LGBT: Perbedaan atau Penyimpangan
Indonesia sebagai negara yang beragama sudah tentu
tidak menyetujui adanya LGBT di negara ini. Meski demikian kampanye adanya kaum
ini terus merajalela dengan sangat massif didukung dengan adanya kemajuan
teknologi yang membuat pelaku pro-LGBT menyebarkan ajaran ini melalui drama,
musik, dan hiburan lainnya yang bisa ditemukan di internet yang dengan mudah
dapat diakses oleh siapapun.
Lesbian dan gay sendiri merupakan termasuk dalam
homoseksual dimana menurut Sukanto, homoseksual adalah seseorang yang memiliki
kecenderungan untuk tertarik pada orang yang memiliki jenis kelamin yang sama
sebagai mitra seksualnya, atau singkatnya dapat dikatakan sebagai penyuka
sesama jenis.
Adapun lesbian adalah penyuka sesama perempuan,
sedangkan gay adalah penyuka sesama laki-laki. Selain itu, terdapat pula
biseksual yang secara sederhana berarti seseorang yang memiliki ketertarikan
pada semua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Selain itu, terdapat
pula transgender yang merupakan seseorang yang mengidentifikasikan dirinya
sendiri yang menyerupai lawan jenis kelaminnya, entah itu laki-laki ataupun
perempuan.
Pengertian di atas sudah membuat kita bingung dengan
adanya individu-individu yang menyatakan dirinya sebagai salah satu dari LGBT
dan itu pula yang membuat penulis percaya bahwa hal tersebut bukanlah sebuah
kewajaran dari adanya perbedaan dalam diri individu melainkan sebagai sebuah
penyimpangan. Hal ini dikarenakan bahwa secara naluriah manusia memiliki
kecenderungan untuk menyukai lawan jenisnya.
Selain pada pandangan naluriah, terdapat pula studi
mengenai pengaruh hubungan sesama jenis, dimana menurut Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Amerika, yaitu CDC (Centers for Desease Control and
Prevention), mengungkapkan bahwa hanya dengan 4% pria homoseksual yang
berhubungan dengan sesama jenis akan membuat mereka mewakili 66% dari infeksi
virus HIV di negara Amerika Serikat. Bahkan belum lama ini marak virus baru
yang dikenal di Indonesia dengan sebutan “Cacar Monyet.”
Dilansir dari Tribunnews yang menyebutkan bahwa Negara
Spanyol menutup sauna gay dikarenakan menjadi sumber penyebaran cacar monyet.
Besarnya pengaruh terhadap penyebaran penyakit ini sudah dapat menjadi bukti
bahwa penyimpangan tersebut mengakibatkan hal buruk pada diri manusia sendiri.
Menurut Byrd, faktor genetik dari individu merupakan kontributor
dalam terbentuknya individu menjadi seorang lesbi, gay, biseksual ataupun
transgender. Namun, hal ini tidak serta merta menjadikan seseorang termasuk
dalam LGBT. Apalagi manusia adalah makhluk yang terus berkembang, baik fisik
maupun pengetahuan, sehingga perilaku seseorang juga dapat dipengaruhi dari hal
lain.
Notoatmodjo mengungkapkan bahwa perilaku itu dibentuk
melalui suatu proses dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Pernyataan
ini tentu dapat menjadi dasar bahwa seseorang tidak secara otomatis menjadi
LGBT, melainkan karena adanya pengaruh dari lingkungan orang tersebut.
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis menyadari bahwa
LGBT merupakan sebuah orientasi seksual yang menyimpang dari norma alamiah
manusia. Selain itu, LGBT juga memberikan dampak buruk terhadap manusia itu
sendiri berupa timbulnya penyakit yang dapat diderita oleh mereka.
Meski demikian, kita tidak dapat menutup mata pada
kenyataan bahwa terdapat pula pelaku LGBT di Indonesia. Mereka yang termasuk
didalamnya merupakan orang-orang yang membutuhkan dorongan serta dukungan kita
sehingga dapat membuat mereka kembali pada orientasi seksual mereka yang
sesungguhnya.
Seperti yang sudah disinggung pada paragraf sebelumnya
bahwa perilaku juga dipengaruhi oleh lingkungan. Maka dari itu, kita sudah
sepantasnya menciptakan kondisi lingkungan yang dapat membantu mereka untuk
berubah, serta mengarahkan mereka untuk keluar dari perilaku menyimpangnya.
Namun, harus dagarisbawahi bahwa dorongan yang kita lakukan adalah untuk membuat seseorang keluar dari orientasi menyimpangnya, dan bukan mendukung
pilihan mereka yang mengklasifikasikan diri mereka sendiri termasuk dalam LGBT.
Penyimpangan orientasi seksual dapat dicegah dengan
cara sedari dini kita harus dapat menanamkan pengetahuan kepada anak mengenai
orientasi seksualnya. Seperti kita ketahui, anak adalah peniru yang andal. Oleh
karena itu, anak akan dengan mudah mengikuti apa yang dilihat selama ini, namun
tanpa mempertimbangkan kebenaran atas apa yang dilakukannya.
Maka dari itu, kita sebagai orang dewasa yang sudah dapat membedakan benar dan salah harus dapat mengarahkan serta memberikan contoh yang benar terhadap anak-anak di bawah umur sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan identitas dirinya sendiri, dimana hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan baik secara fisik maupun psikisnya.
Oleh. Suci Oktarini.
Editor. Joni Apero
Palembang, 1 Juni 2022. (Mahasiswi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Fakultas Adab dan Humaniora. Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment