Pahlawan Nasional: La Madukeleng Dari Wajo
Utusan
membawa surat mennyatakan kalau Wajo dalam masalah besar. Ancaman VOC yang
terus menerus dan merajalelah. Sehingga beliau kembali memenuhi panggilan tanah
leluhurnya. La Madukeleng seorang bangsawan Wajo itu kemudian mengumpulkan
kekuatannya, persenjataan dan membangun armada. Kapal angkutan mereka jenis kapal
cepat (Bintak), dan dapat memuat meriam-meriam yang di beli dari orang Inggris.
Pasukannya
terdiri dua angkatan, Darat dan Laut. Pasukannya adalah pasukan yang istimewa
dan terlati. Sudah berpengalaman dalam pertempuran di berbagai tempat, seperti
Semenanjung Malaya, Johor, Sulawesi yang terdiri dari orang-orang dari Bugis,
Pasir, Kutai, Makasar, dan lainnya.
La
Madukeleng kemudian berangkat menuju Makasar melalui Mandar. Dalam
perjalanannya armadanya dua kali di cegat pasukan laut VOC Belanda (8 dan 12
Maret 1743). Namun armada Belanda yang terdiri dari enam kapal tidak dapat
mengalahkan armada beliau yang berpengalaman dalam perang laut.
Kembali
armada La Madukeleng diserang Belanda saat melewati pulau Lae-Lae. Pasukan VOC
yang berada di dalam benteng menembaki mereka dengan meriam-meriam benteng.
Tidak tinggal diam mereka juga membalas dengan gencar.
Sementara itu, Gubernur VOC di Makasar Johan Santijn mendengar kedatangan pasukan La Madukeleng. Kemudian segerah mengirim armada yang besar untuk menghancurkan armada La Madukeleng di sekitar pulau Lae-Lae. Namun diluar dugaan mereka, hampir semua armada VOC tenggelam oleh pasukan La Madukeleng yang pemberani dan berpengalaman. Dalam kegigihannya akhirnya La Madukeleng berhasil mencapai pelabuhan Gowa dan disambut teman-temannya.
Armada Belanda sudah tidak berdaya sehingga tidak ada gangguan lagi pada mereka. Lalu melanjutkan pelayaran menuju Bone, Ujung Palette. Dari sana bertolak ke Peneki dalam mengemban tugas untuk memanggu jabatan Arung yang diwariskan orang tuanya, dengan gelar Arung Motawa Wajo XXXIV, sebagai pemimpin Wajo ke 34 dia diangkat pada 8 November 1736 di Paria.
Selama kepemimpinannya 29 tahun, dia berhasil menghalau VOC, dan memperluas wilayah kekuasaannya. Kemudian dia digelari “Petta Pamaradekangi Wajona To Wajoe.” Gelar bermakna yang memerdekakan tanah Wajo dan rakyatnya. Beliau wafat pada usia ke 65 tahun. Atas jasa-jasanya yang telah berjuang menentang penjajah Belanda maka beliau dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia dengan penetapan Keputusan Presiden No. 109/TK/1998 tertanggal 6 November 1998.
Rewrite: Tim
Apero Fublic
Editor.
Totong Mahipal
Palembang,
27 Mei 2022.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment