DONGENG WALIO: Kisah Ayam dan Kera
“Aku
lapar, ku makan engkau ayam.” Kata kera sambil mencabuti bulu-bulu ayam. Tentu
saja ayam tidak tinggal diam. Dia terus meronta dan berusaha melepaskan diri.
Bulu ayam hampir habis dicabuti oleh kera jahat itu. Beruntung beberapa saat
setelah itu, ayam berhasil melepaskan diri. Dia berlari dan menuju rumah
sahabat lamanya, si Kepiting.
Saat
menjumpai sahabat kepitingnya, dia menceritakan semua hal telah menimpanya.
Sehingga kepiting tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Itulah
kata orang tua, kalau kita mencari teman, haruslah memilih teman yang baik
hatinya dan setia. Sudah, masrilah masuk kedalam rumah.” Kata kepiting
menasihati ayam, lalu mengajak masuk kedalam rumahnya.
“Kepiting
tolonglah, bagaimana bulu-buluku kembali tumbuh seperti semulah.” Kata si Ayam.
Kepiting mengangguk dan dia memandikan ayam dengan santan setiap hari. Sehingga
dalam waktu beberapa hari bulu ayam kembali seperti semulah.
“Bagaimana
caranya kita dapat menghukum kera itu.” Tanya ayam pada kepiting.
“Aku
punya ide, kita membuat sebuah perahu dari tanah liat yang ada disekitar
lobangku ini. Setelah selesai, kita undang kera itu untuk pergi berlayar ke
sebuah pulau yang banyak buah-buahannya.” Saran kepiting, ayam setuju dan
mereka mulai membuat perahu dari tanah liat. Beberapa minggu kemudian perahu
selesai. Ayam pun pergi mencari kerah yang dulu hampir memakannya dan mencabuti
bulu-bulunya. Ayam menjumpai kera itu di suatu tempat. Mereka bertutur sapa dan
berbasah-basih.
“Kera,
marilah kita berlayar ke sebuah pulau yang banyak buah-buahannya, sedangkan
engaku sangat pandai memanjat.” Kata ayam.
“Ayam,
ayam. Dimana kita mendapat perahu untuk berlayar ke pulau itu.” Tanya kera
meremehkan.
“Tenang
saja, nanti saya ajak temanku si kepiting. Dia punya perahu dan kita dapat
berlayar ke seberang bersama-sama.” Kata ayam. Pergilah keduanya menuju tepian
dimana terdapat perahu dan kepiting. Setelah itu, kepiting mengajak ayam dan
kerah naik perahu dan perjalanan berlayar ke tengah laut dimulai. Kera dengan
sangat gembira naik ke perahu. Dia berpikir kalau akan makan sepuas-puasnya
buah-buahan di pulai itu, sementara ayam dan kepiting akan mati karena tidak
dapat memanjat.
“Kalau
kita sudah di tengah laut. Aku akan memberi komando dan mulai melubangi perahu.
Lakukan diam-diam supaya perahu kita bocor dan perahu perlahan tenggelam.” Ujar
kepiting.
“Do-mi-so-la-so-mi.
Aku lubangi hooo!!1.” Ayam bernyanyi-nyanyi sambil tertawa-tawa.
“do-mi-so-la-so-mi.
Jangan dahulu, hooo!!!.” Balas kepiting menyanyi. Mereka pura-pura bermain dan
terus tertawa. Kera tidak menyadari apa yang dilakukan ayam dan kepiting.
“Aku
lubangi, hooo.” Kembali ayam bernyanyi.
“Nanti dalam sekali hooo.” Balas kepiting. Setelah di tengah lautan, mulailah kepiting dan ayam melobangi perahu tanah liat mereka perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian perahu mulai terisi air. Ayam melompat terbang kedaran, dan kepiting menyelam ke dalam laut. Sementara kera merasa kebingungan karena perahu terus tenggelam. Karena tidak bisa berenang akhirnya kera mati lemas tenggelam.
Rewrite. Tim
Apero Fublic
Editor.
Rama Saputra
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
14 Juli 2022.
Sumber:
M.Arief Mattalitti, Dkk. Sastra Lisan Walio. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Jakarta, 1985.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment