DONGENG WOLIO. Pelanduk dan Harimau
Waktu
berlalu, tanpa disangka-sangka harimau menemukan pelanduk yang sedang berjalan
menuju sebuah sungai. Harimau mengikuti dari belakang, dan pelanduk tahu kalau
dia sedang diikuti harimau. Tapi, untuk berbalik arah tidak mungkin, sama saja
dia menyerahkan diri. Pelanduk pun akhirnya timbul rasa takut.
“Suda
pasti harimau tidak akan memberiku jalan dan tidak akan melepaskanku.” Kata pelanduk. Dia berjalan cepat-cepat
dan terus menuju sungai. Ternyata sungai itu sangat besar dan dia tidak mungkin
menyemberanginya. Sementara harimau berjalan santai mendekati pelanduk dari
belakang sambil tersenyum.
“Baru
kau rasa, akan Aku koyak-koyak tubuhmu. Baru Aku dapati sekarang. Mau kemana
lagi kau.” Kata hati harimau penuh kemenangan. Pelanduk berpikir keras, di
belakang harimau di depan sungai membentang lebar dan banyak buaya sepertinya.
Benar saja, pelanduk melihat seekor buaya yang sedang mengapung di permukaan
sungai.
“Hai
kawan, apakah engkau belum mendengarnya?.” Kata Pelanduk, buaya mendengarkan
dan melihat harimau yang berjalan mendekat tebing sungai . “Raja negeri ini
hendak mengetahui, seberapa banyak jumlah kalian di dalam sungai ini. Oleh
karenah itu, panggil memanggilah kalian datang kemari dan berbaris agar aku
mudah menghitung jumlah kalian.” Kata pelanduk dengan serius, buaya yang
mendengar memanggil teman-temannya semua. Mereka percaya pada kancil, karena
mereka pikir benar sebab harimau yang menjadi raja hutan sedang menuju tempat
itu. Maka muncullah buaya satu demi dan berbaris memanjang sehingga sampai ke
seberang.
“Satu,
dua, tiga, empat, lima.” Kata pelanduk menghitung buaya sisetiap dia melompati
di belakang para buaya itu, dan sampailah dia di seberang. Sementara harimau
telah mendekati tebing sungai dan melihat apa yang terjadi.
“Sudah,
tugas kalain sudah selesai dan pulanglah. Penghitungan kalian sangat baik
karena disaksikan langsung oleh wakil raja hutan.” Kata pelanduk sambil
cengar-cengir, dan para buaya merasa bingung, benarkah pelanduk sudah jadi raja
hutan.
Mendengar kata-kata pelanduk itu, betapa geram hati harimau. Sekarang pelanduk akan lepas lagi darinya. Kemudian dia melompat untuk mengejar pelanduk. Tapi sayang para buaya sudah mulai menenggelamkan diri. Sehingga saat harimau tiba di atas para buaya tubuh harimau langsung masuk kedalam air dan buayan terus menyelam pergi. Harimau sangat marah, dan kembali berenang ke pinggir sungai. Tubuhnya basah dan kedinginan sehingga dia menggigil. Saat melihat ke seberang sungai, pelanduk sudah pergi entah kemana.
Rewrite. Tim
Apero Fublic
Editor.
Selita, S.Pd.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
14 Juli 2022.
Sumber:
M.Arief Mattalitti, Dkk. Sastra Lisan Walio. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Jakarta, 1985.
Sy. Apero Fublic
Post a Comment