingga
rekam jejak pendidikan mereka akan terlihat murni.
Nilai
murni tersebut akan memberi tahu orang tua mereka bagaimana kemampuan dan
kelakuan anak mereka. Kemudian rapot dan ijazah akan digunakan untuk masuk
sekolah lanjutan dan pihak sekolah mengetahui kemampuan anak tersebut. Saat
bekerja riwayat rapot dan ijazah juga berguna memberikan rekam jejak hasil
pembelajaran mereka. Bagi yang ingin nilai baik hendaklah dia berusaha dengan
belajar sungguh-sungguh. Keadaan juga akan adil, dimana hasil belajar yang
sungguh-sungguh dan yang tidak akan tampak. Orang tua mereka akan memberikan
dukungan untuk memperbaiki anak mereka. Sehingga pendidikan tidak hanya
dibebankan pada tenaga pengajar saja.
Seharusnya, jangan pihak sekolah atau pemerintah yang menentukan minimum angka kelulusan. Tapi pihak penerima kerjalah seharusnya memberikan target nilai agar dapat diterimah di tempat bekerja mereka. Dukung dengan hukum dan gabungkan nilai dengan ijazah sehingga pihak penerima tenaga kerja tahu seperti apa kwalitas anak tersebut atau seperti apa kwalitas mahasiswa tersebut. Naikkan dan luluskan disetiap tahun walau nilai mereka nol semuanya.
Oleh. Joni Apero
Editor.
Tim Apero Fublic.
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 17 April 2022.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment