KISAH NYATA: Tujuh Kesatria dalam Perang Praya II (1891-1894)
Sasak
adalah nama salah satu kelompok masyarakat Melayu Nusantara yang mendiami Pulau
Lombok. Pada abad ke sembilanbelas Lombok dikuasai oleh Kerajaan Mataram Hindu.
Penduduk Lombok hampir semuanya orang Islam. Hukum mereka adalah hukum Islam
yang dipadukan dengan hukum adat. Hukum demikian sama seperti hukum masyarakat
di Nusantara kala itu, seperti masyarakat Melayu Palembang, Melayu Riau, Melayu
Minang, Melayu Aceh dan berbagai tempat lainnya di Nusantara. Dengan demikian
kekuatan Islam di Lombok sangat teguh di hati masyarakatnya, dan sampai
sekarang. Hal demikian membuat resah penguasa Mataram.
*****
Perang
Praya II dipimpin oleh Lalu Ismail atau Guru Bangkol dan Mamiq Srinata meletus pada
tanggal 8 Agustus 1891. Awal perang Praya II terjadi karena pemerintah Kerajaan
Mataram terus berbuat sewenang-wenang. Kemudian dendam atas perbuatan kejam
Mataram saat perang Praya I. Ketiga karena terbunuhnya seorang ulama bernama
Guru Ayang oleh seorang Perbekel Bali di Praya tanpa kesalahan yang nyata.
Satu
hal yang paling membuat masyarakat Sasak marah adalah karena pembunuhan Guru
Ayang. Saat mereka meminta keadilan pada raja Mataram tidak ditanggapi. Maka,
jalan terakhir adalah dengan mengangkat senjata. Lebih-lebih mendapat janji
dari seorang Arab yang mengaku bernama Tuan Syarif, mengatak kalau Syayid
Abdullah dan Datu Pangeran telah siap di Cakranegara. Begitu juga desa-desa
lain siap membantu. Namun kenyataanya hanya dua desa yang telah dihubungi,
yaitu Desa Penujak dan Desa Puyung. Kemudian Desa Puyung berkhianat pada Praya
dan memihak Mataram. Akibat laporan orang Desa Puyung, pasukan Praya diserang
pasukan Mataram di Penenteng Aik. Dalam pertempuran itu, pasukan Mataran
terdesak dan beberapa waktu kemudian datang pasukan bantuan dari Mataram. Pasukan
Praya mundur dan Pasukan Mataram mengejar lalu mereka bermarkas di Desa Puyung.
Disana dipimpin langsung oleh Anak Agung Made putra mahkota Mataram dan para
panglimanya.
Keadaan
Desa Praya menjadi sepi karena di tinggal oleh penduduknya mengungsi ke hutan.
Hanya tujuh orang yang masih tinggal mempertahankan Desa Praya. Yaitu, Guru
Bangkol, Mamiq Sapian, Haji Yasin, Mamiq Diraja, Amaq Lembain, Amaq Tombok, dan
Amaq Gewar. Mereka bertahan di dalam masjid.
Untuk
menipu pasukan Mataram disekeliling mereka tanam bumbung bambu. Lalu di
belakang diikatkan tombak yang diikat satu sama lain. Saat tali penghubung
ditarik maka tombak-tombak dapat bergerak bersamaan. Saat dilihat dari luar
tampak ada ratusan orang menggerakkan tombak-tombak siap berperang. Masjid di
kepung oleh pasukan Mataram, dan tidak dapat mendekati masjid. Ketujuh orang
secara bergiliran menyusup keluar masjid lalu mengamuk menghabisi satu demi
satu pasukan Mataram. Setiap hari masjid ditembak dengan senapan dan meriam. Tapi
tidak ada kerugian jiwa karena memang tidak ada pasukan selain ketujuh satria
itu.
Sementara
itu, orang Desa Praya yang mengungsi ke hutan kembali masuk desa dan mulai
membantu tujuh kesatria melakukan perang fisabilillah itu. Semangat yang tinggi
tumbuh dan kekuatan mereka bersatu. A.A. Made berusaha sekeras mungkin untuk
menjatuhkan Praya. Namun mereka tidak dapat menembus pertahanan Praya.
Benteng
pertahanan dan sarang meriam Pasukan Mataram di Ruak diserang dan bahan-bahan
beserta senjatanya diangkut pasukan Praya dalam satu malam saja. Kemudian A.A.
Made berencana membuat benteng stelsel mengelilingi Praya. Benteng dibuat
sepanjang dua setengah kilo meter di barat Praya. Dia berusaha mencegah orang
Praya yang keluar untuk mencari makan. Benteng itu diserang pasukan Praya pada
suatu malam. Beratus-ratus pasukan mataram tewas dan senapan, bahan makanan,
dan alat-alat diangkut oleh pasukan Praya juga selesai dalam satu malam itu
juga. A.A. Made menjadi sangat gusar, ditambah lagi desakan ayahnya raja
Mataram untuk menyelesaikan perang secepatnya.
Pasukan
bantuan kembali didatangkan ke Praya dipimpin oleh A.A. Ketut. Namun pasukan
Mataram masih tidak dapat menembus pertahanan Praya yang semakin kuat. Bahkan
mereka terus menderita kerugian terutama korban jiwa. A.A. Made dan A.A. Ketut
mencurigai kalau pasukannya dari orang Melayu Sasak berperang tidak
sungguh-sungguh. Untuk itu, pemimpin orang Sasak, Mamiq Wirata dan anaknya
dilucuti lalu dikirim ke Cakranegara. Di sana keduanya dibunuh dengan kejam.
Selanjutnya, pemimpin orang Sasak bernama Haji Ali dan Mamiq Nursasih dari
Sakra akan disingkirkan juga oleh A.A. Made. Keduanya masih sempat melarikan
diri bersama pengikutnya kembali ke Sakra. Dari Sakra keduanya menyerukan dan
mengobarkan perang fisabilillah yang disambut oleh semua desa di Lombok Tengah
dan Lombok Timur.
Mereka
menceritakan kekejaman A.A. Made yang telah menangkap empat ratus lima puluh
orang sasak yang ikut memerangi Praya dan membunuh Mamiq Wirata bersama
anaknya. A.A. Made juga berencana akan membunuh semua haji-haji di Lombok.
Dalam
beberapa hari perang fisabilillah diumumkan. Semua desa-desa di Lombok Tengah
dan Timur berbalik menyerang kedudukan Mataram. Sehingga semua orang Mataram
disapu bersih. Diantara orang Mataram yang berusaha bertahan segerah terbunuh.
Pemimpin
masyarakat Sasak waktu itu yang bersatu menjadi satu kekuatan. Yaitu, Mamiq
Mustiaji dari Kopang, Mamiq Nursasi dan Haji Ali dari Sakra, Guru Bangkol dari
Praya, Raden Wiranom daro Pringgabaya, Raden Ratmawa dari Rarang, Raden Melaya
dari Masbagik, Raden Umas dari Jonggat. Setelah kekuatan Mataram di Lombok
Timur jatuh, kemudian kekuatan ditujukan menyerbu desa-desa yang dipertahankan Mataram
di sebelah barat Sungai Babak.
Semua
masyarakat bergabung dan membentuk kesatuan-kesatuan menurut kelompok mereka.
Dalam pertempuran di Pringgarata tempat pesanggrahan A.A. Made dia terpukul
mundur ke Sintung. Di Sintung pasukan Mataram di hancurkan, bahkan A.A. Made
hampir tewas kalau tidak segerah dilarikan anak buahnya. Bahkan tandu A.A. Made
dirampas dan dihancurkan pasukan Mamiq Mustiaji.
Kedudukan
pasukan Mataram di Desa Puyung penghianat yang dipimpin A.A. Ketut juga
mendapat giliran serbuan masyarakat Sasak. Lalu A.A. Ketut dan sisa pasukan
melarikan diri ke Kediri. Tidak berapa lama Kediri dan menyusul daerah Bengkel
juga direbut orang Sasak. Sampai akhirnya wilayah kerajaan tinggal di Kota Mataram,
Cakranegara dan Narmada.
Tapi
Mataram belum putus asa untuk memenangkan peperangan dengan orang Islam Melayu
Sasak. Pertahanan mereka kuat dan mereka menggunakan waktu dalam waktu tiga
tahun antara perang dan damai Mataram untuk mengumpulkan kekuatan. Kerajaan
Mataram membeli dua buah kapal dari Singapura untuk patroli laut disekitar
Pulau Lombok. Selain itu, Mataram membeli senjata api terbaru juga dari
Singapura. Setelah perang Bali selesai bantuan dari Karangasem didatangkan
dibawa pimpinan A.A. Gede Jelantik. Belanda memberi nasihat agar tidak terlalu
kejam dalam menumpas perlawanan masyarakat Sasak. Namun nasihat tersebut hanya
dianggap angin lalu saja oleh Mataram.
Pasukan
Mataram dibagi menjadi dua bagian, fron timur bermarkas di Kotaraja dan fron
selatan bermarkas di Mujur. Masyarakat Sasak juga membagi pasukan mereka dua
fron untuk menghadapi pasukan Mataram. Sejak perang masyarakat di Lombok
meninggalkan pertanian sehingga kelaparan mengancam mereka. Melalui orang
Melayu Bugis, Belanda menyelidiki keadaan masyarakat Melayu Sasak.
Pemimpin
Sasak mengirim surat permohonan bantuan pada Gubernur Belanda pada 20 Februari
1894. Pada 3 Maret 1894 utusan gubernur yaitu Liefrinch menuju Lombok dan
berlabu di Tanjung Luar kemudian menuju Sakra. Setelah berunding dengan
pemimpin rakyat, Liefrinch kembali ke Buleleng. Beberapa hari kemudian
Liefrinch kembali lagi dengan beberapa kapal perang. Mereka bermusyawarah dan
menurunkan bahan makanan. Masa itu, perang sedang meredah walau tidak ada
perdamaian.
*****
Belanda
sudah lama tertarik dengan Lombok dan sekitarnya. Namun peperangan diberbagai
daerah di Nusantara menyibukkan Belanda. Sehingga mereka untuk sementara
mengabaikan Kerajaan Mataram. Lombok sangat kaya akan hasil beras, sejak berabad-abad
lalu sudah diekspor ke luar negeri, seperti ke
Australia, Borbon, Manila, dan Cina. Sehingga sangat menarik bagi
Kolonial Belanda untuk memenuhi suplai beras.
Selain
itu, Belanda juga tidak ingin Inggris menancapkan pengaruhnya di Mataram. Berbekal
kekhawatiran akan kekuasaan Inggris di sana, Belanda mengambil tindakan
pencegahan dengan cara menaklukkan Kerajaan Mataram. Untuk itu, mereka mau
membantu masyarakat Sasak dalam menghadapi Mataram. Bagi Belanda, Kerajaan
Mataram tidak begitu kuat dari sisi taktik perang zaman itu. Sebab orang Lombok
dimana kekuasaan Mataram penduduknya hampir semuanya beragama Islam. Belanda
juga tahu bagaimana kelakuan orang Mataram pada masyarakat di Lombok. Maka
dengan dalih menyelamatkan masyarakat Melayu Sasak, Belanda campur tangan dan
menyerang Mataram bersama masyarakat Lombok. Namun penyerangan juga atas
penghianatan Mataram pada perjanjian yang telah disepakati. Entah benar atau
tidak memang pada dasarnya cara memerintah Kerajaan Mataram memang tidak baik.
Sehingga menimbulkan kebencian dan dendam yang tersimpan bagaikan bara api di
dalam jiwa setiap orang Lombok pada Mataram.
*****
Karena
berbagai tuntutan tidak dihiraukan pihak Mataram. Maka Belanda melalui Surabaya
memulai ekspedisi ke Lombok pada 3 Juli 1894. Bersamaan dengan itu, dibuat
peraturan memperketat impor dan ekspor serta penyaluran kebutuhan perang ke
Lombok. Selain itu, pencegahan mendatangkan bantuan perang dari Karangasem dan
mencegah A.A. Made melarikan diri keluar Lombok. Anak Agung Made dianggap anak
raja yang paling jahat selama ini. Dia mengancam seusai perang akan membunuh
semua pemimpin masyarakat Sasak dan para haji agar tidak ada lagi
pemberontakan.
Ekspedisi
berkekuatan lima kapal, yaitu Prins Hendrik, Koningin Emma, Trom, Sumatra dan
Borneo. Seratus tujuh orang perwira, seribu tiga ratus dua puluh orang prajurit
Eropa, sembilan ratus empat puluh delapan orang prajurit bumiputra, tiga ratus
delapan puluh enam ekor kuda, tiga puluh tujuh ekor keledai, dua ratus enam
belas orang pembantu, enam puluh empat orang mandor, seribu tujuh ratus delapan
belas orang narapidana, dan beberapa orang pegawai sipil. Panglima ekspedisi
Mayor Jenderal J.A. Vetter, wakil panglima Mayjen P.P.H. Van Ham. Tiba di Ampenan
pada 5 Juli 1894, kemudian langsung mengirim ultimatum disampaikan pada raja
Mataram dan harus disetujui sebelum matahari terbit keesokan harinya (6 Juli
1894).
1.Raja
harus tunduk seluruhnya di bawah Pemerintah Kolonial Belanda.
2.
Raja harus meminta maaf atas semua kesalahan-kesalahannya selama ini.
3.A.A.
Made harus diserahkan kepada Belanda.
Pada
Tanggal 11 Juli 1894 baru saja pasukan akan diberangkatkan menyerbu istana
Mataram. Datang utusan bahwa menyetuji menyerahkan A.A. Made, tapi dengan
syarat rajalah yang akan membuang A.A. Made. Sehingga diminta untuk mengirim
panitia yang menyaksikan A.A.Made yang akan bunuh diri. Maka dikirmlah
Liefrinck dan dua punggawa Buleleng yang sudah mengenal A.A. Made. Sekembali
dari Mataram Liefrinck menceritakan pada J.A. Vetter kalau A.A. Made bunuh diri
atau dibunuh sesaat sebelum dia datang. Buktinya saat dia tiba mayatnya masih
menggelepar. Orang-orang menduga kalau A.A. Made dibunuh atas perintah raja
karena dia telah berbuat maksiat bersama anak gadis saudara laki-lakinya. Mayat
keduanya kemudian dibuang ke laut atas perintah raja.
*****
Setelah
peristiwa itu, perang tidak terjadi. Maka Belanda menjadi pasukan sahabat. J.A.
Vetter membangun pos-pos militer antara Mataram dan Karangjongkong berhadapan
dengan Puri Raja. Panglima Belanda dan wakilnya tinggal di Puri Gusti Gede
Jelantik. Kemudian diadakan perundingan-perundingan antara masyarakat Sasak
dengan pihak Kerajaan Mataram.
1.Masyarakat
Melayu Sasak akan membentuk pemerintahan sendiri yang otonom sederajad dengan
pemerintahan Mataram dibawah pengawasan Pemerintah Belanda.
2.Kerajaan
Mataram diwajibkan membayar biaya perang sebesar satu juta fonsterling sebelum
ekspedisi meninggalkan Lombok.
3.Setiap
tahun Mataram dibebani kewajiban menyumbang 25.000 fonsterling untuk biayah
Pemerintah Belanda di Lombok.
Karena
semua syarat di terima Mataram dan masyarakat Sasak. Maka Vetter memerintahkan
menghancurkan semua benteng-benteng pertahanan kedua belah pihak sebelum dia
meninggalkan Lombok. Untuk memastikan dikirim pasukan ke pedalaman memastikan
perjanjian ditepati semuanya.
*****
Tidak
berapa lama Raja Mataram mulai menghianati perjanjian tersebut atas anjuran
dari orang Rusia, bernama Malingin. Dia mengusulkan agar pasukan Mataram
menyergap pasukan Belanda saat akan menyebarang. Rencana penyergapan dilaporkan
oleh Kapten Infanteri Schmidhamer kepada Vetter. Laporan itu, sebelumnya
disampaikan oleh seorang penduduk yang mendengar rencana tersebut bernama Amaq
Amat dari Sukaraja. Pihak Belanda berusaha mengecek kebenaran itu, dengan
bersurat pada A.A. Ketut. Tapi dia tidak tahu menahu. Vetter kemudian
tenang-tenang saja dan menambah kekuatan pasukannya di Cakra, Vetter dan
wakilnya Van Ham tidur diantara prajuritnya. Menjelang tengah malam terdengar
letusan senjata terus menerus. Sehingga terjadilah perang antara pasukan
Mataram dan pasukan Belanda, pada 25 Agustus 1894.
Keesokan
harinya Vetter dibawah hujan peluru terus menerus berhasil meloloskan diri
menuju pasukan induknya di Ampenan. Sedangkan Van Ham tertembak di perutnya dan
kemudian meninggal dunia. Sementara Raja Mataram menyalahkan penyerangan itu
pada Gusti Ketut Gusa yang memimpin penyerangan malam itu. Sehingga dia
melarikan diri ke Praya dengan dalih akan masuk Islam. Tapi masyarakat Sasak
tidak percaya lagi pada orang Mataram. Kemudian Gusti Ketut Gusa dan dua orang
utusan raja di penggal, lalu kepala mereka di serahkan pada Jenderal Vetter di
Ampenan, 18 September 1894.
*****
Sudah
sejak tanggal 30 Agustus 1894 Mataram sudah dibombardir Belanda. Seluruh pantai
barat dan utara pulau Lombok dijaga ketat sehingga tidak mungkin Mataram
mendapat bantuan dari Bali. Sebelumnya pada 7 Agustus 1894 Gusti Gede Jelantik
telah meninggalkan pulau Lombok dari Kombal menuju Karangasem, Bali.
Pihak
Mataram mulai bermain politik untuk menghadapi Belanda. Mereka memberikan
janji-janji muluk pada orang Sasak untuk berperang bersama mereka untuk melawan
Belanda. Memberikan banyak uang dan menyerahkan Datu Pangeran, dan A.A. Ketut
yang beragama Islam pada Guru Bongkol di Praya. Namun luka yang dibuat orang
Mataram terlalu dalam sehingga tidak mungkin bagi mereka membantu Mataram.
Sementara itu, orang-orang di Lombok Tengah dan Lombok Timur telah
dipersenjatai untuk menggempur Kerajaan Mataram.
Belanda
bersama masyarakat Lombok mengepung pertahan terkuat Mataram di Pagesangan dan
Pagutan. Pada 17 September tempat itu jatuh. Di sana ikut tewas anak laki-laki
almarhum A.A. Made bernama Gusti Luki. Pada malam tanggal 20 September pasukan
Mataram mencoba merebut Pagutan tapi dicegat pasukan rakyat Sasak. Bahkan
mereka berhasil menangkap bekas pemimpin Pagutan, Ida Nyoman Kosong dan
diserahkan pada jenderal Vetter.
Kota
Mataram mulai diserang dari tanggal 27 September 1894. Di bawah pimpinan
Jenderal M. Segov meriam-meriam gunung Belanda membombardir kota Mataram. Pada
tanggal 29 September 1894 tiga setengah batalyon menyerbu kota Mataram dari
semua penjuru. Serangan Belanda dipimpin langsung Vetter, dan pihak Mataram
dipimpin Putra Mahkota. Putra mahkota bertahan mati-matian di dalam puri raja.
Korban berjatuhan dikedua belah pihak. Termasuk putra mahkota dan sejumlah
keluarga dan pembesar kerajaan. Sisanya mengungsi ke Cakranegara dan menyerah.
Puri Mataram dibakar dan diratakan dengan tanah, menggunakan mesin, dinamit,
linggis dan sekop. Kota Mataram jatuh dan penduduknya mengungsi ke gunung atau
meminta perlindungan pada masyarakat Sasak.
*****
Pada 15 November 1894 bantuan pihak Belanda kembali datang dari Ampenan. Tiga hari kemudian Jenderal Vetter memimpin menyerang Cakranegara. Sebelumnya Cakranegara telah di bom berhari-hari. Pertempuran dimulai dari subuh sampai menjelang soreh. Pasukan Belanda mendapat perlawanan sengait, mereka ditembaki dari setiap sudut dan dari atas pagar dan pepohonan. Pasukan Belanda merangsek masuk ke sekitar Puri. Tapi saat mendekati petak penyimpanan harta benda pasukan Belanda terpukul mundur. Jenderal Vetter menunda pembersihan sampai esok hari. Kesempatan itu digunakan raja untuk melarikan diri ke Sasari di tengah malam. Puri ditinggalkan kosong dan tidak ada seorangpun. Menjelang subuh petak yang dipertahankan mati-matian itu telah dipenuh oleh orang Sasak. Mereka mengambil harta benda, uang dan lainnya. Belanda menemukan 230 kilogram emas, 3.180 kilogram uang perak. Sebuah naskah Keropak Negarakertagama berhasil diselamatkan Brandes seorang ahli bahasa yang ikut ekspedisi. Naska tersebut menceritakan tentang Kerajaan Majapahit.
*****
Sesungguhnya
orang-orang Melayu Islam di Lombok sangat kuat dan pemberani. Namun yang
menjadi kelemahannya adalah mereka tidak bersatu. Kalau mereka bersatu Kerajaan
Mataram tidak akan dapat bertahan lama. Sebagai contoh bentuk tidak bersatunya
masyarakat Lombok saat terjadinya perang Kalijaga.
Dea
Guru dan Dea Meraja berani menolak lamaran raja Mataram. Karena sebelumnya
Raden Amir dan Raden Kardiyu menjanjikan bantuan kalau Kalijaga diserang
Mataram. Namun dalam perjalanan perang rahasia mereka dibocorkan oleh seorang
pengikut Kalijaga bernama Pe Sriyaman. Kemudian Raden Amir dan Raden Kardiyu
juga berbelok menyerang Kalijaga hanya karena janji dari raja Mataram agar
mereka diampuni.
Kemudian
pada perang Praya I, dimana Mataram ingin menguasai seluruh Pulau Lombok.
Mataram melakukan politik pecah belah diantara desa-desa otonom atau yang
mempunyai pemimpin sendiri. Mataram yang ingin menguasai Lombok juga
menggunakan siasat halus. Dengan cara melamar seorang Putri Raden Wiracandra di
tolak oleh Praya. Untuk menyerang Praya Mataram menghasut desa-desa tetangga
Praya, seperti Kopang, Batukliang, Rarang dan Sakra agar memusuhi Praya. Akibat
hasutan seolah-olah Kopang dan Batukliang musuh utama dari Praya. Kemudian
terjadi persengketaan batas wilayah antara Praya dan Batukliang dan Kopang.
Praya kemudian menyerang Batukliang dan Kopang, lalu Mataram datang membantu.
Mataram mengirim Ratu Gede Wanasara yang di dampingi Ida Made Rai dan Gusti
Made Kaler. Praya di kepung selama satu setengah tahun membuat kelaparan,
kemudian diakhir perang Raden Wiracandra
dan semua pembantunya bertekad untuk mati fisabilillah. Begitu juga
pasukan Haji Umar juga menjalani perang fisabilillah. Keluarga Raden Wiracandra
banyak yang ditawan, dibunuh, dibuang. Hanya Raden Tunggul putra Raden
Wiracandra yang berhasil meloloskan diri ke Sumbawa dan berlayar ke Bugis.
Hancurnya
Praya membuat kebanggaan bagi Batukliang dan Kopang. Namun kebaikan Mataram
pada kedua desa itu hanyalah siasat melemahkan dan bagian dari politik adu
domba. Lima bulan setelah Kopang dihancurkan Mataram. Berlanjut dengan
kehancuran Batukliang. Satu tahun kemudian tiba giliran Raden Amir dari Mamben
dan Raden Kardiyu dari Korleko, yang sebelumnya menghianati Dea Meraja dan Dea
Guru. Lalu Kalijaga dan Penguasa Kalijaga Raden Meraja juga dihancurkan
Mataram.
Karena
tidak bersatunya orang-orang Sasak di Lombok membuat mereka lemah. Mudahnya
diadudomba sehingga masyarakat Melayu Sasak selalu rusuh dan bertikai satu sama
lainnya. Sehingga mereka tidak dapat mengalahkan Kerajaan Mataram yang kecil
menjajah mereka. Kalau mereka dapat bermusyawarah dan mengedepankan persatuan
umat dan Islam, pastilah mereka sangat kuat. Sebagaimana saat terjadi perang
Praya II yang dimulai dari tujuh kesatria Praya. Dalam waktu singkat Mataram
hampir jatuh.
Dunia
berputar dan zaman berubah-ubah. Kezaliman Mataram yang memerintah dengan
tangan besi dan sewenang-wenang juga akhirnya berakhir. Perang Lombok terjadi
masyarakat Lombok dan Belanda berhasil menghancurkan Mataram. Kalau sebelumnya
Mataram yang melakukan pembunuhan, pembersihan keluarga musuh-musuhnya,
menawan, membuang, dan melarikan diri. Saat terjadi perang antara tahun
1891-1894 giliran keluarga Raja Mataram, orang Mataram dan pembesar Mataram
yang menerima hukum karma. Mereka juga yang terbunuh, dibuang, dan melarikan diri
tanpa tahu arah.
Kekalahan
Mataram adalah pelajaran bagi penguasa dan kita semua. Kesewenangan dan
kekejaman pada rakyat hanya melemahkan kekuatan negara. Kesombongan dan
keserakahan A.A. Made Karangasem membuat penderitaan dan luka bagi rakyat
Sasak. Sehingga dia dibenci oleh orang Lombok. Maka dalam serbuan Belanda
masyarakat Sasak tidak mau membantu Mataram dan justru membantu Belanda untuk
meruntuhkan Mataram. Mataram runtuh pada tahun 1894. A.A. Made yang selalu
meneror haji atau ulama yang menyebabkan kemarahan rakyat Sasak Islam. Juga mati
terhina sebagaimana perlakuannya pada orang Sasak.
Kita dapat melihat bagaimana pemerasan pada rakyat dan akhirnya harta yang terkumpul juga dirampas rakyat. Tembok-tembok istana yang dibangun atas jerih payah rakyat juga akhirnya dibongkar rakyat. Lalu apa yang dihasilakan sebuah pemerintahan demikian selain kelelahan dan penderitaan orang banyak. Oleh karena itu, hal yang menjadi pelajaran bagi kita adalah ahlak, adab, kebaikan dan kemanusiaanlah yang perlu kita perjuangankan, bukan nafsu dan keserakahan materialisme. Sebuah peradaban seperti tumbuhan yang tumbuh, berkembang dan mati. Tetapi setiap kehancuran dinasti atau pemerintahan semuanya disebabkan dari dalam terutama rusaknya moral pemimpin dan pembesarnya itu sendiri.
Disusun: Tim
Apero Fublic.
Editor.
Joni Apero.
Palembang,
21 Mei 2022.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Sumber:
Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1977/1978.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment