Sultan Nuku Muhammad Amiruddin Penguasa Tidore sampai Papua.
Belanda kemudian mengangkat Kaicil Gay Jira menjadi pemimpin Tidore, kemudian digantikan oleh anaknya Patra Alam. Penobatan tersebut ditetang oleh Pangeran Nuku dan adiknya Kamaluddin. Berdasarkan adat kebiasaan pengangkatan Sultan atau Raja haruslah keturunan langsung dari sultan atau raja.
Politik Belanda
kembali berubah, mereka menyingkirkan Patra Alam dan mengangkat Pangeran
Kamaluddin menjadi Sultan, Ternate dan Tidore. Sehingga beberapa saat kemudian,
Pangeran Nuku kemudian berbalik bertengkar dengan adiknya Kamaluddin yang
diangkat oleh Belanda sebagai Sultan.
Sultan
Nuku atau Sultan Muhamad Amiruddin kemudian pergi menjauh diam-diam dia
membangun armada kora-kora yang besar di Papua dan sekitar pulau Seram.
Kemudian Seram bagian timur dipilih menjadi pusat pertahanan oleh beliau. Pada
tahun 1787 lokasi pertahanan beliau diketahui Belanda dan mengirim pasukan
untuk menghancurkan pertahanannya di sana. Pangeran Nuku kemudian mundur dan
membangun kembali pasukannya di Pulau Gorong.
Untuk
memperkuat pertahanan Pangeran Nuku membeli senjata pada Inggris. Selama
delapan tahun beliau terus memperkuat diri. Hingga pada waktunya beliau
melancarkan serangan pada benteng Belanda di Tidore. Serangan yang mendadak
membuat Belanda tidak dapat berbuat banyak. Kemudian mereka kalah dan menyerah.
Setelah
Pangeran Nuku berhasil merebut kembali pulau Tidore. Sultan Kamaluddin
melarikan diri ke Ternate. Kemudian pangeran Nuku mengangkat dirinya menjadi
Sultan Tidore. Bergelar Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus
Amiruddin Syah Kaicil Paparangan. Beliau juga digelari rakyatanya dengan “Jou
Barakati” bermakna Pemimpin Yang Diberkahi.
Masa
pemerintahan beliau dihitung dari 1797-1805, dimana Kesultanan Tidore meliputi
Pulau Tidore, Halmahera Tengah, Seram Timur, dan Papua. Sejarah mencatat beliau
dalam kepemimpinannya mencapai 25 tahun dia berjuang dalam
peperangan-peperangan dalam menegakkan kebenaran dan keadilan serta menghalau
penjajah Belanda.
Sultan Nuku mangkat pada tanggal 7 November 1805. Atas perjuangan dan perlawanannya terhadap penjajah Belanda. Beliau kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 7 Agustus 1995 dengan Keputusan Presiden No. 71/TK/1995.
Rewrite. Tim
Apero Fublic
Editor.
Joni Apero
Palembang,
28 Mei 2022.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment