KWT: Membangun Keterampilan dan Kemandirian Pangan Masyarakat
Namun, di balik semua itu pada beberapa KWT yang Apero Fublic amati. Sistem cocok tanam dan penerapan teknologi masih sangat kurang. Boleh dikatan mereka mengerjakan dengan tenaga sepenuhnya. Seperti pengolahan tanah dan pola tanam bibit. Teori perawatan dan sistem tanam berkelanjutan. Maksud sistem tanam berkelanjutan adalah dimana proses tanan tidak sekali panen. Misalnya menanam kangkung sekali cabut habis. Kemudian menanam lagi sehingga stok kangkung tidak ada. Kalau sistem panen berkelanjutan adanya jedah tanam. Sehingga saat satu bedengan panen, beberapa hari kemudian panen dapat kembali dilakukan. Maka masuk dalam kelompok sistem pertanian semi-tradisional.
Selain itu, diharapkan KWT juga memiliki pendamping yang mengerti tentang bagaimana membuat pupuk kompos, mengolah tanah dan mengenalkan sistem irigasi tetes untuk menghemat penggunaan air. Hasil panen KWT juga diutamakan dalam memenuhi dan mendesain irigasi air, penampungan air agar menjelang kemarau tidak kesulitan air. Selama ini, sistem irigasi KWT yang ada masih manual. Dengan cara menyiram langsung tanaman melalui pipa air. Selain boros air juga boros tenaga listrik.
Hal-hal yang diperlukan adalah bimbingan-bimbingan teknis cara kerja tim, bagaimana mengorganisasi tim, juga bagaimana menjadi pemimpin orang banyak. Juga diperlukan, agar mereka tidak terjadi konflik kepentingan. Akses pupuk subsidi, pestisida yang terjamin keasliaanya, juga bagaimana memilih bibit yang baik. Haruslah mereka pahami.
Kemudian yang tidak kalah penting, bagaimana mereka memasarkan hasil pertanian mereka. Bagaimana mereka mengolah keuangan, dan menganggarkan hasil penjualan panen mereka. Pembagian yang adil dan merata. Keuangan yang transparan dan akuntabel.
KWT juga dapat dijadikan sarana wisata botani. Pengelolah KWT dapat menyulap lahan yang banyak tanaman dengan dekorasi layaknya di tempat wisata. Orang akan berfoto-foto dengan gembira sambil menikmati indahnya kebun sayur KWT. Mereka dapat menerapkan sistem karcis masuk yang terjangkau utuk satu orang. Tentu juga memerlukan kelompok yang berperan dalam memandu pengunjung.
Seandainya ada kondisi lahan yang dapat di jadikan KWT sekaligus tempat wisata. Misalnya di sekitar danau, lebung, atau aliran sungai yang indah. Tentu hal demikian sangat mendukung terbentuknya ekosistem pariwisata baru yang tentunya akan menambah income KWT. Selamat belajar ibu-ibu Indonesia, semoga indonesia kedepannya swasembada pangan. (Red).
Berikut foto-foto dari kegiatan sebuah KWT bernama Bukit Kemang di Desa Gajah Mati Kecamatan Sungai Keruh, Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Peran dari kaum laki-laki dalam membantu pengolahan lahan.
Redaksi: Apero Fublic
Editor. Rama Saputra, S. Hum
Sy. Apero Fublic
Post a Comment